Surplus adalah istilah yang sering kali muncul dalam dunia bisnis dan keuangan. Istilah ini merujuk pada kelebihan dana yang tersisa setelah semua biaya operasional dan pengeluaran lainnya telah dikurangkan dari pendapatan.
Dalam konteks bisnis, surplus dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan keuangan perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Oleh karena itu, penting untuk memahami konsep surplus, jenis-jenisnya, penyebab umum terjadinya surplus, serta dampak surplus pada bisnis. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang surplus dalam bisnis, termasuk pengertian, jenis-jenis, penyebab terjadinya, dampak, dan contoh-contohnya.
Secara umum surplus terjadi ketika jumlah aset melebihi total yang digunakan, dan dapat mengacu pada pendapatan, keuntungan, modal, barang, dan aset lain. Dalam konteks anggaran, surplus terjadi ketika penerimaan melebihi biaya yang dibayarkan.
Contohnya adalah surplus anggaran yang terjadi di pemerintahan ketika ada sisa penerimaan pajak setelah semua program dibiayai.
Namun, terdapat perbedaan dampak surplus tergantung konteksnya. Jika surplus terjadi pada persediaan produk, hal ini dapat merugikan. Namun, jika surplus terjadi dalam konteks persediaan anggaran, maka ini menandakan keuntungan.
Dalam sudut pandang ekonomi, surplus adalah kelebihan jumlah atau nilai barang atau jasa yang dihasilkan atau tersedia setelah kebutuhan dasar atau permintaan pasar telah terpenuhi. Surplus dapat terjadi pada berbagai tingkatan ekonomi, seperti pada tingkat individu, bisnis, sektor industri, dan negara.
Baca Juga: Neraca Perdagangan: Surplus vs Defisit
Menurut Adam Smith, ekonom terkenal abad ke-18, surplus merujuk pada kelebihan barang atau komoditas yang dihasilkan setelah memenuhi kebutuhan dasar, seperti kebutuhan makanan dan sandang.
Menurut Karl Marx seorang filsuf, ekonom dan sejarawan, surplus adalah kelebihan nilai dari produksi yang dihasilkan oleh buruh dari nilai upah yang diterimanya dari majikan.
Menurut David Ricardo seorang pakar ekonomi politik Inggris berpendapat bahwa surplus merujuk pada kelebihan hasil produksi yang dihasilkan oleh suatu negara setelah memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri.
Menurut John Maynard Keynes seorang ekonom Inggris yang gagasannya mengubah teori dan praktik ekonomi makro serta kebijakan ekonomi dunia, mempunyai pendapat yang mirip dengan David Ricardo yaitu surplus merujuk pada kelebihan pendapatan nasional setelah dipotong konsumsi pribadi dan pengeluaran pemerintah.
Menurut Paul Samuelson seorang ekonom dari Amerika Serikat, surplus merujuk pada kelebihan jumlah barang yang dihasilkan setelah memenuhi kebutuhan konsumsi dan investasi, yang dapat digunakan untuk menghasilkan lebih banyak kekayaan di masa depan.
Surplus dan defisit merupakan dua hal yang berlawanan, ada banyak perbedaan diantara keduanya. Berikut penjelasan lengkapnya
Dari segi pengertian surplus adalah total jumlah anggaran pengeluaran yang dikeluarkan lebih kecil dibandingkan pemasukan yang didapat. Sebaliknya, defisit adalah tital jumlah anggaran yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan dengan pemasukannya.
Perbedaan selanjutnya ada pada tujuannya, surplus bertujuan untuk mencegah inflasi dari segi jumlah uang yang beredar, sedangkan anggaran defisit biasanya digunakan untuk mencegah kenaikan biaya produksi barang.
Berikutnya adalah kondisi yang digambarkan, surplus menggambarkan kondisi keuangan sedang baik dan untung, sebaliknya jika defisit menunjukkan kondisi keuangan dalam keadaan rugi atau kekurangan.
Kesimpulannya, perbedaan surplus dan defisit terletak dari perbandingan anggaran yang dikeluarkan dan yang didapatkan, Jika yang dikeluarkan dibandingkan lebih kecil dibandingkan pemasukan disebut surplus dan sebaliknya.
Surplus ini dapat terjadi ketika harga pasar dari suatu produk atau jasa berbeda dari biaya atau nilai maksimal yang dikeluarkan oleh konsumen atau produsen untuk memperolehnya.
Dalam konteks ini, ada dua jenis surplus yang sering dibahas dalam ekonomi, yaitu surplus konsumen dan surplus produsen.
Surplus produsen merupakan keuntungan yang didapatkan oleh produsen atau penjual, yang terjadi ketika harga penjualan lebih tinggi dari harga sebenarnya atau harga awal produk. Hal ini dapat memberikan keuntungan finansial bagi produsen.
Contohnya di mana sebuah perusahaan menjual ponsel pintar dengan harga awal Rp. 5,5 juta, namun ternyata laku dijual dengan harga Rp. 7,5 juta. Dalam kasus ini, produsen mendapatkan surplus keuntungan sebesar Rp. 2 juta untuk setiap ponsel yang terjual.
Dalam sudut pandang konsumen, surplus dapat diartikan sebagai selisih antara nilai maksimal yang dapat dibayarkan oleh konsumen untuk suatu produk dengan harga sebenarnya dari produk tersebut.
Sebagai contoh, jika harga beras adalah Rp. 300 ribu per karung, tetapi seorang konsumen bersedia membayar Rp. 350 ribu per karung, maka ia mendapatkan surplus konsumen sebesar Rp. 50 ribu.
Oleh karena itu, surplus konsumen dapat diartikan sebagai situasi di mana seorang konsumen membayar harga yang lebih rendah daripada harga maksimal yang dapat mereka bayarkan.
Suatu contoh kasus di mana terjadi surplus pada produsen adalah selama masa puncak pandemi COVID-19. Kondisi pandemi tersebut menyebabkan permintaan meningkat drastis di sektor kesehatan, layanan online, dan paket data internet.
Kenaikan permintaan tersebut memberikan keuntungan bagi produsen di sektor-sektor tersebut karena peningkatan jumlah penjualan produk atau layanan mereka, sehingga produsen mendapatkan surplus dari penjualan dengan harga yang lebih tinggi daripada harga sebenarnya atau harga awal produk.
Peran penting pemerintah dapat dilihat dari keberhasilan China dalam menguasai pasar global. Dalam hal ini, perusahaan-perusahaan China telah meningkatkan produksinya dengan sangat cepat, sementara produsen dari negara lain cenderung lebih lambat dalam memenuhi kebutuhan pasar.
Hal ini menunjukkan betapa besarnya peran pemerintah dalam memberikan dukungan bagi perkembangan industri dalam negeri dan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan perusahaan.
Strategi penetrasi besar-besaran dipilih oleh beberapa perusahaan dengan harapan dapat membanjiri pasar dengan produknya. Walaupun strategi ini memiliki potensi untuk menghasilkan keuntungan besar, namun jika gagal dilaksanakan dapat berakibat pada pasar yang jenuh dan konsumen enggan membeli produk terkait.
Baca Juga: Contoh Pasar Persaingan Sempurna dan Tidak Sempurna
Meskipun surplus terdengar seperti hal yang positif, namun dampaknya dapat beragam. Pada poin ini, kita akan membahas tentang beberapa dampak dari surplus dalam bisnis, baik itu dampak positif maupun negatif.
Surplus dalam bisnis terjadi ketika pendapatan atau penerimaan yang diterima melebihi biaya atau pengeluaran yang dikeluarkan. Beberapa dampak surplus dalam bisnis antara lain:
Surplus memungkinkan perusahaan untuk memiliki cadangan dana untuk mengatasi kemungkinan keadaan darurat atau kondisi bisnis yang tidak stabil.
Dengan kelebihan dana, perusahaan dapat menginvestasikan uang dalam pengembangan bisnis, seperti meluncurkan produk baru atau membuka cabang baru.
Surplus dapat membuat perusahaan terlihat lebih stabil dan dapat diandalkan dalam jangka panjang, yang dapat meningkatkan reputasi perusahaan di mata pemangku kepentingan.
Dengan surplus, perusahaan dapat membayar utang lebih cepat atau meminimalkan utang yang dimilikinya, yang dapat meningkatkan kesehatan keuangan perusahaan.
Surplus dapat memperkuat posisi keuangan perusahaan dan meningkatkan nilai perusahaan di mata investor.
Namun, ada juga beberapa dampak negatif yang mungkin terjadi akibat surplus dalam bisnis, seperti:
Jika perusahaan tidak menggunakan surplus dengan bijak, kelebihan dana dapat dihabiskan untuk pengeluaran yang tidak perlu atau tidak efektif.
Jika perusahaan tidak membagikan surplus ke karyawan atau tidak memberikan imbalan yang sesuai, hal ini dapat mengurangi motivasi karyawan dan membuat mereka kehilangan semangat untuk bekerja keras.
Jika perusahaan menginvestasikan surplus untuk memperluas produksi atau membangun infrastruktur, hal ini dapat menyebabkan overproduksi dan menyebabkan ketidakseimbangan di pasar.
Dalam konteks bisnis, berikut contoh-contoh surplus yang dapat terjadi, yaitu :
Contoh pertama adalah surplus produksi, terjadi ketika perusahaan menghasilkan lebih banyak barang atau jasa daripada permintaan dari pasar. Hal ini dapat terjadi karena berbagai alasan, seperti kesalahan dalam perencanaan produksi atau perubahan dalam permintaan pasar.
Yang kedua adalah surplus stok. Terjadi ketika perusahaan memiliki lebih banyak stok barang atau bahan baku daripada yang diperlukan. Hal ini dapat terjadi karena peramalan yang tidak akurat atau perubahan dalam permintaan pasar.
Terjadi ketika perusahaan memiliki lebih banyak uang tunai daripada yang diperlukan untuk operasional sehari-hari atau kebutuhan investasi jangka pendek. Hal ini dapat terjadi karena efisiensi operasional yang baik atau penghematan yang berhasil.
Contoh terakhir adalah surplus modal. Terjadi ketika perusahaan memiliki lebih banyak modal daripada yang diperlukan untuk membiayai operasional atau investasi jangka panjang. Hal ini dapat terjadi karena keberhasilan dalam mengumpulkan modal atau strategi investasi yang berhasil.
Dalam beberapa kasus, surplus dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan, seperti keuntungan finansial, peningkatan nilai perusahaan, atau kemampuan untuk mengembangkan bisnis ke arah yang baru.
Namun, terlalu banyak surplus juga dapat menjadi masalah bagi perusahaan, karena dapat mengindikasikan ketidakmampuan perusahaan untuk memanfaatkan sumber daya secara efektif dan efisien.
Dalam bisnis, surplus dapat menjadi indikator keuangan yang positif bagi perusahaan dan memungkinkan perusahaan untuk mengatasi berbagai tantangan yang mungkin terjadi di masa depan.
Namun, kelebihan dana juga harus dikelola dengan bijak agar dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi perusahaan.
Penting bagi perusahaan untuk menentukan prioritas penggunaan surplus dengan mempertimbangkan dampak positif dan negatif yang mungkin terjadi. Selain itu, perusahaan juga harus menyesuaikan strategi keuangan dengan keadaan bisnis yang sedang dihadapi agar dapat memaksimalkan potensi keuntungan dan mengurangi risiko kerugian.
Untuk itu penting juga bagi perusahaan untuk menggunakan software sebagai alat kontrol keuangan bisnis. Salah satu alat kontrol yang bisa digunakan adalah berupa software akuntansi online Beecloud
Menggunakan software akuntansi untuk memantau surplus memiliki banyak keuntungan. Software akuntansi dapat membantu perusahaan untuk menghitung surplus secara akurat dan efisien, memantau surplus secara real-time dan mengidentifikasi potensi masalah keuangan dengan cepat.
Selain itu, penggunaan software akuntansi juga dapat mengurangi kesalahan manusia dalam mencatat transaksi keuangan, sehingga hasilnya lebih akurat dan terpercaya. Dengan demikian, software akuntansi dapat membantu perusahaan dalam mengambil keputusan yang tepat dalam mengelola keuangan dan memaksimalkan potensi surplus.