Siklus produksi adalah rangkaian langkah yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dari awal hingga siap dijual ke konsumen. Siklus ini mencakup berbagai proses yang saling berhubungan, mulai dari perencanaan produksi, pengadaan bahan baku, hingga tahap akhir distribusi produk.
Dengan mengelola siklus produksi secara efektif, perusahaan dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya, mengurangi biaya produksi, dan memastikan kualitas produk tetap terjaga sehingga mampu bersaing di pasar yang semakin kompetitif.
Apa saja tahapannya? Simak penjelasan lengkapnya pada artikel di bawah ini:
Dalam Romney & Steinbart (2012), menjelaskan jika siklus produksi adalah rangkaian aktivitas bisnis dan pemrosesan data terkait yang terus terjadi dan berkaitan dengan pembuatan produk.Dengan tujuan, mengotorisasi semua produksi dan perolehan aktiva, menjaga persediaan barang dalam proses dan aktiva tetap, mencatat siklus produksi yang valid, sah, dan akurat, serta efektif dan efisien.
Sederhananya, siklus produksi adalah rangkaian proses yang dimulai dari perencanaan produksi hingga produk akhir siap dijual atau didistribusikan. Proses ini melibatkan beberapa tahapan, termasuk pengadaan bahan baku, perakitan, hingga pengawasan kualitas produk.
Baca Juga: Indikator Kualitas Produk dan Faktor yang Mempengaruhinya
Dengan adanya siklus produksi ini, perusahaan dapat memastikan setiap langkah dalam proses produksi dilakukan sudah sesuai standar untuk menghasilkan produk yang berkualitas, memenuhi kebutuhan konsumen, serta memaksimalkan efisiensi dan akurasi dalam pengelolaan persediaan dan pencatatan produksi.
Ada 4 aktivitas siklus produksi menurut Romney dan Steinbart (2018) dalam Larasati dan Hwihanus (2023), mulai dari desain produk, perencanaan dan penjadwalan, operasi produksi, dan akuntansi biaya, berikut penjelasan lengkapnya:
Salah satu aktivitas yang dilakukan dalam siklus sistem produksi adalah desain produk, desain produk merupakan tahap awal dalam siklus produksi yang bertujuan untuk menciptakan produk sesuai kebutuhan konsumen, baik dari segi kualitas, ketahanan, maupun desain. Pada tahap ini, lembar spesifikasi bahan dan catatan aktivitas kerja sangat penting.
Kemudian peran seorang akuntan di sini adalah untuk memastikan bahwa biaya desain ini optimal, karena sekitar 65%-80% biaya produksi dapat dipengaruhi oleh desain produk. Dengan analisis akuntansi, perusahaan dapat mempertimbangkan opsi desain yang lebih efisien dan menguntungkan.
Selanjutnya, pada tahapan ini perusahaan akan fokus pada penyusunan strategi operasional untuk memenuhi permintaan secara efisien. Dalam perencanaan dan penjadwalan, terdapat dua pendekatan utama: perencanaan sumber daya manufaktur (MRP) dan sistem produksi tepat waktu (JIT).
Kedua pendekatan ini bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan mengurangi biaya penyimpanan barang.
Tahap ketiga dari siklus produksi adalah operasi produksi, dimana pada tahapan ini setiap perusahaan memiliki aktivitas produksi yang berbeda-beda, tergantung pada jenis produk dan tingkat otomatisasi yang digunakan.
Dalam operasi produksi, perusahaan berupaya meningkatkan efisiensi melalui otomatisasi mesin untuk mengurangi biaya tenaga kerja dan waktu produksi. Penggunaan teknologi seperti mesin CNC (Computer Numerical Control) memungkinkan produksi yang lebih cepat dan akurat, sehingga membantu perusahaan mencapai skala produksi besar dengan biaya yang lebih rendah.
Terakhir adalah akuntansi biaya, salah satu tahapan aktivitas siklus akuntansi penting yang mencakup pengumpulan, analisis, dan pelaporan biaya untuk membantu perusahaan menentukan harga dan mengevaluasi efisiensi produksi.
Ada 3 tujuan utama akuntansi biaya dalam siklus produksi, diantaranya:
Selain itu, juga terdapat tiga elemen biaya utama dalam produksi, yakni bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Biaya yang terkait dengan bahan mentah langsung dan tenaga kerja langsung merupakan komponen utama, sementara biaya overhead meliputi biaya yang tidak dapat dikaitkan langsung dengan produk tertentu, seperti biaya pemeliharaan mesin dan gaji pengawas produksi.
Flowchart Siklus Produksi adalah representasi grafis yang menggambarkan langkah-langkah atau tahapan yang terlibat dalam proses produksi suatu barang atau jasa, dari awal hingga akhir. Ini digunakan untuk menggambarkan alur kerja yang terstruktur, sehingga memudahkan dalam pemahaman dan analisis proses yang terjadi di dalam siklus produksi.
Berikut contohnya:
Menurut Mulyadi (2001) siklus produksi berfungsi mengintegrasikan berbagai aspek bisnis, mulai dari penjualan, produksi, perencanaan dan pengawasan, gudang hingga akuntansi biaya, berikut penjelasan lengkapnya:
Bertanggung jawab menerima dan memproses pesanan pelanggan, khususnya pada perusahaan yang menggunakan lean manufacturing. Fungsi ini langsung meneruskan pesanan ke produksi. Sedangkan pada perusahaan yang menggunakan sistem MRP, penjualan melayani pesanan berdasarkan persediaan barang jadi.
Baca Juga: Apa Itu Lean Manufacturing? Ini Penjelasan Lengkapnya
Bertanggung jawab atas pembuatan dan pelaksanaan surat order produksi yang didukung oleh daftar kebutuhan bahan dan kegiatan produksi. Fungsi ini memastikan bahwa seluruh proses produksi berjalan sesuai rencana untuk memenuhi permintaan penjualan.
Mengatur kebutuhan bahan baku dan peralatan yang diperlukan serta mengawasi jalannya proses produksi agar berjalan lancar dan sesuai rencana. Semua kebutuhan produksi dituangkan dalam dokumen rencana seperti daftar kebutuhan bahan dan kegiatan produksi.
Menyimpan bahan baku dan alat produksi, serta menyediakan bahan baku yang dibutuhkan selama proses produksi berlangsung. Sekaligus menerima produk jadi dari produksi untuk disimpan sebelum distribusi.
Mencatat semua biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, termasuk biaya tenaga kerja, bahan baku, peralatan, dan biaya overhead. Fungsi ini memastikan pencatatan biaya yang akurat untuk analisis dan penentuan harga pokok produk.
Berikut adalah beberapa dokumen yang digunakan pada siklus produksi menurut Mulyadi (2001):
Sedangkan tujuan dari siklus produksi SIA, setidaknya ada 4 yakni:
Berikut cara menghitung waktu siklus produksi dan contohnya:
Net production time adalah jumlah waktu yang digunakan untuk produksi barang setelah dikurangi waktu yang tidak produktif, seperti waktu istirahat atau jeda.
Contoh:
Maka, net production time = 40 jam – 10 jam = 30 jam
Berikutnya adalah menghitung jumlah barang yang diproduksi, lebih tepatnya jumlah produk yang dihasilkan dalam periode waktu tertentu. Dalam hal ini kita anggap saja jika perusahaan A telah memproduksi barang sebanyak 500 unit.
Setelah mengetahui net production time dan jumlah barang yang diproduksi, kita dapat menghitung cycle time menggunakan rumus:
Siklus Produksi = Net Production Time / Jumlah Total Barang
Diketahui:
Penyelesaian:
Cycle Time = 30 jam / 500 unit = 0,06 jam per unit
Biasanya, hasil cycle time dikonversikan ke satuan waktu yang lebih praktis, seperti menit, agar lebih mudah dipahami dan digunakan dalam operasional sehari-hari.
0,06 jam × 60 menit = 3,6 menit per unit
Hasilnya:
Cycle time untuk produksi barang tersebut adalah 3,6 menit per unit. Artinya, dibutuhkan waktu 3,6 menit untuk memproduksi satu unit barang.
Dengan menghitung cycle time, perusahaan dapat mengevaluasi efisiensi proses produksi dan mencari peluang untuk meningkatkan produktivitas atau mengurangi waktu yang terbuang.
Catat dan biaya produksi bisnis Anda lebih akurat dengan menggunakan software akuntansi Beeaccounting. Software akuntansi ini memungkinkan Anda untuk memantau dan mencatat setiap pengeluaran terkait produksi, seperti biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik, dengan lebih efisien.
Dengan fitur pelacakan biaya yang terintegrasi secara otomatis, Beeaccounting membantu Anda mengurangi kesalahan pencatatan dan memastikan data yang lebih akurat. Mau coba? Klik banner di atas sekarang juga!