Point of purchasing adalah sebuah strategi penempatan produk di tempat-tempat strategis toko, dengan tujuan untuk menarik perhatian konsumen terhadap produk tersebut. Penempatan ini sering kali berada di area yang mudah terlihat atau sering dilewati oleh konsumen, seperti dekat kasir, di ujung lorong, atau pada tampilan khusus yang dibuat menarik.
Strategi ini umum diterapkan di berbagai jenis toko ritel, seperti supermarket, minimarket, hingga department store. Dengan harapan, konsumen akan lebih mudah tertarik dan terdorong untuk membeli produk yang ditempatkan di area strategis tersebut, meskipun awalnya mereka tidak berniat untuk membelinya.
Simak penjelasan lengkapnya pada artikel di bawah ini!
Istilah point of purchasing disebut juga dengan P.O.P display, yakni sebuah strategi pemasaran yang bertujuan menempatkan produk di lokasi-lokasi strategis dalam toko untuk menarik perhatian konsumen dan mendorong pembelian langsung.
Biasanya, P.O.P display ditempatkan di area yang mudah dilihat, seperti dekat kasir, ujung lorong, atau area promosi khusus. Tampilan ini sering kali dirancang secara menarik dengan warna mencolok, pencahayaan yang tepat, dan desain kreatif agar produk terlihat lebih menonjol dibanding produk lain di sekitarnya.
Menurut Shimp dalam Gregorius Chandra dan Dedi Adriana (2008), point of purchasing adalah elemen promosi seperti pajangan, poster, petunjuk,dan lainnya dalam toko yang sengaja dirancang untuk mempengaruhi pilihan pelanggan dalam momen pembelian.
Dalam penelitian Point of Purchase Advertising Institute (POPAI) dan Grocery Marketing Association (GMA) dalam Theresia Putri dan Agus Putranto, menjelaskan jika 75% keputusan pembelian yang dilakukan di dalam toko adalah keputusan yang tidak terencana.
Hal ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh tampilan produk yang menarik dan strategis dalam mendorong pembelian impulsif. Dengan menggunakan POP display yang efektif, produk bisa tampil lebih mencolok dan menarik perhatian konsumen, membuat mereka lebih mudah terdorong untuk membeli meskipun awalnya tidak ada niatan untuk itu.
Point of purchasing (POP) memiliki pendekatan unik dalam berkomunikasi dengan konsumen dibandingkan dengan metode promosi tradisional. POP berfokus pada pengemasan produk dalam bentuk display yang menarik dan eksklusif di area strategis toko.
Elemen-elemen visual seperti tanda, papan tulisan, atau gambar digunakan untuk memberikan informasi tentang manfaat, keunggulan, dan lokasi produk di dalam toko. Produk juga ditata secara rapi dan bersih berdasarkan jenisnya, sehingga menciptakan pengalaman belanja yang lebih terarah dan memudahkan konsumen menemukan produk yang diinginkan.
Sebaliknya, metode promosi lainnya, seperti diskon, kupon, dan sampel produk, lebih sering difokuskan pada insentif langsung atau penawaran khusus di luar konteks visual dalam toko. Promosi ini biasanya menarik konsumen dengan janji hadiah atau diskon, tetapi tidak selalu menghadirkan daya tarik visual di tempat pembelian.
Namun, jika kedua strategi ini digabungkan, hasilnya dapat menjadi sangat efektif dalam meningkatkan penjualan dan menarik perhatian konsumen secara lebih maksimal. Kombinasi ini tidak hanya memberikan informasi yang jelas dan menarik, tetapi juga menciptakan urgensi bagi konsumen untuk memanfaatkan penawaran sebelum berakhir.
Mengutip dari jurnal artikel berjudul Efektivitas Point of Purchase dalam Meningkatkan Impulse Buying Pada Peritel di Surabaya (2013) karya Melisa Cancerina Sanyogo, ada 4 fungsi utama point of purchasing dalam bisnis ritel, diantaranya adalah:
Fungsi pertama adalah sebagai media untuk memberikan informasi yang jelas tentang produk kepada konsumen. Dengan menampilkan manfaat, spesifikasi, dan keunggulan produk melalui elemen visual seperti papan iklan, tanda, atau brosur,.
POP ini membantu konsumen memahami lebih baik tentang apa yang mereka lihat. Informasi yang disajikan secara menarik dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
Fungsi kedua sebagai pengingat, lebih tepatnya untuk mengingatkan konsumen tentang produk yang mungkin telah mereka pertimbangkan sebelumnya.
Dengan menempatkan produk di lokasi strategis dan menggunakan elemen yang mencolok, POP berperan sebagai pengingat bagi konsumen yang mungkin sudah memiliki niat untuk membeli tetapi belum melakukannya.
Selain itu, POP juga berfungsi sebagai pendorong konsumen agar melakukan pembelian impulsif. Dengan menggunakan desain yang menarik dan penawaran menarik, seperti diskon atau bundling.
Sebab, POP ini mampu memicu konsumen untuk segera membeli produk, bahkan jika mereka tidak memiliki rencana sebelumnya untuk melakukannya. Daya tarik visual dan promosi yang tepat dapat menciptakan urgensi bagi konsumen.
Terakhir, dalam konteks merchandising, POP membantu dalam penataan produk secara rapi dan menarik, sehingga memudahkan konsumen untuk melihat dan memilih produk yang mereka inginkan.
Penataan yang baik dan strategis tidak hanya meningkatkan estetika toko tetapi juga dapat mempengaruhi perilaku pembelian konsumen, karena konsumen cenderung lebih tertarik pada produk yang ditampilkan dengan cara yang menarik.
Baca Juga: Mengenal Istilah Merchandise pada Bisnis dan Keuntungannya
Secara umum, menggunakan point of purchase digunakan berdasarkan durasinya. Mengutip dari laman sipadu.isi-ska.ac.id, ada 3 jenis point of purchase berdasarkan durasinya, diantaranya:
Temporary displays adalah jenis display yang dirancang untuk bertahan dalam jangka waktu singkat, biasanya tidak lebih dari dua bulan. Display ini sering digunakan untuk mendukung promosi temporer, seperti diskon akhir tahun atau produk musiman.
Karena sifatnya yang sementara, temporary displays biasanya dibuat dari bahan yang lebih murah dan memiliki desain yang tidak terlalu rumit. Tujuan utamanya adalah untuk menarik perhatian konsumen dengan penawaran khusus dalam periode promosi tertentu.
Semi-permanent displays, yang juga dikenal sebagai off-shelf display atau secondary display, memiliki masa pakai yang lebih lama dibandingkan dengan temporary displays, yaitu bisa bertahan dari beberapa bulan hingga satu tahun.
Jenis display ini menggunakan bahan yang lebih baik dan desain yang lebih menarik, sehingga dapat menarik perhatian konsumen secara lebih efektif. Semi-permanent displays sering digunakan untuk menampilkan produk yang diharapkan akan dijual dalam jangka waktu yang lebih panjang, tetapi tetap memerlukan penyegaran dan pembaruan secara berkala.
Terakhir ada permanent displays, yakni jenis display yang dirancang untuk bertahan hingga beberapa tahun. Meskipun memiliki daya tahan yang lebih lama, jenis display ini lebih jarang digunakan oleh brand-brand besar, karena perusahaan-perusahaan tersebut seringkali mengadakan promosi dengan jangka waktu yang relatif singkat.
Permanent displays biasanya lebih kokoh dan dirancang untuk memberikan kesan yang kuat terhadap merek, tetapi penggunaannya harus dipertimbangkan dengan matang agar tetap relevan dengan penawaran produk dan tren pasar yang selalu berubah.
Selain dari durasinya, POP juga bisa dibedakan berdasarkan bentuknya, berikut diantaranya:
Secara garis besar, terdapat dua faktor yang menjadi pendukung suksesnya penerapan strategi point of purchase, yakni diskon dan suasana toko (atmosphere store), berikut penjelasannya:
Faktor pendukung sukses atau tidaknya penerapan P.O.P display adalah diskon. Menurut Kotler dan Amstrong (2015), diskon adalah pengurangan harga yang diberikan kepada konsumen untuk pembayaran cepat atas promosi yang dilakukan oleh pemilik bisnis.
Kenapa diskon ini bisa menjadi faktor pendukung suksesnya penerapan strategi POP? Sebab, ketika konsumen melihat label diskon yang jelas pada P.O.P display, mereka cenderung lebih tertarik untuk menjelajahi produk tersebut dan mempertimbangkan untuk membelinya.
Baca Juga: 7 Cara Menentukan Harga Diskon dan Cara Menghitungnya
Faktor kedua adalah suasana toko. Dimana, strategi point of purchase adalah jenis strategi pemasaran yang memanfaatkan lokasi strategis bisnis, maka suasana di dalamnya juga akan sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya strategi POP ini.
Ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk menciptakan suasana toko yang dapat menimbulkan impulse buying menurut Utami (2010), diantaranya yakni:
Berikut beberapa 7 contoh gambar point of purchase berdasarkan bentuknya:
Berikut beberapa kelebihan dan kekurangan menggunakan POP:
Untuk menciptakan Point of Purchasing (POP) yang efektif, penting untuk fokus pada desain yang menarik dan informatif, serta penempatan strategis di area yang mudah terlihat oleh konsumen. Pastikan untuk menggunakan warna cerah, gambar yang menarik, dan informasi jelas tentang manfaat produk yang dipromosikan.
Selain itu, memanfaatkan aplikasi pembukuan keuangan seperti Beecloud dapat membantu dalam mengontrol dan memantau anggaran promosi secara lebih efektif.
Dengan fitur pembukuannya, bisnis Anda dapat lebih optimal dalam memastikan pengeluaran untuk pembuatan dan pemasangan POP tetap dalam batas yang telah ditentukan, sehingga membantu mencapai tujuan pemasaran tanpa melebihi anggaran yang telah ditetapkan.
Mau? Klik banner di atas sekarang juga!