Perbedaan e-commerce dan marketplace penting untuk diketahui. Anda wajib tahu perbedaan keduanya jika ingin menjadi pebisnis online yang sukses. Sebabnya, apabila beda tempat berjualan, maka berbeda pula strategi pemasarannya. Seringkali, orang menganggap bahwa e-commerce itu identik dengan marketplace. Padahal, keduanya adalah dua hal yang berbeda.
Marketplace sendiri merupakan salah satu model dari e-commerce. Lewat artikel kali ini kami akan membahas mengenai perbedaan e-commerce dan marketplace, sehingga Anda dapat menentukan model bisnis yang tepat bagi usaha Anda.
E-commerce adalah sebuah istilah dalam bahasa Inggris, merupakan kepanjangan dari electronic commerce, yang merujuk pada suatu digital platform dan sebuah model bisnis di mana Anda dapat membeli atau menjual produk maupun jasa secara online. E-commerce adalah sebuah pusat informasi mengenai suatu perusahaan dan apa yang mereka jual. Dalam sebuah e-commerce website, Anda akan menemukan daftar produk, konten blog e-commerce, sejarah perusahaan, dan informasi kontak perusahaan tersebut.
Istilah e-commerce sendiri memiliki pengertian luas, tidak hanya mencakup seperti Sociolla, Sephora, ataupun Zalora, tetapi juga online banking, layanan software, penyedia jasa remote, penyedia layanan audio streaming, maupun platform bimbingan belajar online. Pada dasarnya, transaksi apapun yang dilakukan secara online dapat digolongkan sebagai e-commerce. Namun, bergantung pada konteksnya, istilah e-commerce seringkali digunakan untuk menyebut toko online tertentu yang menjual produk atau jasa pada end consumers.
Marketplace adalah sebuah website yang menjual produk dari berbagai penjual. Di dalamnya terdapat berbagai jenis produk yang menarik bermacam-macam tipe konsumen. Fungsinya tak ubahnya seperti pusat perbelanjaan. Terdapat tiga pihak dalam marketplace: administrator marketplace (yang memiliki website), vendor, dan konsumen. Tokopedia, Shopee, dan Bukalapak adalah contoh dari beberapa marketplace yang populer.
Perusahaan marketplace juga memberi fasilitas dalam hal bertransaksi uang secara online. Secara sederhana, sebenarnya marketplace dapat disamakan dengan konsep pada pasar tradisional, namun yang berbeda hanya marketplace dilakukan melalui internet atau lewat media online saja. Bisa dikatakan marketplace adalah department store online, di mana banyak penjual dengan berbagai jenis produk yang dijual dalam satu lokasi yang sama.
Sejak tahun 2009, satu per satu e-commerce di Indonesia mulai bermunculan. Pada tahun 2009, Tokopedia berdiri dan mengalami perkembangan yang sangat pesat. Selanjutnya, pada 2010 transportasi online Go-Jek didirikan oleh Nadiem Makariem. Aplikasi yang pada mulanya hanya mengantar dan menjemput pelanggan kini bertambah fiturnya dengan pemesanan makanan hingga membayar tagihan listrik, telepon, dan sebagainya.
Marketplace pun menjadi semakin populer sebagai tempat bagi masyarakat untuk berbelanja berbagai kebutuhan. Pada tahun 2010, marketplace Bukalapak turut berdiri. Blibli yang merupakan anak perusahaan Djarum juga muncul pada 2010. Setahun kemudian, pada tahun 2011, marketplace fashion asal Singapura Zalora mendirikan Zalora Indonesia.
Hari belanja online nasional (harbolnas) mulai digagas tahun 2012 dan telah diikuti oleh 150 perusahaan marketplace. Pada Desember 2015, Shopee mulai masuk ke Indonesia. Saat itu, Shopee berhasil melakukan promosi dan menguasai pasar dalam waktu yang singkat. Saat ini, jumlah marketplace sudah begitu banyak dengan kekuatan industrinya masing-masing. Begitu pula dengan pilihan metode pembayaran yang juga semakin beragam.
Melihat perkembangan e-commerce maupun marketplace yang begitu pesat, maka Anda sebagai pebisnis dapat turut berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi digital ini agar dapat memanfaatkan peluang yang ada
Berdasarkan fungsinya, marketplace terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
Marketplace murni merupakan marketplace sebagai pihak ketiga, berfungsi sebagai fasilitator antara penjual dan pembeli. Pada marketplace murni, penjual bebas untuk melakukan berbagai transaksi produk, mengelola pembayaran, serta menampilkan informasi mengenai produk. Marketplace hanya berperan sebagai perantara dan mengirim produk kepada pembeli. Anda sebagai penjual barang dapat mengurus dan mengelola berbagai aktivitas penjualan dengan lebih fleksibel, selama sesuai dengan peraturan dari marketplace tersebut. Pembeli juga dapat melakukan proses penawaran harga kepada penjual produk secara bebas dan tanpa aturan mengikat dari platform.
Kemudian yang kedua adalah jenis marketplace konsinyasi. Marketplace konsinyasiyang merupakan jenis marketplace di mana penjual hanya memiliki akses untuk menitipkan produk saja. Anda sebagai penjual hanya dapat menyediakan produk serta mengirimkan deskripsi informasi detail dari barang tersebut. Hal ini disebabkan tugas marketplace tidak hanya sebagai perantara, tetapi juga mengatur urusan pembayaran, pengiriman barang, foto produk, dan lain sebagainya. Segala macam bentuk transaksi jual beli diserahkan kepada pihak marketplace. Penjual hanya sekadar menyediakan produk. Proses penetapan harga akan dilakukan oleh pihak platform sendiri.
Perbedaan yang akan kami bahas dilihat dari berbagai sisi, yakni jenis produk yang dijual, biaya yang dikeluarkan, tingkat persaingan, jumlah penjualan yang dapat dicapai, kesetiaan konsumen, metode pembayaran yang digunakan, branding, hingga teknik marketing yang dijalankan.
Perbedaan utama antara marketplace dan e-commerce adalah marketplace merupakan sebuah website yang menjual banyak produk dari berbagai penjual, sementara e-commerce merupakan website yang menjual banyak produk dari satu penjual ke berbagai konsumen. Karena itu, pada situs e-commerce, produk yang cocok untuk dijual adalah produk berkualitas yang eksklusif, sehingga sulit dijumpai di toko lain. Misalnya seperti produk kerajinan tangan hasil karya Anda, oleh-oleh atau cemilan khas, atau produk-produk bermerk.
Sementara itu, berjualan di marketplace merupakan opsi yang tepat apabila Anda menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari yang biasanya diperlukan dalam jumlah besar. Contohnya adalah bahan pokok, perlengkapan rumah, alat tulis kantor, hingga barang elektronik.
Di marketplace Anda tak perlu mengeluarkan uang sepeserpun untuk mendaftar sebagai seller ataupun saat sudah berjualan di sana. Baru jika Anda ingin menikmati fitur-fitur premium yang disediakan oleh marketplace, maka Anda perlu mengeluarkan biaya untuk dapat menggunakannya. Semisal fitur Ads dan fitur toko rekomendasi sehingga toko Anda berada dalam tingkat pencarian paling atas.
Sementara itu, jika Anda memutuskan untuk menggunakan e-commerce, maka Anda harus mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli serta memperpanjang domain dan hosting bagi website e-commerce Anda. Ada biaya ekstra yang harus dikeluarkan apabila Anda menggunakan CMS toko online berbayar seperti Shopify.
Terdapat persaingan usaha yang cukup keras di marketplace. Sebab, ada toko lain yang menawarkan produk yang persis dengan produk yang Anda jual di dalam platform marketplace yang sama. Tidak jarang ada ratusan penjual yang menjual barang serupa dengan variasi harga jual. Anda tidak hanya harus bisa bersaing dari segi harga, tetapi juga dari segi keramahan pelayanan, kualitas keamanan packing, hingga kecepatan pengiriman. Persaingan usaha yang sangat ketat ini dapat menyebabkan Anda kesulitan untuk mendapatkan pembeli. Terdapat berbagai pilihan bagi calon konsumen Anda.
Sebaliknya, di situs e-commerce, tidak ada persaingan usaha yang terjadi di dalam satu website. Persaingan justru terjadi dengan situs e-commerce lainnya untuk mendapatkan peringkat teratas pada tampilan mesin pencari (search engine) seperti Google atau Bing, sehingga diperlukan adanya proses Search Engine Optimization (SEO).
Margin dari penjualan tiap item produk di marketplace lebih rendah jika dibandingkan dengan penjualan di situs e-commerce. Akibat ketatnya persaingan yang terjadi di marketplace, Anda menjadi terpaksa untuk menurunkan harga agar dapat meningkatkan daya saing. Akibatnya, jumlah penjualan yang harus Anda catatkan di marketplace harus sangat tinggi supaya Anda dapat memperoleh keuntungan yang memuaskan, meskipun keuntungan per item produk relatif kecil.
Sementara itu, jika Anda memiliki situs e-commerce sendiri, maka Anda tidak perlu repot menjual banyak item untuk bisa memperoleh keuntungan. Margin yang Anda peroleh dari tiap item produk yang terjual bisa jauh melebihi margin di marketplace, karena tidak adanya persaingan di dalam situs Anda. Terlebih jika produk Anda memang berkualitas dan tidak dijual di toko manapun.
Apalagi melihat ketatnya persaingan di marketplace, kesetiaan konsumen Anda bisa goyah jika mengetahui adanya usaha pesaing yang menawarkan diskon atau gratis ongkir. Sementara itu, situs e-commerce mempunyai kemungkinan untuk meningkatkan kesetiaan pelanggan dengan menerapkan strategi customer retention. Customer retention adalah upaya mempertahankan pelanggan yang sudah ada (existing) agar tetap menggunakan produk dengan tujuan memperoleh profit.
Marketplace merupakan pihak ketiga sehingga ketika terjadi sebuah transaksi antara penjual dengan pembeli. Maka, uang yang dikirimkan oleh konsumen akan masuk ke dalam sistem marketplace terlebih dahulu melalui aplikasi financial technology sebelum akhirnya dapat masuk ke dalam kantong penjual.
Dalam e-commerce, biasanya sistem pembayaran yang digunakan akan langsung ditransfer melalui transaksi kartu debit, kartu kredit, atau bahkan PayPal apabila e-commerce tersebut membuka worldwide shipping atau transaksi antar negara. Lalu, pembayaran yang diterima sudah pasti langsung masuk ke dalam kantong penjual, tidak seperti marketplace.
Produk yang ditawarkan dalam e-commerce lebih tersegmentasi. E-commerce menjual berbagai macam produk di bawah nama e-commerce itu sendiri. Sehingga, dari segi branding, e-commerce hanya fokus terhadap satu ‘wajah’ brand atau bisnis. Brand ini merupakan ciri khusus dari suatu e-commerce, sehingga semua produk dalam satu e-commerce tetap memiliki satu macam branding yang sama. Hal ini diperlukan karena dapat meningkatkan customer loyalty dan brand loyalty yang nantinya juga akan meningkatkan customer lifetime value.
Sementara itu, marketplace mewakilkan berbagai macam brand dan bisnis yang ada di dalamnya, karena marketplace menawarkan produk dari berbagai macam penjual.
E-commerce dan marketplace memiliki banyak perbedaan di strategi marketing. Pada bisnis e-commerce, Anda perlu menerapkan strategi marketing yang dapat meningkatkan trafik situs dan juga leads agar bisa mendapatkan hasil akhir yaitu pembelian produk. Agar dapat terjadi sebuah proses jual beli, maka harus ada banyak konsumen yang mengunjungi situs e-commerce Anda.
Lain halnya dengan marketplace, penjual tidak perlu memikirkan tentang strategi marketing. Sebagai pihak ketiga, marketplace lah yang akan menarik trafik dan menjual produk di dalam platform sebanyak mungkin.
Setelah mengetahui perbedaan e-commerce dan marketplace, mungkin Anda bingung untuk memilih mana digital platform yang paling cocok untuk usaha Anda. Agar dapat memilih mana platform yang paling sesuai, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yakni:
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, e-commerce adalah website store yang dibuat khusus untuk suatu brand. Kalau Anda ingin membuat situs e-commerce, Anda perlu membayar staf ahli bidang website developer untuk membuat websitenya serta mengelolanya.
Tidak heran, jika pembuatan e-commerce membutuhkan biaya yang cukup besar. Apabila Anda tidak memiliki modal yang cukup untuk membuat e-commerce, maka marketplace bisa menjadi solusi yang tepat. Anda dapat berjualan di marketplace dengan mudah, tidak perlu membuat situs sendiri, serta tanpa harus mengeluarkan biaya sepeserpun. Marketplace menyediakan platform untuk memposting segala sesuatu yang berhubungan dengan toko Anda. Mulai dari upload foto produk, deskripsi, jumlah stok barang, cara pemesanan hingga metode pembayaran.
Jika Anda menggunakan marketplace, maka Anda akan bersaing lebih keras. Sebab, ada toko pesaing lain yang menawarkan produk yang sama dengan produk Anda dan Anda harus memasang harga yang bisa bersaing. Selain itu, lebih susah juga bagi Anda untuk mendapat customer karena mereka memiliki banyak pilihan.
Dengan website e-commerce, Anda bisa mendapat margin yang lebih tinggi. Kemungkinan besar, pengunjung website Anda akan melakukan transaksi langsung di website Anda. Jadi, Anda juga tidak perlu bersaing dengan penjual lain.
Kalau Anda memasukkan produk Anda ke marketplace, Anda tidak memiliki kontrol atas promosi yang dilakukan oleh pihak marketplace. Sebagai penyedia platform, marketplace ingin menjual sebanyak-banyaknya produk dalam platform mereka. Produk Anda adalah salah satu dari ratusan barang yang ada di dalam website tersebut. Pihak marketplace akan melakukan berbagai strategi marketing dan promosi untuk mengundang mengunjungi marketplace mereka.
Dari segi traffic, barang Anda tentu akan dilihat banyak orang. Tetapi belum tentu orang-orang tersebut menjadi pelanggan Anda. Kalaupun mereka membeli barang dari toko Anda di marketplace, Anda belum tentu bisa menjangkau mereka lagi, sehingga Anda akan kehilangan leads. Sebaliknya, jika Anda menggunakan situs e-commerce Anda sendiri, Anda akan memiliki kesempatan untuk mengumpulkan leads. Data-data dari leads tersebut bisa membantu Anda untuk mengoptimalkan strategi campaign marketing Anda di waktu yang akan datang.
Bergantung pada jenis produk Anda, apabila termasuk jenis benda yang umum dijual, maka menjual di marketplace bisa menjadi pilihan yang tepat. Misalnya, Anda menjual case handphone, maka tidak ada salahnya Anda menjual produk Anda di marketplace agar saat ada yang sedang belanja handphone dan membutuhkan case, mereka bisa menemukan produk Anda.
Namun, apabila Anda merasa produk Anda unik dan berkualitas tinggi, menjual produk tersebut di marketplace bisa memberi dampak kurang baik bagi penjualan dan reputasi brand Anda. Sebaiknya, Anda membuat situs e-commerce khusus brand Anda. Dengan e-commerce, Anda bisa meningkatkan brand identity Anda. Anda akan secara pribadi mengurus langsung pesanan pelanggan Anda dan bertanggung jawab atas kepuasan mereka.
Perbedaan marketplace dan e-commerce cukup kentara. Meskipun kedua platform ini sama-sama menjadi tempat untuk berjualan secara digital, tetapi dari segi manfaat jangka panjangnya, maka perlu dipertimbangkan platform mana yang Anda pilih untuk menjual produk Anda. Dengan memiliki situs e-commerce, bisnis Anda lebih mudah muncul di hasil mesin pencari, branding yang lebih kuat, serta bisa lebih dipercaya oleh konsumen.
Sebaliknya, marketplace merupakan platform yang sangat cocok bagi Anda yang tak mempunyai banyak waktu dan biaya untuk mengurus situs e-commerce. Semoga artikel ini bisa membantu Anda mempertimbangkan platform yang cocok untuk melakukan bisnis Anda secara online. Setelah menemukan platform yang tepat, Anda bisa berlangganan software akuntansi online Beecloud untuk menganalisa seluruh operasional usaha Anda.
Jualan di berbagai channel, bukannya cari untung malah buntung. Yaa, karena belum punya laporan penjualan antar channel. Anda perlu Beecloud dan Plugin E-commerce untuk kemudahan rekap transaksi online shop.
Dengan laporan transaksi berdasarkan channel di Beecloud, Anda bisa mengetahui produk terlaris dan performa tiap-tiap channel toko online, laporan penjualan per masing-masing channel per bulan, laporan penjualan per item per channel, data jumlah produk terjual per bulan, aporan item terlaris per channel.
Coba gratis Beecloud sekarang! Info selengkapnya klik gambar di bawah ini!