Tangible asset adalah nama lain dari aset berwujud dalam sebuah bisnis yang berperan dalam dalam mendukung operasional bisnis, aset ini memiliki bentuk fisik yang dapat dilihat dan diraba.
Contohnya properti perusahaan, peralatan, inventaris dan sejenisnya yang menjdi nilai kekayaan fisik perusahaan, yang perlu dikelola dengan baik agar operasional bisnis tidak terganggu.
Sebab, manajemen aset ini tidak hanya untuk menjaga stabilitas finansial, tetapi juga untuk meningkatkan efisiensi operasional dan memitigasi risiko yang mungkin timbul.
Tangible assets adalah aset fisik dan keuangan bisnis yang digunakan untuk kepentingan penyediaan nilai untuk konsumen, contohnya peralatan produksi, sumber daya keuangan, real estate, bahan baku mentah dan sejenisnya.
Menurut Sugiama (2013) tangible adalah aset berwujud atau sumber daya berwujud yang menjadi bagian dari kekayaan bisnis dan dapat dimanifestasikan secara fisik dengan menggunakan panca indra, contohnya gedung, alat produksi, bangunan, tanah dan lain-lain.
Bisa disimpulkan jika intangible adalah aset berwujud yang menjadi bagian kekayaan bisnis dan digunakan untuk operasional bisnis, seperti gedung, peralatan produksi, bahan baku, dan lain sebagainya.
Hal utama yang membedakan tangible asset dan intangible asset adalah wujud dari aset tersebut. Dimana tangible asset adalah aset yang dimiliki perusahaan dalam bentuk fisik yang bisa dirasakan oleh panca indra.
Sedangkan tangible asset adalah nilai pada alat milik bisnis yang digunakan untuk kepentingan produksi dan memiliki masa pakai, namun tidak dapat dilihat melalui panca indra. Contohnya, hak cipta, hak paten dan lain-lain.
Baca Juga: Mengenal Aset Tak Berwujud, Karakteristik, Jenis dan Contohnya
Berikut ini adalah beberapa karakteristik dari aset berwujud:
Dalam menyusun neraca ada 3 jenis tangible asset berdasarkan masa kegunaannya, yakni:
Merujuk kepada aset fisik yang diharapkan memiliki masa manfaat yang panjang dan tidak memiliki batasan waktu yang jelas untuk penggunaannya.
Contohnya adalah tanah dan gedung yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk jangka waktu yang sangat lama tanpa batasan signifikan.
Berikutnya adalah aset berwujud yang memiliki masa manfaat yang relatif pendek atau terbatas, seringkali karena kemajuan teknologi atau kebutuhan bisnis yang cepat berubah.
Contohnya, peralatan teknologi informasi yang mungkin memiliki siklus hidup produk yang singkat atau peralatan kantor yang rentan terhadap perubahan tren desain.
Selanjutnya adalah aset berwujud yang mungkin memiliki masa manfaat yang panjang, namun, karena alasan tertentu, sulit atau tidak mungkin digantikan jika rusak atau usang.
Contohnya bisa termasuk mesin atau peralatan produksi khusus yang dibuat sesuai dengan spesifikasi unik atau aset tertentu yang sulit ditemukan penggantinya.
Tangible asset mencakup berbagai macam bentuk properti fisik dan sumber daya yang dapat diraba atau terlihat secara langsung. Berikut beberapa contohnya:
Baca Juga: Cara Menghitung Biaya Penyusutan Nilai dan Contohnya
Ada beberapa metode yang bisa digunakan dalam menghitung penyusutan aset:
Cara pertama adalah menggunakan metode garis lurus, yakni proses perhitungannya mengasumsikan bahwa nilai penyusutan tetap setiap tahunnya.
Penyusutan Garis Lurus = (Nilai awal - Nilai Residu) / Masa Manfaat
Dengan karakteristik sederhana dan mudah dipahami, cocok untuk aset dengan penurunan nilai yang merata sepanjang masa manfaat.
Berikutnya adalah memberikan proporsi penyusutan yang lebih tinggi pada awal masa manfaat, dan secara bertahap menurunkan jumlah penyusutan. Metode ini dihitung menggunakan rumus
Penyusutan Saldo Menurun = (2/masa manfaat) x nilai buku awal
Cara ini cocok untuk jenis aset yang mengalami penurunan nilai yang lebih cepat pada awal masa manfaat.
Berikutnya, metode ini depresiasi dihitung dengan menggunakan angka tahun sebagai dasar penyusutan, memberikan proporsi lebih besar pada awal masa manfaat.
Dengan karakteristik memberikan penyusutan yang lebih besar pada awal masa manfaat, namun lebih rumit daripada metode garis lurus. Dalam hal inii dapat dihitung menggunakan cara:
Penyusutan tahun ke-n = (Masa manfaat - (n-1)/ Jumlah angka tahun) x (Nilai awal - Nilai residu)
Berikutnya, penyusutan dihitung berdasarkan jumlah produksi atau satuan yang dihasilkan oleh aset, cocok untuk aset yang terkait erat dengan produksi dan memiliki penggunaan yang bervariasi. Rumus metode ini bisa dihitung dengan cara
Penyusutan Hasil = (Biaya aset - Nilai residu)/ total satuan produksi yang diperkirakan
Kemudian penyusutan dihitung berdasarkan jumlah jam atau waktu penggunaan aset. Metode ini cocok untuk aset yang digunakan secara terputus-putus dan memiliki pola penggunaan yang dapat diukur dalam jam atau waktu.
Penyusutan Jam Jasa = (Biaya Aset - Nilai Residu)/ Total Jam Jasa yang Diperkirakan
Pemilihan metode penyusutan tergantung pada jenis aset, karakteristik operasional, dan preferensi perusahaan. Setiap metode memiliki kelebihan dan kelemahan yang perlu dipertimbangkan.
Anda bisa menghitung perhitungan biaya penyusutan aset ini lebih mudah dengan menggunakan software akuntansi beeaccounting. Untuk bisa memantau kondisi finansial bisnis secara real-time dan akurat. Klik banner di bawah ini untuk informasi selengkapnya!