Setiap negara di dunia, sudah pasti kondisi perekonomiannya pernah fluktuatif atau mengalami naik turun. Jika dilihat dalam kaca mata ekonomi makro, hal itu masuk pada konsep permintaan agregat. Sederhananya, permintaan agregat adalah jumlah total barang dan jasa yang diminta oleh seluruh sektor perekonomian di dalam negeri.
Namun, pertanyaannya adalah apa saja faktor yang memengaruhi permintaan agregat? Sehingga bisa berdampak memengaruhi stabilitas ekonomi suatu negara, termasuk pada tingkat konsumsi masyarakat sampai investasi.
Nah, kalau Anda ingin tahu lebih dalam tentang apa itu permintaan agregat, termasuk faktor-faktornya, hingga cara menghitungnya, artikel ini akan menjelaskannya dengan simpel dan jelas. Yuk baca baik-baik sampai tuntas!
Apa itu permintaan agregat? Melansir laman Investopedia, permintaan agregat adalah total permintaan untuk komoditas yang dihasilkan dalam suatu perekonomian. Biasanya, permintaan agregat dihitung sebagai total uang yang digunakan untuk membeli barang dan jasa pada tingkat harga dan periode tertentu.
Apa yang dimaksud dengan komoditas ini meliputi benyak hal, yaitu: barang konsumsi, jasa, barang modal, dan ekspor-impor. Bedanya dengan permintaan individu ada pada kuantitasnya. Jika agregat artinya menggabungkan semua variabel pada nilai pasar yang sama, sedang individu hanya pada produk atau jasa tertentu.
Sementara itu menurut Singalingging, dkk (2020), permintaan agregat adalah gambaran keinginan konsumen untuk membeli barang atau jasa pada berbagai tingkat harga, dan dalam periode tertentu. Konsep ini sebenarnya terkait dengan hukum permintaan, yakni di mana barang semakin murah, maka semakin besar permintaannya.
Adapun tujuannya, untuk memahami bagaimana pendapatan, kebijakan fiskal, dan moneter memengaruhi total permintaan dalam perekonomian. Ini juga sangat berguna bagi pemerintah dalam menyusun kebijakan untuk mengendalikan inflasi, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan mengurangi pengangguran.
Istilah “agregat” ini tidak hanya berkaitan dengan permintaan, tetapi juga penawaran. Keduanya punya perbedaan yang signifikan dalam kajian ilmu ekonomi.
Secara definitif, penawaran agregat adalah jumlah total barang dan jasa yang diproduksi serta ditawarkan oleh perusahaan dalam suatu perekonomian pada berbagai tingkat harga. Adapun tujuannya adalah memahami faktor produksi yang memengaruhi output ekonomi, inflasi, dan pengangguran, termasuk sebagai dasar penyusunan kebijakan.
Untuk memperjelas perbedaan antara permintaan dan penawaran agregat, berikut adalah tabel perbandingannya:
Jika dilihat dalam format kurva, maka kurva permintaan agregat dan penawaran agregat sebagai berikut:
Pengertian kurva permintaan agregat (Aggregate Demand Curve) adalah grafik yang menunjukkan hubungan antara tingkat harga umum dengan total jumlah barang dan jasa yang diminta dalam suatu perekonomian. Grafik ini memiliki kemiringan negatif, yang berarti ketika tingkat harga turun, permintaan agregat meningkat, dan sebaliknya.
Sementara pada grafik, sumbu horizontal (X-axis) merepresentasikan total jumlah barang dan jasa yang diminta, sedangkan sumbu vertikal (Y-axis) merepresentasikan tingkat harga umum.
Gambar di atas menunjukkan kurva penawaran agregat (Aggregate Supply Curve), yang merepresentasikan hubungan antara tingkat harga umum dengan jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian. Dalam kurva tersebut, sumbu vertikal (Y-axis) menggambarkan tingkat harga umum, sementara sumbu horizontal (X-axis) menunjukkan jumlah hasil produksi.
Kurva ini memiliki dua jenis, yakni penawaran agregat jangka pendek dan jangka panjang. Kurva yang jangka pendek cenderung lebih elastis terhadap perubahan harga karena dipengaruhi oleh biaya produksi dan kapasitas yang belum sepenuhnya dimanfaatkan. Sebaliknya, penawaran agregat jangka panjang bersifat vertikal, sebagaimana yang terlihat pada gambar.
Dalam kajian ekonomi makro, keberadaan permintaan agregat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Masih mengutip Singalingging (2020), terdapat 5 faktor utama, yaitu tingkat pendapatan, kebijakan fiskal, kebijakan moneter, ekspektasi masa depan, dan faktor eksternal. Berikut pemaparannya:
Faktor yang pertama sudah tentu adalah tingkat pendapatan masyarakat. Ketika misalnya pendapatan naik, maka otomatis daya beli masyarakat meningkat, sehingga mendorong tingkat konsumtif terhadap barang dan jasa. Kondisi seperti itulah yang kemudian bisa memancing perusahaan untuk berinvestasi.
Faktor yang kedua adalah kebijakan fiskal atau pengeluaran dan perpajakan pemerintah. Ilustasinya, ketika pemerintah meningkatkan pengeluaran atau penurunan pajak, dengan sendirinya masyarakat mengeluarkan banyak uang untuk belanja. Akibatnya, permintaan agregat jadi tinggi karena konsumsi dan investasi bertambah.
Baca Juga: Pengertian, Jenis, Manfaat, dan Contoh Kebijakan Fiskal
Kemudian yang kedua, yaitu suku bunga rendah dan penawaran uang yang lebih besar dalam kebijakan moneter. Sebab suku bunga rendah membuat pinjaman lebih murah, yang akhirnya mendorong tindakan konsumsi dan investasi. Selain itu, peningkatan penawaran uang memberi masyarakat lebih banyak menghabiskan likuiditas.
Faktor selanjutnya terkait ekspektasi masyarakat terhadap kondisi ekonomi di masa depan. Jika masyarakat optimis terhadap masa depan ekonomi, mereka cenderung meningkatkan konsumsi dan investasi saat ini. Sebaliknya, pesimisme dapat menurunkan permintaan agregat karena masyarakat lebih memilih menabung daripada belanja.
Lalu faktor yang terakhir adalah faktor eksternal, meliputi perubahan ekonomi global dan nilai tukar mata uang, yang datang lewat ekspor dan impor. Permintaan agregat akan meningkat apabila nilai tukar menguntungkan. Sebaliknya, kondisi ekonomi global yang melemah bisa menurunkan permintaan agregat.
Permintaan agregat tidak berdiri sendiri, ia memiliki beberapa komponen dalam kajian ilmu ekonomi. Melansir laman Corporate Finance Institute, terdapat 4 komponen yang membentuk permintaan agregat. Berikut di antaranya:
Pengeluaran konsumsi merujuk pada total belanja individu dan rumah tangga untuk barang dan jasa. Faktor seperti pendapatan yang dapat dibelanjakan, tingkat hutang, ekspektasi ekonomi, dan suku bunga, memengaruhi besar kecilnya pengeluaran ini. Namun, belanja untuk bangunan rumah tidak dihitung di sini, melainkan masuk ke pengeluaran investasi.
Pengeluaran investasi adalah total belanja untuk barang modal dan jasa baru, seperti mesin, peralatan, stok barang, pembangunan gedung, dan perumahan. Komponen ini dipengaruhi oleh suku bunga, prospek ekonomi, serta insentif pemerintah seperti manfaat pajak atau subsidi.
Baca Juga: Mengenal Investasi Jangka Panjang Kunci Bisnis Berkelanjutan
Pengeluaran pemerintah mencakup total belanja untuk pembangunan infrastruktur, investasi, peralatan pertahanan, fasilitas publik, layanan kesehatan, dan gaji pegawai negeri. Namun, jenis pengeluaran seperti pembayaran pensiun, subsidi, atau bantuan ke negara lain tidak termasuk dalam kategori ini.
Apa yang dimaksud sebagai ekspor neto adalah selisih antara ekspor dan impor. Ekspor ini mencakup barang yang diproduksi di dalam negeri lalu dijual ke luar negeri, sedangkan impor adalah barang dari luar negeri yang dibeli untuk konsumsi domestik.
Setelah menyimak faktor dan komponennya, sebagian dari Anda mungkin penasaran terkait bagaimana mengukur permintaan agregat. Melansir Study.com, Bee merangkum bahwa rumus permintaan agregat adalah sebagai berikut:
AD = C + I + G + (E – M)
Penjelasan:
Untuk menghitungnya, data dari masing-masing komponen perlu dikumpulkan, baik dari laporan statistik resmi maupun sumber terpercaya seperti laporan pemerintah atau institusi ekonomi. Nilai ekspor neto (E - M) diperoleh dengan mengurangkan total impor dari ekspor, dan hasilnya ditambahkan ke total konsumsi, investasi, dan pengeluaran pemerintah.
Sebagai contoh, jika dalam suatu periode pengeluaran konsumsi adalah 500 miliar, investasi 200 miliar, pengeluaran pemerintah 300 miliar, ekspor 150 miliar, dan impor 100 miliar, maka perhitungannya sebagai berikut:
Langkah pertama adalah menghitung ekspor neto (E - M):
E − M = 150 − 100 = 50 miliar
Sekarang kita jumlahkan semua komponen:
AD = C + I + G + (E−M) = 500 + 200 + 300 + 50 = 1050 miliar
Perhitungan ini memberikan gambaran seberapa besar total permintaan dalam perekonomian, yang berfungsi sebagai indikator penting untuk menganalisis kondisi ekonomi suatu negara.
Di atas adalah penjelasan lengkap terkait permintaan agregat yang termasuk ke dalam analisis ekonomi makro. Memahami konsep ini tidak hanya penting untuk para ekonom atau pemerintah, tetapi juga untuk pebisnis. Sebab dengan memahami bagaimana pasar berfungsi, pengusaha bisa menyusun strategi secara tepat.
Namun, sebagus apa pun strategi disusun, ia tetap saja tidak akan efektif tanpa pengelolaan uang yang terorganisir. Maka, Di sinilah aplikasi pembukuan keuangan Beecloud hadir sebagai solusi. Dengan fitur-fitur unggul seperti pencatatan transaksi otomatis, laporan keuangan instan, dan pemantauan stok barang, Beecloud dapat membantu bisnis Anda tetap terkendali di tengah fluktuasi pasar.
Tunggu apalagi, langsung klik banner di bawah untuk rasakan manfaatnya sekarang juga!