Dalam menjalankan bisnis, hal utama yang diinginkan oleh para pengusaha adalah meningkatkan efisiensi dan nilai tambah pada proses produksi. Cara yang ditempuh bisa bermacam-macam, salah satunya adalah dengan memahami teori produksi. Kenapa begitu?
Teori produksi ini membantu pebisnis, utamanya dalam memahami hubungan sumber daya yang digunakan dan output yang dihasilkan. Tujuannya agar keputusan strategis bisa diambil secara tepat. Selain itu, melalui teori ini, perusahaan tidak hanya dapat mengoptimalkan keuntungan, tetapi juga siap menghadapi tantangan pasar.
Jika Anda sebagai pebisnis sempat terbesit pertanyaan tentang teori produksi, artikel ini akan menjawab semuanya secara lengkap. Mulai dari pengertian, jenis-jenis, faktor pengaruh, tahapan produksi, hingga penerapannya dalam bisnis. Mari kita ulas sampai habis!
Memahami pengertian teori produksi ini sebenarnya gampang-gampang susah. Gampang, karena muatan maknanya memang sangat sederhana. Susah, sebab banyak sekali definisi di internet yang konotasinya terkesan berbeda-beda. Maka supaya Anda tidak bingung, Bee merangkumnya dari sumber ilmiah dan para ahli.
Menurut Anggraini dkk (2022), teori produksi mempelajari hubungan antara faktor-faktor produksi (input) dengan hasil dari proses produksi (output). Teori produksi ekonomi mikro ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana perusahaan dapat mengalokasikan sumber daya secara efisien untuk memaksimalkan keuntungan.
Tidak jauh beda dengan sebelumnya, mengutip laman Britannica Money, teori produksi merupakan prinsip-prinsip yang menentukan jumlah output produksi dan jumlah input yang akan digunakan. Teori ini erat kaitannya dengan teori biaya produksi karena juga melibatkan pertimbangan efisiensi biaya untuk mencapai hasil maksimal.
Berdasar kutipan definisi tersebut, maka kita bisa memahami secara sederhana, bahwa teori produksi adalah cara memahami bagaimana perusahaan menghasilkan barang dengan bahan-bahan yang sudah ada. Tujuannya untuk menciptakan biaya produksi seefisien mungkin.
Dalam kajian ekonomi mikro, teori produksi tidak tunggal, tetapi terbagi menjadi beberapa jenis sesuai hasil output-nya. Menurut Bagas Imam S (2022), terdapat lima jenis teori produksi, yaitu ekstraksi, agraris, industri, perdagangan, dan jasa. Berikut rinciannya:
Produksi ekstraksi adalah kegiatan mengambil sumber daya alam, yang langsung dari alam. Barang yang sudah diperoleh akan dibawa ke pabrik untuk diproses lebih lanjut. Contoh jenis produksi ini meliputi: kegiatan tambang emas, tembaga, batu bara, nikel, besi, dan minyak bumi.
Produksi agraris merupakan aktivitas yang menghasilkan nilai pada hewan dan tumbuhan. Jenis teori ini bisa mencakup pertanian, seperti menanam beras atau jagung. Demikian juga perkebunan, perikanan, dan kehutanan.
Jenis produksi kedua adalah industri, yaitu kegiatan yang mengubah bahan mentah menjadi barang yang siap pakai atau dijual. Sebagai contoh misalnya adalah pengolahan makanan kemasan, penjahitan pakaian, bahan bangunan, kendaraan, dan alat-alat elektronik.
Secara literal, jenis produksi ini memang tidak mengubah bentuk bahan atau barang, hanya sebatas kegiatan mengalihkan barang dari produsen ke konsumen. Konkretnya, pedagang membeli produk dalam jumlah besar dari produsen dengan harga lebih murah, kemudian menjualnya kembali dengan harga lebih tinggi.
Selanjutnya, produksi jasa adalah kegiatan yang menawarkan layanan kepada konsumen. Seperti namanya, hasil dari produksi jasa tentu tidak berupa barang fisik, tetapi berupa manfaat yang dirasakan oleh konsumen. Contohnya seperti layanan telekomunikasi, kesehatan, pendidikan, hiburan, dan perbankan.
Kegiatan produksi suatu produk atau barang pastinya tidak lepas dari pengaruh beberapa faktor. Mengutip Mukhdi Kholil (2016) dalam artikel ilmiahnya berjudul “Faktor-Faktor Produksi dan Konsep Kepemilikan”, terdapat lima faktor yang memengaruhi proses produksi. Berikut di antaranya:
Apa yang dimaksud sebagai tanah di sini adalah segala hal yang diperoleh dari sumber daya alam, seperti dari udara, gunung, laut, sungai, hutan, dan lain sebagainya. Hasil yang didapat itu menjadi bahan mentah yang dipakai untuk keperluan produksi. Oleh karenanya, kualitas dan ketersediaan tanah sangat memengaruhi efisiensi dan hasil produksi.
Tenaga kerja adalah orang-orang yang terlibat dalam proses produksi, baik secara fisik maupun intelektual. Berbagai unsur seperti keterampilan, pengalaman, dan produktivitas tenaga kerja sangat menentukan kualitas serta kuantitas barang yang dihasilkan. Semakin terampil tenaga kerja, maka semakin efisien proses produksi yang dijalankan.
Faktor yang ketiga adalah modal, yaitu semua alat dan dana yang digunakan untuk mendukung proses produksi. Bentuk fisiknya berupa mesin, gedung, dan uang untuk membiayai kegiatan operasional. Jika tanpa modal yang memadai, proses produksi tentu sulit berjalan secara optimal.
Baca Juga: 4 Faktor Produksi Modal, Karakteristik dan Fungsinya
Bahan baku merupakan sumber daya mentah, yang diolah menjadi produk jadi. Ketersediaan dan kualitas bahan baku ini berperan besar dalam menentukan hasil akhir produk. Contohnya, industri makanan memerlukan bahan baku seperti tepung atau gula, yang itu harus memenuhi standar tertentu agar menghasilkan produk berkualitas.
Faktor yang terakhir adalah organisasi, yakni pengelola semua faktor produksi agar bekerja secara terkoordinasi. Organisasi yang mampu merencanakan, mengawasi, dan mengelola dengan baik, maka bisa meningkatkan efisiensi. Bisa dibilang, faktor terakhir ini yang paling menentukan apakah faktor-faktor sebelumnya bisa berguna bagi efisiensi produksi.
Menjalankan proses produksi suatu produk, tentu memiliki tahapan-tahapan. Namun, sebelum membahas tahapannya, kita perlu tahu dahulu klasifikasi proses produksi. Menurut Uli Irfan (2022), berdasarkan teori produksi jangka panjang dan jangka pendek diklasifikasi menjadi empat. Berikut pemaparannya:
Proses produksi ini berlangsung dalam waktu singkat untuk memenuhi kebutuhan yang cepat atau mendadak. Biasanya, proses ini digunakan untuk menghasilkan produk dalam jumlah kecil sesuai permintaan. Contohnya adalah pembuatan kue ulang tahun atau pakaian yang dipesan khusus untuk acara tertentu.
Proses ini membutuhkan waktu lebih lama karena melibatkan kegiatan produksi yang kompleks dan berkelanjutan. Jenis produksi ini sering digunakan untuk barang-barang yang memerlukan detail tinggi atau melibatkan proses teknologi yang rumit, seperti pembuatan kapal atau pembuatan gedung besar.
Pada jenis ini, produksi dilakukan secara berkelanjutan tanpa jeda untuk menghasilkan produk dalam jumlah besar. Umumnya digunakan dalam industri yang memproduksi barang secara massal, seperti pabrik semen, minyak, atau makanan kemasan.
Proses produksi selingan dilakukan dalam jeda waktu tertentu sesuai kebutuhan perusahaan dan permintaan pasar. Contohnya adalah produksi pakaian musiman seperti baju renang di musim panas atau jaket tebal di musim dingin.
Menjalankan proses produksi suatu produk, tentu memiliki tahapan-tahapan. Mengutip Andre (2023), ada setidaknya empat tahapan dalam proses produksi. Berikut pemaparannya:
Tahap pertama adalah langkah awal dalam proses produksi, yaitu di mana perusahaan menentukan tujuan, kebutuhan, dan strategi yang akan digunakan. Perencanaan ini meliputi berbagai hal, di antaranya: bahan baku, tenaga kerja, alat produksi, dan dana yang diperlukan. Tahap awal ini harus dipersiapkan sematang mungkin agar produksi dapat berjalan lebih efisien.
Baca Juga: Planning Adalah Perencanaan, Ini Fungsi dan Contohnya dalam Bisnis
Lalu routing merupakan tahap penentuan alur kerja pada setiap langkah produksi. Tahap ini bertujuan untuk memastikan semua aktivitas berjalan sesuai urutan yang terstruktur. Dengan routing yang tepat, perusahaan dapat mengurangi pemborosan waktu, tenaga, dan bahan selama proses berlangsung.
Tahap penjadwalan bertujuan untuk memastikan setiap titik proses produksi berjalan dengan waktu yang tepat. Tahap ini membantu perusahaan mengelola waktu produksi secara efektif agar elemen-elemen pra produksi terpakai secara efisien. Penjadwalan yang terorganisir juga menghindari adanya kemungkinan keterlambatan.
Tahap terakhir yaitu dispatching, yaitu proses di mana perintah resmi dari tim produksi untuk memulai produksi. Pada tahap ini, sumber daya yang sudah direncanakan mulai digunakan sesuai jadwal dan alur yang ditentukan. Tahap ini sebagai keputusan akhir bahwa produksi diharapkan dapat berjalan tepat waktu dan sesuai rencana.
Teori produksi dalam kajian ekonomi mikro ini memiliki beberapa hukum. Hukum ini juga berkaitan dengan bagaimana penggunaan faktor-faktor produksi dalam jangka pendek dan jangka panjang bisa efisien.
Merangkum dari beberapa sumber, terdapat enam hukum dalam teori produksi, di antaranya:
Hukum ini menjelaskan bahwa ketika faktor produksi tertentu (seperti tenaga kerja atau modal) ditingkatkan, sementara faktor yang lain tidak, maka output akan meningkat lebih signifikan. Contohnya, menambahkan tenaga kerja ke tanah yang belum optimal dapat menghasilkan panen yang lebih besar dibandingkan sebelumnya.
Dalam hukum ini, peningkatan input alias faktor produksi tidak lagi menghasilkan kenaikan output yang lebih besar, tetapi hanya sebanding. Misalnya, menambah pekerja pada kapasitas tanah tertentu hanya akan menghasilkan tambahan hasil sesuai penambahan input.
Hukum ini menjelaskan bahwa setelah titik tertentu, penambahan input justru menghasilkan output yang lebih kecil. Misalnya, jika terlalu banyak pekerja di lahan yang kecil, produktivitas para pekerja akan menurun karena mereka tidak memiliki ruang kerja yang cukup.
Hukum ini merujuk pada perubahan output ketika semua input ditingkatkan secara proporsional. Ada tiga jenis hasil skala:
Dalam proses produksi, perubahan proporsi input tertentu (seperti meningkatkan modal atau tenaga kerja) akan menghasilkan tiga tahap: peningkatan hasil total (increasing returns), hasil yang semakin berkurang (diminishing returns), dan akhirnya hasil negatif. Tahap-tahap ini penting bagi produsen ketika menentukan kombinasi input yang optimal
Sebagaimana kajian ekonomi mikro, teori produksi ini tentu bisa diterapkan dalam bisnis. Supaya Anda bisa memahaminya lebih jelas lagi, berikut penerapan teori produksi untuk beberapa keperluan bisnis:
Salah satu hal utama dalam bisnis yang harus diperhatikan adalah bagaimana mengelola sumber daya dengan efisien. Tepat di sini teori produksi mengajarkan kita untuk memanfaatkan input (seperti tenaga kerja, bahan baku, dan modal) sebaik mungkin.
Misalnya, dalam proses produksi jangka pendek, perusahaan harus memastikan bahwa tenaga kerja dan bahan baku yang tersedia dapat menghasilkan produk dalam jumlah yang optimal tanpa adanya pemborosan.
Melalui hukum law of diminishing returns atau hukum hasil marginal yang menurun, perusahaan bisa menganalisis apakah menambah tenaga kerja atau bahan baku akan memberikan hasil yang sebanding dengan biaya tambahan yang dikeluarkan.
Seperti dijelaskan di awal, teori produksi dapat membantu dalam merencanakan proses produksi yang efisien. Misalnya, dalam proses produksi dengan skala waktu yang panjang, perusahaan harus menyusun jadwal yang tepat agar alur produksi berjalan dengan lancar.
Dalam konteks tersebut, konsep routing atau penentuan alur tentu saja perlu dipertimbangkan secara kritis, agar proses produksi tidak terhambat karena keterlambatan pengiriman bahan baku atau lainnya. Itulah gunanya teori produksi dalam dalam mengatur prioritas dan alokasi sumber daya.
Dalam berbisnis, menentukan skala produksi yang optimal adalah suatu keharusan. Persoalan itulah yang bisa ditangani teori produksi. Misalnya saja dengan hukum skala hasil bertambah, yang menjelaskan bahwa semakin banyak barang yang diproduksi, semakin rendah biaya per unit.
Tentu ini juga bergantung pada hukum hasil marginal yang menurun, di mana menambah faktor produksi tertentu (misalnya tenaga kerja atau mesin) akan memberikan tambahan output yang semakin kecil setelah titik tertentu. Singkatnya, bisnis harus cermat dalam menentukan skala produksi untuk memastikan tidak ada pemborosan sumber daya.
Dalam mengelola biaya produksi, bisnis sudah barang tentu perlu mengelola biaya. Salah satu konsep yang dapat diterapkan adalah hukum hasil marginal yang menurun, yang menyatakan bahwa menambah satu unit faktor produksi (seperti tenaga kerja atau bahan baku) setelah titik tertentu akan menghasilkan tambahan output yang semakin kecil.
Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memastikan bahwa penambahan faktor produksi tetap sebanding dengan biaya yang dikeluarkan, sehingga tidak terjadi pemborosan sumber daya.
Untuk memudahkan pengelolaan biaya dan mencegah pemborosan, perusahaan perlu menggunakan alat yang dapat membantu mengawasi keuangan secara real-time. Salah satu alat yang bisa Anda pertimbangkan adalah Beecloud, aplikasi pembukuan keuangan yang dapat memonitor biaya produksi dengan mudah dan efisien.
Dengan fitur pencatatan transaksi otomatis dan laporan keuangan yang terperinci, Beecloud memungkinkan Anda melacak pengeluaran dan mengoptimalkan biaya produksi. Aplikasi ini juga memudahkan perencanaan anggaran dan analisis laba rugi, sehingga perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih cerdas dan menghindari pemborosan.
Untuk info selengkapnya, silakan klik banner di bawah ini!
Dalam setiap proses produksi, penting untuk memantau dan mengevaluasi kinerja agar tetap berjalan sesuai rencana. Pada konteks itu, teori produksi memungkinkan perusahaan untuk menggunakan data seperti jumlah produk yang dihasilkan per jam atau tingkat kerusakan produk, untuk menilai efektivitas produksi.
Sebagai contoh, misalnya, dalam proses produksi yang berkelanjutan, perusahaan harus melakukan kontrol kualitas untuk memastikan bahwa setiap batch produk memenuhi standar. Dengan begitu, perusahaan dapat melakukan penyesuaian jika ada faktor produksi yang tidak efisien atau jika terjadi penurunan produktivitas.
Keperluan yang terakhir, yaitu membantu dalam pengambilan keputusan strategis. Misalnya, perusahaan harus memutuskan apakah akan memproduksi barang tertentu secara internal atau membeli dari pihak ketiga. Keputusan ini bergantung pada analisis biaya-manfaat yang dapat dilakukan dengan menerapkan teori produksi.
Selain itu, keputusan mengenai perluasan kapasitas produksi juga dapat ditentukan melalui analisis hukum hasil marginal dan skala produksi. Tujuannya untuk memberikan gambaran kapan bisnis harus menambah investasi dalam mesin atau fasilitas untuk meningkatkan produksi.
Itulah tadi pengertian, jenis-jenis, faktor pengaruh, tahapan produksi, hingga penerapannya dalam bisnis. Semoga artikel ini bermanfaat, terutama untuk keberlanjutan dan kesuksesan bisnis Anda.