Logo Bee Web

Pengertian Sistem Konsinyasi dan Contoh Pencatatan Akuntansinya

Sistem konsinyasi adalah suatu perjanjian dimana pihak yang memiliki barang menitipkan kepada pihak tertentu dengan memberikan komisi.
Penulis: Rininta Oktaviana
Kategori: ,
Terbit: Wednesday, 12 October 2022
Diperbarui: Thursday, 19 December 2024
Daftar Isi

Sistem konsinyasi, atau sering disebut titip-jual, merupakan salah satu bentuk perjanjian tak bernama yang banyak ditemui dalam dunia kerjasama bisnis. Meskipun tidak diatur secara spesifik dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), konsep konsinyasi masih memiliki keterkaitan dengan PSAK No. 23/2017 yang membahas pendapatan.

Dalam praktiknya, bentuk dan isi perjanjian konsinyasi sangat bergantung pada kesepakatan para pihak yang terlibat, sehingga fleksibilitas inilah yang membuat sistem ini populer di kalangan pelaku usaha.

Nah, lebih jelasnya Anda bisa baca apa itu konsinyasi, bagaimana mekanismenya, serta hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun perjanjian konsinyasi agar kerjasama yang dijalankan dapat berjalan lancar dan menguntungkan kedua belah pihak.

Apa yang Dimaksud dengan Sistem Konsinyasi?

Contoh Sistem Konsinyasi

Ilustrasi penjual konsinyasi menerima produk dari pemilik barang untuk dijualkan (Credit: bee.id)

Sistem konsinyasi adalah suatu perjanjian dimana salah satu pihak yang memiliki barang menitipkan kepada pihak tertentu untuk dijual dengan memberikan komisi tertentu. Dalam konsinyasi, pihak yang diberi titipan barang tidak perlu membeli atau membayar barang tersebut terlebih dahulu, melainkan hanya bertugas menjualnya dan kemudian menerima komisi setelah barang tersebut laku terjual.

Dengan sistem seperti ini, kedua belah pihak mendapatkan keuntungan. Dimana, sebagai pemilik produk mendapatkan keuntungan bisa menjual tanpa harus memiliki tempat berjualan atau toko, sedangkan bagi yang dititipi mendapatkan keuntungan berupa laba penjualan tanpa harus menyetok terlebih dulu.

Di sini, Pemilik barang atau pihak yang menitipkan dinamakan pengamanat (consignor), sedangkan pihak yang diberi titipan dinamakan komisioner atau pedagang komisi (consignee). Hak milik barang, tetap masih berada pada pemilik barang sampai barang tersebut terjual.

Contoh konsinyasi bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya seorang ibu rumah tangga yang menitipkan gorengan buatannya ke toko kelontong di dekat rumah. Dengan kata lain, ibu tersebut sebagai pemilik barang (consignor) tidak perlu membuka warung sendiri, cukup menitipkan dagangannya.

Baca Juga: Mengenal Lebih Dalam Apa itu Sistem Penjualan Konsinyasi

Pengertian Sistem Konsinyasi Menurut Para Ahli

Berikut pengertian sistem konsinyasi menurut para ahli:

#1. Dewi Ratnaningsih (2015)

Konsinyasi adalah penitipan barang oleh pemilik ke pihak lain untuk dijualkan dengan harga dan syarat yang diatur dalam perjanjian.

#2. Widayat (1993)

Penjualan konsinyasi adalah pengiriman atau penitipan barang dari pemilik kepada pihak lain yang bertindak sebagai agen penjual hak milik tetap berada pada pemilik sampai barang tersebut terjual.

#3. Darsono (2014)

Sedangkan menurut Darsono, sistem penjualan konsinyasi adalah penjualan dengan cara pemilik menitipkan barang kepada pihak lain untuk dijualkan dengan harga jual dan syarat yang telah diatur dalam perjanjian.

4 Karakteristik Penjualan Menggunakan Sistem Konsinyasi

Penjualan konsinyasi memiliki beberapa dengan penjualan reguler. Menurut Hadori Yunus ada 4 karakteristik yang merupakan perbedaan perlakuan akuntansi antara transaksi penjualan konsinyasi dan penjualan reguler.

1. Kepemilikan Barang

Dalam sistem konsinyasi, hak milik atas barang tetap berada pada pengamanat (consignor) sampai barang tersebut terjual ke pihak ketiga. Karena hak milik atas barang masih berada pada pengamanat, maka barang-barang konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan oleh pengamanat. Barang konsinyasi tidak boleh diperhitungkan sebagai persediaan oleh pihak komisioner (consignee)

2. Pengakuan Pendapatan

Karakteristik kedua perjanjian konsinyasi adalah dari pengakuan pendapatan, dimana pengiriman barang konsinyasi tidak serta-merta diakui sebagai pendapatan.

Baik pengamanat maupun komisioner baru dapat mengakui pendapatan ketika barang berhasil dijual kepada pihak ketiga. Dengan demikian, proses pengiriman tidak mempengaruhi laporan pendapatan hingga transaksi penjualan terjadi.

3. Tanggung Jawab Biaya

Pihak pengamanat (consignor) sebagai pemilik tetap bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua biaya yang berhubungan dengan barang-barang konsinyasi sejak saat pengiriman sampai saat komisioner berhasil menjualnya kepada pihak ketiga, kecuali ditentukan lain dalam perjanjian di antara kedua belah pihak yang bersangkutan.

4. Tanggung Jawab Komisioner

Pihak komisioner bertanggung jawab menjaga keamanan dan keselamatan barang yang diterimanya dari pengamanat. Untuk itu, komisioner wajib melakukan administrasi yang tertib dan mendokumentasikan dengan baik hingga barang tersebut berhasil dijual kepada pihak ketiga.

Syarat dan Ketentuan Perjanjian Konsinyasi

Ada beberapa ketentuan dalam perjanjian konsinyasi pada umumnya dinyatakan secara tertulis yang menekankan sifat hubungan kerjasama antara kedua pihak. Ketentuan yang diatur dalam perjanjian itu biasanya meliputi :

  • Komisi penjualan, komisi ini berkaitan dengan berapa persentase keuntungan dan harga jual yang akan ditetapkan para produk yang dititipkan.
  • Syarat-syarat pembayaran dan penyerahan barang
  • Pengumpulan piutang dan tanggung jawab atas kerugian karena piutang tidak dapat ditagih
  • Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh komisioner dalam rangka penerimaan,
  • Penyimpangan dan penjualan barang
  • Penyelesaian kepada pengamanat dan bentuk serta jangka waktu (periode) laporan-laporan yang harus disajikan kepada pihak pengamanat.

Penting untuk diperhatikan, selain ketentuan-ketentuan yang diatur secara spesifik di dalam perjanjian, hubungan kerjasama di dalam transaksi konsinyasi juga berlaku ketentuan-ketentuan umum yang diatur oleh Undang-undang (hukum) yang berlaku di dalam dunia perdagangan.

Kelebihan dan Kekurangan Sistem Penjualan Konsinyasi

Skema Penjualan Sistem Konsinyasi

Skema Penjualan Sistem Konsinyasi (Credit: bee.id)

Baik untuk pemilik barang maupun pelaku usaha yang dititipi, keduanya memiliki tantangan dan keuntungan yang sama-sama perlu dipertimbangkan, sebelum memutuskan untuk melakukan penjualan konsinyasi. Apa saja itu? Diantaranya adalah sebagai berikut:

#Kelebihan Sistem Penjualan Konsinyasi

Berikut adalah beberapa keuntungan yang didapatkan pelaku usaha dan pemilik barang ketika menerapkan sistem penjualan konsinyasi:

a. Bagi Pemilik Barang (Consignor)

  • Dalam sistem ini pemilik barang bisa menjangkau lebih banyak konsumen tanpa perlu membuka toko sendiri. Jadi, hemat tenaga dan biaya!
  • Barang yang belum terjual tetap menjadi milik pemilik. Ini berarti, walaupun belum laku, mereka tidak kehilangan apa-apa.
  • Dengan barang yang tersedia di berbagai lokasi, nama merek atau produk jadi lebih dikenal orang

b. Bagi Pelaku Usaha yang Dititipi Barang (Consignee)

  • Pelaku usaha bisa menjual produk tanpa harus mengeluarkan uang untuk membeli stok di awal.
  • Setiap barang yang terjual, pelaku usaha akan mendapatkan komisi sesuai kesepakatan. Lumayan kan, dapat untung tanpa investasi besar?
  • Dengan menawarkan berbagai barang titipan, toko bisa punya variasi produk yang lebih banyak. Ini tentu menarik perhatian konsumen untuk datang dan berbelanja.

Sistem ini seperti kolaborasi win-win solution! Pemilik barang lebih fleksibel memperluas usahanya, sementara pelaku usaha dapat tambahan penghasilan tanpa risiko besar.

Baca Juga: Mengenal Konsep Win-Win Solution dan Penerapannya

#Kekurangan Sistem Penjualan Konsinyasi

Selain keuntungan yang didapatkan, penjualan konsinyasi ini juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu keduanya pertimangkan, berikut adalah rinciannya:

a. Bagi Pemilik Barang (Consignor)

  • Jika barang tidak laku dalam waktu tertentu, pemilik harus menanggung beban penyimpanan atau menarik kembali barang tersebut.
  • Pemilik produk harus memantau stok di berbagai tempat yang berbeda. Sehingga, harus lebih teliti dan rapi dalam pembukuannya.
  • Karena pengakuan pendapatan baru terjadi saat barang terjual, arus kas bisa jadi lebih lambat, khususnya ketika produk yang dijual tidak kunjung laku.

b. Bagi Pelaku Usaha yang Dititipi Barang (Consignee)

  • Pelaku usaha harus menjaga barang titipan dengan baik. Jika terjadi kerusakan atau kehilangan dapat merusak citra usaha Anda, bahkan dalam beberapa kasus harus ikut bertanggung jawab.
  • Jika produk yang kurang diminati konsumen akan memenuhi tempat penyimpanan. Sehingga, di awal penting untuk membuat perjanjian penjualan konsinyasi yang jelas agar tidak merugikan salah satu pihak.
  • Harus mencatat penjualan dan stok barang secara teliti untuk dilaporkan ke pemilik barang, agar keuangan transparan dan kerjasama bisa berjalan lama.

Metode Pencatatan Sistem Konsinyasi

Dalam prinsipnya pendapatan pada konsinyasi diakui saat penjualan terhadap barang-barang konsinyasi dilakukan oleh komisioner kepada pihak ketiga.

Jika pengamanat membutuhkan laporan penjualan atas penjualan barang-barang konsinyasi, maka pencatatannya harus diselenggarakan terpisah dari transaksi penjualan reguler.

Ada dua metode pencatatan penjualan konsinyasi yang bisa digunakan, yakni pencatatan terpisah dan tidak terpisah, Lebih jelasnya simak penjelasan berikut ini:

1. Pencatatan Penjualan Konsinyasi Metode Terpisah

Metode pertama yang umum digunakan dalam sistem konsinyasi adalah metode terpisah. Disebut terpisah karena dalam pencatatannya laba rugi yang didapatkan dipisah berdasarkan penjualan biasa dan penjualan konsinyasi.

Selain itu, pemisahaan ini juga berlangsung untuk pendapatan dan biaya yang dikeluarkan terhadap penjualan konsinyasi itu sendiri. Namun, objek yang dipisahkan dalam pencatatan ini berbeda dari pihak pemilik barang maupun penjualan konsinyasi. Lebih jelasnya baca penjelasan berikut ini:

#Pencatatan Konsinyasi Metode Terpisah Bagi Pemilik Barang (Consignor)

Pada pencatatan konsinyasi metode terpisah untuk pemilik barang yang dicatat berdasarkan data dari pengumpulan pendapatan dan biaya, dalam rekening “barang konsinyasi”. Rekening ini akan didapatkan dengan biaya yang berhubungan dengan barang konsinyasi dan dikreditkan dengan pendapatannya.

Pencatatan Penjualan Konsinyasi Bagi Pengamanat Metode Terpisah

Pencatatan Penjualan Konsinyasi Bagi Pengamanat Metode Terpisah (Credit: bee.id)

Pendebitan dan pengkreditan terhadap rekening “barang konsinyasi” adalah pendebitan terdiri atas:

  • HPP atas barang konsinyasi yang dikirim.
  • Biaya pengiriman barang-barang konsinyasi.
  • Tanggungan pengamanat terkait dengan biaya yang dikeluarkan komisioner seperti fee atau komisi, biaya perakitan, dan lainnya.

Jika rekening barang konsinyasi bersaldo di kredit, maka terjadi laba saat pengkreditan hasil penjualan barang konsinyasi. Namun sebaliknya jika bersaldo disebelah debet, hal ini menunjukkan terjadi rugi.

Jika belum terjual, elemen persediaan untuk barang konsinyasi harus dipisahkan dengan persediaan yang berada di gudang saat menyusun laporan periode tertentu agar tidak terjadi kerancuan.

Apa saja transaksi yang perlu dicatat pemilik produk? Ada 4 jenis transaksi yang perlu dicatat, diantaranya adalah sebagai berikut:

  • Saat barang konsinyasi dikirim ke penjual konsinyasi

Akuntansi Konsinyasi Saat Barang Dikirim Pemilik Barang

  • Saat timbul biaya ongkos kirim yang dilakukan pembayaran.

Akuntansi Konsinyasi Saat Timbul Ongkos Kirim Pemilik Barang Metode Terpisah

  • Saat laporan pertanggungjawaban diterima dari komisioner, yang terdiri dari 3 informasi, yakni jumlah barang yang terjual, pengeluaran terkait, dan komisi komisioner.

Akuntansi Konsinyasi Saat Pertanggungjawaban Pemilik Barang Metode Terpisah

  • Penerimaan pembayaran dari komisioner

Akuntansi Konsinyasi Saat Penerimaan Pembayaran Pemilik Barang Metode Terpisah

# Pencatatan Konsinyasi Metode Terpisah Bagi Penjual Konsinyasi (Consignee)

Sedangkan pada penjualan konsinyasi, metode terpisah dilakukan untuk memisahkan transaksi antara pendapatan dan biaya yang dikeluarkan terhadap penjualan konsinyasi.

Bagian akuntansi akan menggunakan rekening “barang komisi” untuk mengumpulkan pendapatan dan biaya terkait yang kemudian akan didebatkan dengan biaya dan pendapatan yang berhubungan.

Pencatatan Penjualan Konsinyasi Bagi Penjual Konsinyasi Metode Terpisah

Adapun hal yang dicatat oleh komisioner mencakup :

  • Biaya angkut atau perakitan yang dikeluarkan
  • Saat barang komisi terjual
  • Pelaporan yang dikirim ke pengamanat
  • Membayar barang komisi ke pengamanat

Sedangkan untuk pembukuannya, bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut:

  • Saat mengeluarkan biaya ongkos kirim barang konsinyasi

Pencatatan Biaya Ongkos Kirim Bagi Penjual Konsinyasi Metode Terpisah

  • Saat barang konsinyasi terjual

Pencatatan Komisi Penjualan Bagi Penjual Konsinyasi Metode Terpisah

  • Laporan yang dikirim ke pemilik barang

Pencatatan Laporan Pertanggungjawaban Bagi Penjual Konsinyasi Metode Terpisah

  • Pengiriman pembayaran kepada pemilik barang

Akuntansi Konsinyasi Saat Barang Dikirim Pemilik Barang

Dalam rangkaian kegiatan penjualan konsinyasi ini, laporan laba rugi akan ditunjukkan melalui saldo rekening bernama Barang Komisi, pada setiap akhir periode yang ditutup ke rekening Ikhtisar Laba Rugi.

2. Pencatatan Penjualan Konsinyasi Metode Tidak Terpisah

Sama halnya metode terpisah, penggunaan metode pencatatan penjualan konsinyasi tidak terpisah juga bisa digunakan oleh kedua belah pihak, dengan objek yang dicatat saja yang berbeda.

Secara umum, metode tidak terpisah adalah pencatatan yang tidak memisahkan antara penjualan secara konsinyasi atau biasa pencatatannya tidak dipisahkan sehingga timbulnya laba atau rugi penjualan reguler atau konsinyasi dijadikan satu. Sehingga baik penjualan konsinyasi atau penjualan biasa pencatatannya sama saja.

# Pencatatan Konsinyasi Metode Tidak Terpisah Bagi Pemilik Barang (Consignor)

Untuk pemilik barang metode tidak terpisah ini digunakan untuk mencatat seluruh transaksi yang terjadi, baik penjualan reguler maupun konsinyasi. Dalam metode ini, pengiriman barang ke pihak komisioner (consignee) tidak diakui langsung sebagai penjualan, melainkan hanya dicatat sebagai memo.

Pencatatan transaksi konsinyasi baru dilakukan ketika terjadi penjualan barang oleh komisioner, di mana pendapatan dan biaya konsinyasi digabungkan dengan penjualan biasa. Dengan demikian, metode ini lebih sederhana tetapi kurang memberikan informasi rinci terkait kinerja konsinyasi secara spesifik.

Pada umumnya jurnal yang dibuat oleh pengamanat dalam metode tidak terpisah ini hanya mencakup 3 transaksi, yaitu:

  • Pembayaran biaya angkut (biaya pengiriman) barang konsinyasi

Saat Mengeluarkan Kas Untuk Biaya Kirim Metode Tidak Langsung Bagi Pemilik Barang

  • Menerima laporan pertanggungjawaban dari komisioner, berupa informasi terkait jumlah barang yang dijual, pengeluaran terkait barang konsinyasi dan komisi atas komisioner.

Diterimanya Laporan Komisioner Metode Tidak Langsung Bagi Pengamanat

  • Menerima pembayaran dari komisioner

Saat Mengeluarkan Kas Untuk Biaya Kirim Metode Tidak Langsung Bagi Pemilik Barang

# Pencatatan Konsinyasi Metode Tidak Terpisah Bagi Penjual Konsinyasi (Consignee)

Sistem Akuntansi Konsinyasi Bagi Komisioner Metode Tidak Terpisah

Sama seperti pembukuan metode tidak terpisah bagi pemilik barang, baik pendapatan maupun biaya yang tidak dicatat secara terpisah. Namun, untuk penjual konsinyasi  transaksi yang perlu dicatat adalah sebagai berikut:

  • Pembayaran biaya kirim/ perakitan

Pembayaran Ongkir Metode Tidak Terpisah Penjual Konsinyasi

  • Saat barang konsinyasi terjual

Saat Barang Konsinyasi Terjual Bagi Penjual Konsinyasi Metode Tidak Langsung

  • Saat uang penjualan dikirim ke pemilik barang/ pengamanat

Pengiriman Uang Penjualan Metode Tidak Langsung

Kesimpulan

Sistem konsinyasi merupakan suatu perjanjian dimana pihak yang memiliki barang (konsinyi) menyerahkan sejumlah barang kepada pihak tertentu (konsinyi/komisioner) untuk dijualkan dengan memberikan komisi Konsinyasi terbagi menjadi 2 yaitu Konsinyasi In dan Out.

  • Konsinyasi Out (Konsinyasi Keluar) adalah dimana kita sebagai pihak pemberi barang kepada komisioner untuk dijual kembali
  • Konsinyasi In (Konsinyasi Masuk) adalah dimana kita sebagai pihak penerima barang dari konsinyor untuk kita jual kembali.

Sistem konsinyasi bermodal kepercayaan yang tinggi antara penitip barang (consignor) dengan penjual konsinyasi (consignee) atau komisioner oleh karena itu diperlukan sistem akuntansi konsinyasi Beeaacounting yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Beeaccounting Laba Rugi Bisnis Konsinyasi

Untuk membantu Anda dalam pencatatan akuntansi konsinyasi, Beeaccounting kini telah memiliki plugin konsinyasi yang dapat disesuaikan dengan usaha Anda. Apa kegunaan plugin konsinyasi? Kegunaan plugin konsinyasi Beeaccounting untuk pihak yang memiliki barang:

  • Untuk mengetahui dan mencatat barang apa saja yang sudah kita titipkan ke customer
  • Mengetahui laporan barang apa saja yang terjual
  • Pencatatan pengembalian barang jika ada yang tidak laku

Kegunaan plugin konsinyasi Beeaccounting untuk pihak penjual barang konsinyasi:

  • Untuk mengetahui barang apa saja yang dititipkan kepada kita
  • Untuk analisis stok terjual dan tidak

Penasaran pengen coba pencatatan sistem konsinyasi otomatis? Klik banner di atas sekarang juga!

Artikel Populer

Contoh Pasar Oligopoli Potret Pasar Persaingan Tidak Sempurna
Ragam contoh pasar oligopoli yang Anda ketahui bisa menambah wawasan dalam memahami jenis market ini. pasar jenis ini merupakan salah
Baca Juga
[DOWNLOAD] Contoh Cash Flow Excel dan Template Membuatnya Gratis
Contoh cash flow excel berfungsi untuk mengonversi data-data akuntansi pada laporan laba rugi dan neraca menjadi suatu informasi mengenai pergerakan
Baca Juga
Model AIDA: Pengertian, Kelebihan dan Contohnya
Apakah Anda pernah mendengar tentang konsep Marketing AIDA dalam pemasaran? Dengan menggunakan model ini, Anda dapat meningkatkan perhatian, minat, keinginan,
Baca Juga
Contoh Matriks SWOT, Pengertian dan Strategi Penerapannya
Matriks SWOT berfungsi sebagai alat atau metode analisa peluang atau ancaman dalam bisnis, dengan analisis ini pebisnis lebih waspada dan
Baca Juga
Berbagai Contoh Proposal Bisnis Lengkap dengan Rinciannya
Proposal bisnis merupakan suatu rencana bisnis yang ditulis dalam bentuk dokumen. Pelaku bisnis perlu membuat proposal bisnis sebelum memulai suatu
Baca Juga
Jenis dan Contoh Pelayanan Prima di Berbagai Bidang Usaha
Pelayanan prima atau service excellent merupakan rangkaian tindakan yang diberikan untuk memberikan layanan kepada pelanggan secara maksimal agar mereka mendapat
Baca Juga
Customer Service Bee

148rb+ Pengusaha Sudah Pakai Bee

"Operasional makin lancar, bisnis terkontrol dan mudah discale-up"
Hubungi Tim Bee sekarang untuk konsultasi GRATIS
Logo Bee Web
Software Akuntansi & Kasir No. 2 di Indonesia. Memudahkan Pemilik Bisnis dan Akuntan untuk mengerjakan dan menganalisa keuangan lebih cepat, mudah, dan akurat. Gratis Trial atau Demo Gratis dengan Tim Bee.
Jam Operasional
Senin - Jumat, 09:00 - 16:00 WIB
Sabtu, Minggu dan Tgl Merah LIBUR
Chat via WA
Alamat Kantor
Surabaya: Jl. Klampis Jaya 29J, SurabayaBandung: Aer Space - Jl. Karang Tinggal No.41B, Cipedes, Bandung
Jakarta: Jl. Mampang Prapatan VIII No. 3B, Jakarta Selatan (Sementara Tutup)
Copyright © 2024 Bee.id
magnifiercrossmenu