WACC adalah singkatan dari Weighted Average Cost of Capital atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan biaya rata-rata tertimbang, yakni jenis analisis biaya yang digunakan untuk mengevaluasi kelayakan investasi pada sebuah perusahaan berdasarkan modalnya.
Dalam prakteknya, WACC dihitung dari penggabungan biaya dari berbagai sumber pendanaan perusahaan, seperti utang dan ekuitas, dengan mempertimbangkan proporsi masing-masing terhadap struktur modal perusahaan.
Analisis ini penting karena memberikan gambaran tentang biaya minimum yang harus dicapai perusahaan untuk menghasilkan nilai tambah bagi pemegang saham. Bagaimana cara menghitungnya? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini:
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, WACC adalah biaya rata-rata tertimbang, menurut Journal of Applied Accounting and Taxation (2021) yang berjudul Liability, Market Cap Terhadap Weighted Cost Of Capital (WACC): Pendekatan Sektor Perbankan (2021) WACC ini digunakan sebagai alat pengukuran pembiayaan modal sebuah perusahaan. Semakin besar nilainya maka semakin kurang baik perusahaan tersebut.
Namun, nilai analisa WACC ini dianggap masih memiliki keterbatasan dalam pengukuran keberlangsungan perusahaan secara real. Dimana, dalam penelitian yang dilakukan oleh Rady, dkk (2019), dalam penelitiannya menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif ada perbedaan peran nilai WACC dalam menjelaskan kondisi perusahaan secara realitanya.
Meskipun demikian, WACC tetap menjadi salah satu indikator penting dalam analisis keuangan karena mampu memberikan gambaran awal tentang struktur pendanaan perusahaan. Penggunaan WACC mempermudah perusahaan untuk mengevaluasi keputusan strategis, seperti menentukan apakah suatu proyek investasi atau ekspansi layak dilaksanakan berdasarkan biaya modalnya.
WACC memiliki fungsi yang signifikan bagi perusahaan maupun investor dalam dunia bisnis. Mulai dari sebagai alat ukur risiko kebangkrutan hingga sebagai standar penilaian kelayakan proyek investasi. Seperti yang dijelaskan di bawah ini:
Menurut Koziol (2014) dalam Kamela (2021), nilai WACC dapat digunakan untuk mengukur rasio risiko dan potensi kebangkrutan dalam periode yang konstan. Dengan ini, perusahaan dapat mengevaluasi kebijakan finansial untuk meminimalkan risiko gagal bayar.
Selain itu, menurut Mari dan Marra (2018) juga menambahkan bahwa WACC memberikan gambaran terkait seberapa besar risiko kebangkrutan yang terkait dengan kondisi utang perusahaan, sehingga membantu perusahaan menentukan biaya kebangkrutan.
Baca Juga: 5 Contoh Analisis Resiko Bisnis dan Cara Analisisnya
Selain sebagai analisis resiko kebangkrutanWeighted Average Cost of Capital juga bisa sebagai alat ukur yang digunakan untuk menentukan biaya modal. Selaras dengan pernyataan Damodaran (2006) dalam penelitiannya.
Jika analisa biaya ini dapat membantu perusahaan memperkirakan biaya modal dari berbagai sumber, termasuk utang, saham preferen, dan ekuitas. Hal ini penting untuk memastikan bahwa perusahaan memiliki struktur modal yang optimal dalam mendukung operasional dan investasi.
Dalam sektor tertentu seperti tambang analisa biaya ini juga dianggap cukup relevan dalam mengelola nilai aset dan mengoptimalkan biaya selama masa produksi. Dengan demikian, perusahaan dapat menggunakan WACC untuk merancang keputusan investasi strategis yang berbasis nilai, baik dalam hal ekspansi, pengembangan aset, maupun investasi baru.
Selain analisis resiko kebangkrutan, bagi investor, WACC berfungsi sebagai indikator untuk mengevaluasi risiko investasi. Dalam penelitian Dresden & Oertel (2020) di sektor real-estate, perbedaan antara biaya modal individu dan harga risiko menunjukkan potensi risiko seperti double counting atau premia. Investor dapat menggunakan metode analisa ini untuk memahami kelayakan investasi dan menilai apakah potensi pengembaliannya sesuai dengan tingkat risiko yang dihadapi.
Terakhir, analisa ini juga dapat membantu investor membandingkan tingkat pengembalian suatu proyek dengan biaya modal yang diperlukan. Jika tingkat pengembalian lebih tinggi dari hasil perhitungan biaya rata-rata tertimbang, maka investasi dianggap layak karena mampu memberikan nilai tambah. Sebaliknya, jika tingkat pengembaliannya lebih rendah, investor mungkin menganggap investasi tersebut kurang menguntungkan.
Ada dua komponen utama WACC yakni Cost of Debt dan Cost of Equity, apa itu?
Komponen WACC yang pertama adalah cost of debt, yakni biaya hutang atau tingkat bunga yang harus dibayarkan sebuah perusahaan kepada kreditur/ pihak pemberi pinjaman. Biaya ini dapat dihitung berdasarkan tingkat bunga yang telah ditetapkan saat jatuh tempo.
Cara menghitungnya berdasarkan hasil penambahan risk free + risk premium atau dengan rumus sebagai berikut:
Rumus Cost of Debt = (Risk Free Rate + Tingkat Rasio Kredit) x (1 - Tax Rate)
Kedua adalah cost of equity, yakni biaya modal yang dikeluarkan perusahaan. Lebih detailnya, yakni biaya peluang bagi para investor atas investasi yang sudah ditanam di perusahaan tersebut.
Sederhananya, biaya ini adalah biaya kompensasi dari resiko yang sudah ditanggung investor selama dana tersebut diinvestasikan di perusahaan/ Cara menghitungnya dengan menggunakan metode CAPM (Capital Asset Pricing Model), dengan rumus:
Cost of Equity = Risk Free Rate + Beta Equity (Return Historis – Risk Free Rate) Cost of Equity = Rf + β (Rm - Rf)
Kenapa dua komponen ini menjadi komponen WACC? Karena biaya utang bisa menjadi salah satu perwakilan dari biaya modal perwakilan dan memiliki pengaruh langsung pada lama, karena utang sering menjadi bagian dari sumber pembiayaan utama perusahaan. Sedangkan biaya ekuitas menjadi perwakilan dari biaya modal internal dan bisa menjadi pengukur resiko dari kegiatan investasi.
Baca Juga: 15 Jenis Investasi yang Aman dan Menguntungkan
Persamaan yang digunakan dalam menghitung biaya modal rata-rata tertimbang/ WACC yang didasarkan pada modal biasanya dihitung dalam bentuk persentase dengan rumus persamaan sebagai berikut:
WACC = Wd + Kd (1-T) + Wp x Kp + Ws x Ks
Keterangan:
Selain rumus di atas, Anda juga bisa menggunakan rumus berikut ini:
WACC = ((Ki x Obligasi) + (Kp x s.preferen) + (Kc x Saham Biasa) + Kr x Laba Ditahan)) / (Obligasi + S.preferen + s. biasa + laba ditahan)
Dengan keterangan:
Lebih sederhana lagi, WACC juga dapat dihitung dengan rumus berikut:
WACC = (Biaya Ekuitas x Proporsi Ekuitas) + (Biaya Utang x Proporsi Utang)
Ket:
Berikut adalah bagaimana cara menghitung WACC dengan contoh agar Anda bisa lebih mudah dalam memahami proses perhitungan Weighted Average Cost of Capital. Bagaimana tahapannya, diantaranya adalah sebagai berikut:
Langkah pertama adalah dengan menentukan seberapa besar porsi utang dalam total struktur modal perusahaan. Cara menghitungnya cukup mudah, yaitu dengan membagi nilai pasar hutang dengan total modal perusahaan (gabungan nilai pasar utang dan ekuitas).
Bobot hutang ini bisa Anda hitung dengan rumus berikut ini:
Bobot Hutang (WD) = Nilai Pasar Hutang/ (Nilai Pasar Hutang + Nilai Pasar Hutang)
Karena WACC menghitung rata-rata tertimbang, hasil dari WD dan WE harus bernilai 1 atau 100% jika dijumlahkan. Sebagai contoh, jika perusahaan memiliki utang dengan nilai pasar Rp50 juta dan nilai pasar ekuitas Rp150 juta, maka:
WD = Nilai Pasar Hutang/ (Nilai Pasar Hutang + Nilai Pasar Ekuitas)
= 50/ (50 + 150)
= 50 / 200 = 0.25/ 25%
Maka, dapat disimpulkan jika 25 dari modal perusahaan berasal dari utang.
Selanjutnya, setelah mengetahui bobot hutangnya, kita akan menentukan dan menghitung berapa bobot dari modal atau ekuitas kita. Bobot ekuitas sendiri menunjukkan proporsi modal perusahaan yang berasal dari investasi pemegang saham (ekuitas). Perhitungan dilakukan dengan membagi nilai pasar ekuitas dengan total modal perusahaan.
Untuk menghitungnya, Anda bisa menggunakan rumus sebagai berikut:
Bobot Ekuitas (WE) = Nilai Pasar Ekuitas/ (Nilai Pasar Hutang + Nilai Pasar Ekuitas)
Sama seperti perhitungan bobot hutang, bobot ekuitas juga harus menunjukkan angka 1 atau 100% jika dijumlahkan. Melanjutkan contoh di atas, maka perhitungannya adalah:
WE = Nilai Pasar Ekuitas/ (Nilai Pasar Hutang + Nilai Pasar Ekuitas)
= 150 / (50+150)
= 150 / 200 = 0.75 atau 75%
Maka, diketahui jika bobot modal/ ekuitas perusahaan ini adalah 75% dan 25%nya adalah dari hutang.
Setelah bobot hutang dan bobot ekuitasnya dihitung, langkah selanjutnya adalah menghitung biaya hutang. Apa itu biaya hutang? Biaya utang adalah beban bunga yang harus dibayarkan perusahaan kepada kreditur atas pinjaman yang dimilikinya.
Namun, biaya ini perlu disesuaikan dengan manfaat pajak, karena bunga utang biasanya dapat dikurangkan dari pajak perusahaan. Bagaimana rumusnya? Untuk menghitung biaya ini, Anda bisa menggunakan rumus sebagai berikut:
KD after-tax = KDpre-tax x (1−T)
Misalnya, diketahui jika tingkat bunga (KD) adalah 8% dan tarif pajak perusahaan (T) adalah 20%, maka biaya hutangnya adalah:
KD after-tax = KDpre-tax x (1−T)
= 8% x (1 + 0,20)
= 6,4%
Artinya, setelah memperhitungkan manfaat pajak, biaya utang efektif yang ditanggung perusahaan adalah 6.4%.
Selanjutnya adalah menghitung biaya ekuitas, apa itu biaya ekuitas? Biaya ekuitas adalah biaya yang menunjukkan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh pemegang saham atas investasi mereka. Ada beberapa cara untuk menghitung biaya ekuitas, salah satunya adalah menggunakan Capital Asset Pricing Model (CAPM):
Cost of Equity = Rf + β (Rm - Rf)
Sebagai contoh, jika Rf = 5%, β = 1,2 dan premi risiko pasar hasil dari Rm - Rf adalah 6% maka, biaya ekuitasnya adalah:
Cost of Equity = Rf + β (Rm - Rf)
= 5% + 1,2 x 6%
= 5% + 0,072 = 12,2%
Langkah terakhir, setelah semua data terkumpul adalah menghitung WACC menggunakan rumus:
WACC = (WD × KDafter-tax) + (WE × KE)
Maka, jika dihitung berdasarkan perhitungan di atas, WACC-nya adalah:
WACC = (WD × KD after-tax) + (WE × KE)
WACC = (0.25 × 6.4%) + (0.75 × 12.2%)
= 1.6% + 9.15%
= 10.75%
Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan harus menghasilkan tingkat pengembalian minimal 10.75% untuk memenuhi ekspektasi kreditur dan pemegang saham.
Pada dasarnya nilai WACC tidak bisa menjadi acuan utama untuk menentukan baik atau tidaknya sebuah perusahaan, karena nilainya perlu dopertimbangkan berdasarkan faktor yang mempengauhinya. Seperti dimana perusahaan beroperasi, bagaimana struktur modalnya, tingkat resiko operasi dan lain sebagainya.
Begitu juga dengan apakah WACC yang lebih tinggi buruk? Jawabannya bergantung juga, tergantung bagaimana industrinya, jika industri kecil, maka memiliki nilai yang tinggi karena resiko bisnisnya memang lebih besar, dan sebaliknya.
Namun, jika kita mengacu pada aturan umumnya, Untuk perusahaan yang sudah matang dan stabil, rentang nilai WACC ideal adalah sekitar 2-3% dari minimum hingga maksimum, rentang antara 10-12% dianggap ideal dan rentang yang sedikit lebih rendah, seperti 6-9%, juga bisa diterima tergantung pada industri dan risiko spesifik perusahaan.
Perhatikan contoh soal WACC berikut ini Agar Anda bisa lebih mudah memahami bagaimana cara menghitungnya:
Perusahaan ABC diketahui memiliki utang dengan nilai pasar sebesar Rp40 miliar. Bunga yang harus dibayarkan atas utang tersebut adalah 10% per tahun. Kemudian nilai pasar ekuitas perusahaan adalah Rp60 miliar, dengan biaya ekuitas sebesar 15%, dan tarif pajak yang berlaku untuk perusahaan adalah 25%. Berapa nilai WACC-nya?
Diketahui:
Penyelesaian:
WD = Nilai Pasar Hutang/ (Nilai Pasar Hutang + Nilai Pasar Ekuitas)
= 40.000.000.000 / (40.000.000.000 + 60.000.000.000)
= 40.000.000.000 / 100.000.000.000
WD = 0,4/ 40%
WE = Nilai Pasar Ekuitas/ (Nilai Pasar Hutang + Nilai Pasar Ekuitas)
= 60.000.000.000 / (40.000.000.000 + 60.000.000.000)
= 60.000.000.000 / 100.000.000.000 = 0,6/ 60%
KD after-tax = KDpre-tax x (1−T)
= 10% x (1 - 25%)
= 10% - 0,75 = 7,5%
WACC = (WD × KD after-tax) + (WE × KE)
= (0.4 × 7.5%) + (0.6 × 15%)
= 3% + 9% = 12%
WACC untuk PT Maju Jaya adalah 12%.
Artinya, perusahaan harus menghasilkan tingkat pengembalian minimal 12% untuk memenuhi ekspektasi kreditur dan pemegang sahamnya.
Dari seluruh penjelasan di atas, kita bisa simpulkan jika WACC atau Weighted Average Cost of Capital memainkan peran penting dalam membantu perusahaan menentukan biaya modal rata-rata yang perlu dibayar untuk pendanaan operasional dan investasi.
Perusahaan yang memiliki WACC rendah dapat lebih efisien dalam pengelolaan biaya modal, yang berpotensi meningkatkan daya saing dan pertumbuhannya. Selain analisa ini, untuk mengetahui lebih detail berapa besaran modal sampai hutang dagang diperlukan yang namanya pembukuan transaksi.
Anda bisa menggunakan software akuntansi Beeaccounting untuk membantu Anda dalam melakukan pembukuan transaksi, mulai dari modal, pembelian, penjualan, hutang/ piutang hingga stok, Hingga proses analisa bisnis Anda juga jadi lebih mudah dan akurat. Coba sekarang juga dan dapatkan gratis uji coba dengan klik banner di atas!