Retur adalah pengembalian barang oleh konsumen ke penjual, istilah retur saat ini sudah menjadi hal yang tidak asing lagi semenjak meningkatnya minat masyarakat Indonesia terhadap belanja online.
Bagi konsumen adanya sistem return sangat menguntungkan karena mereka bisa mengembalikkan barang yang tidak sesuai dengan keinginan mereka.
Lalu bagaimana dengan penjual? dan bagaimana cara mereka mengelolanya? Simak tipsnya disini.
Sebelum membahas lebih dalam tentang cara mengelola barang retur, pebisnis perlu memahami apa itu retur terlebih dahulu, agar nanti ketika mempraktekkan tidak terjadi kesalahpahaman.
Retur adalah pengembalian, jika dalam dunia bisnis return bisa diartikan sebagai pengembalian barang. Akan tetapi, pengembalian barang tidak bisa dilakukan semena-mena ada tahapan dan prosedur yang harus dilakukan.
Prosedur ini ditetapkan agar kedua pihak tidak mengalami kerugian. Disatu sisi pembeli memang berhak mengembalikan barang yang ia beli jika tidak sesuai.
Namun, dari sisi penjual, mereka tidak dapat menghindari adanya penipuan jika proses return dilakukan sesuka hati konsumen. Dan untuk menghindari itu biasanya pembeli wajib menyetorkan bukti transaksi atau dokumen pembuktian lainnya yang bisa menyatakan jika ia benar-benar telah membeli.
Baca juga: Pengertian Bukti Transaksi Hingga Macamnya Lengkap
Mengenai kewajiban penjual dalam mengembalikan barang jika tidak sesuai dengan ketentuan telah diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999.
Yang menyatakan jika penjual bisa dikenakan sanksi hukum jika sejak awal terjadinya transaksi sengaja memberikan barang yang rusak atau kualitas tidak sesuai kepada pembelinya.
Oleh sebab itu juga, dalam proses transaksi setidaknya dilakukan atau dihadiri 2 orang. Pembeli dan penjual. Pembeli wajib membayar dan penjual wajib menunjukkan sejujur-jujurnya produk yang ditawarkan.
Setelah memahami apa itu retur, berikutnya adalah memahami apa saja jenis retur. Ada dua jenis retur dalam proses transaksi jual beli, yakni:
Jenis pertama, retur pembelian adalah ketika pembeli melakukan pengembalian barang kepada penjual. Pada jenis ini pelanggan bisa mengembalikan produknya lengkap dengan dokumen transaksi sebagai bukti.
Baru kemudian pihak penjual akan mengirimkan ulang barang atau mengembalikannya berupa uang yang biasa disebut dengan refund.
Proses pengembalian ini bisa dilakukan sesuai dengan kesepakatan dan keadaan dari kedua belah pihak. Seperti, jika pembeli berada di lokasi jauh dari penjual maka akan lebih mudah dikembalikan menggunakan uang.
Jenis kedua adalah retur penjualan, keduanya dilakukan secara sama namun bedanya hanya pada cara pandang saja.
Jika retur pembelian dilakukan dari sudut pandang pembeli, maka retur penjualan dilihat dari sudut pandang penjualnya.
Dimana, penjual menerima barang yang diretur oleh pembeli dan dilakukan proses yang sama seperti retur pembelian. Namun, dari sudut pandang penjual.
Baca Juga: Arti Retur Pembelian dan Penjualan serta Cara Pencatatannya
Pengembalian barang dari konsumen kembali ke penjual menjadi salah satu dampak kerugian yang didapatkan oleh penjual.
Untuk itu penjual perlu menetapkan beberapa prosedur pengembalian barang agar tidak menambah kerugian yang didapatkan. Berikut diantaranya:
Cara pertama yang bisa dilakukan adalah menetapkan syarat dan ketentuan dalam pengembalian barang secara detail dan terperinci juga mudah dipahami konsumen.
Dengan menetapkan syarat dan ketentuan yang jelas ini penjual juga bisa mengatasi oknum yang sengaja memanfaatkan sistem retur untuk mendapatkan produk gratis atau hal-hal merugikan lainnya.
Contoh syarat ketentuan yang paling umum adalah konsumen harus melampirkan video unboxing atau proses membuka barang dari pembungkusnya secara detail.
Untuk membuktikan jika produk benar-benar rusak dari awal, bukan setelah pemakaian dan sejenisnya.
Selanjutnya adalah melakukan prosedur pengembalian dengan cepat. Hal ini untuk mengurangi rasa kecewa dari pelanggan yang telah membeli produk kita. Dengan melakukan prosedur yang cepat konsumen akan lebih memahami dan menghargai kesalahan penjual sebelumnya.
Berikutnya adalah batas waktu, artinya Anda sebagai penjual perlu menetapkan waktu untuk pelanggan melakukan pengembalian barang. Biasanya ditetapkan dari 2 hari sampai 1 minggu maksimal.
Gunanya sama dengan penetapan syarat dan ketentuan sebelumnya. Yakni untuk menunjang keefektifan proses return.
Terakhir adalah, penjual harus siap menanggung biaya pengembalian yang dilakukan konsumen sebagai tanggung jawab dari kesalahan sebelumnya.
jangan sampai biaya tersebut dibebankan oleh konsumen, karena konsumen akan menilai jika Anda orang yang lepas tangan dan bisnis Anda tidak bisa dipercaya.
Dari beberapa informasi yang dikumpulkan, pengembalian barang atau return dilakukan karena beberapa sebab, berikut diantaranya:
Hal paling umum yang menyebabkan retur barang oleh konsumen adalah salah barang, biasanya ini terjadi pada transaksi online karena tugas pemilihan barang sampai pengiriman menjadi tanggung jawab penjual sepenuhnya.
Kok bisa sampai salah barang? Mungkin saja saat itu penjual sedang memiliki banyak konsumen dan banyak barang yang hal yang harus diurus bersamaan.
Mulai dari pendataan transaksi, stok barang, pengiriman dan banyak lagi. Sehingga penjual kewalahan dan menyebabkan terjadinya human error dengan kesalahan pengiriman barang.
Menghandle toko baik online maupun offline ketika banyak pelanggan terbilang susah-susah gampang. Disatu sisi bahagia karena banyak pelanggan dan disisi lain pusing dan merasa direpotkan karena membuat penjualan menjadi berantantakan.
Mengatasi masalah ini pebisnis bisa menggunakan aplikasi pembukuan online shop Beecloud + Plugin E-Commerce. Membantu Anda melakukan pembukuan peraturan transaksi khususnya di Shopee dan Tokopedia.
Membantu memantau mana produk yang paling laris dari semua produk yang Anda tawarkan di kedua marketplace tersebut. Lengkap dengan fitur stok akurat dan laporan lengkap jadikan berbisnis menjadi lebih mantap.
Selanjutnya adalah pengiriman terlambat, dimana dalam kasus ini biasanya konsumen sudah tidak membutuhkan lagi barang yang ia beli karena pengiriman yang terlambat.
Namun, masalah ini tidak bisa sepenuhnya dapat menyalahkan pihak penjual karena pengiriman biasanya sudah diserahkan ke pihak ketiga. Untuk mengatasi ini Anda bisa melakukan pengemasan produk secepat mungkin.
Selanjutnya, hampir sama dengan poin pertama sebelumnya, bedanya barang yang diberikan masih dalam jenis yang sama namun memiliki ukuran yang berbeda dan warna yang berbeda dari yang dipesan pelanggan sebelumnya.
Berikutnya adalah kualitas yang tidak sesuai. Seperti didalam deskripsi produk dituliskan jika produk memiliki kualitas A dengan bahan dari B dan sejenisnya. Namun ternyata kualitas produk adalah C dan dari bahan D yang tentu saja tidak sesuai dengan deskripsi yang disampaikan.
Untuk mengatasi ini sudah seharusnya pedagang jujur menyampaikan kondisi barang yang dijual. Sebab, retur barang juga bisa menyebabkan kerugian bahkan kehilangan kepercayaan pelanggan.
Selanjutnya adalah produk rusak, bisa rusak karena memang dari awal sudah rusak atau rusak ketika dalam perjalanan. Untuk proses pengembalian produk rusak ini harus ada kesepakatan dari kedua belah pihak sebelumnya agar tidak merugikan salah satu pihak.
Dan untuk mengurangi potensi kerusakan barang, penjual bisa membungkus produk dengan keamanan semaksimal mungkin, agar tidak mengalami kerusakan ketika dikirimkan.
Sesuai dengan artinya, Apa itu retur? Retur adalah pengembalian barang, penjual harus siap siaga dalam mengatasi permasalahan ini, dan sebagai pembeli harus bijak dalam melakukan pengembalian barang.