🎉 Akhir Tahun Buanyak Diskon-nyaaa, Disc. upto 25%
Logo Bee Web

Mengenal Sistem Bagi Hasil 70 30, dan Pembukuannya

Ada banyak metode bagi hasil yang dapat digunakan, salah satunya adalah sistem bagi hasil 70 30, apa itu? Dan bagaimana perhitungannya?
Penulis: Lutfatul Malihah
Kategori:
Terbit: Wednesday, 25 December 2024
Diperbarui: Thursday, 26 December 2024
Daftar Isi

Dalam dunia bisnis, khususnya bagi usaha yang melibatkan kerja sama atau kemitraan, sistem bagi hasil menjadi salah satu cara pembagian keuntungan yang paling umum digunakan. Salah satu bentuknya adalah sistem bagi hasil 70 30.

Di mana porsi laba dibagi sesuai kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat, biasanya 70% untuk pihak yang memberikan modal atau sumber daya utama, dan 30% untuk mitra lainnya yang menyumbang tenaga, jaringan, atau keterampilan.

Namun, bagaimana sebaiknya pencatatan akuntansi dilakukan agar pembagian keuntungan tersebut terang benderang dan tidak menimbulkan sengketa di kemudian hari? Dalam artikel ini, kita akan membahas konsep sistem bagi hasil 70 30, serta bagaimana pembukuan akuntansi dapat dilakukan dengan baik dan benar, sehingga para mitra bisnis dapat menjaga transparansi serta mengelola keuangan dengan lebih efektif.

Apa itu Sistem Bagi Hasil?

Sistem Bagi Hasil 70 30

Biasanya pada sistem bagi hasiil 70 30, 70% untuk pemilik modal dan 30% untuk pengelola (Credit: bee.id)

Sebelum kita membahas tentang tentang konsep bagi hasil 70 30, kita bahas dulu pengertian dari bagi hasil atau profit sharing. Dalam buku Perbankan Syariah (2011) karya Ismail dijelaskan jika sistem bagi hasil adalah pembagian atas hasil usaha kepada pihak-pihak yang melakukan perjanjian sebelumnya.

Dalam Islam sendiri, sistem bagi hasil sudah ada sejak dahulu dan menjadi bagian penting dalam ekonomi syariah. Konsep ini dikenal dengan istilah mudharabah atau musyarakah, yang mengacu pada kerja sama antara dua pihak atau lebih dalam suatu usaha.

Pada sistem bagi hasil mudharabah, salah satu pihak menyediakan modal, sementara pihak lainnya menjalankan usaha. Keuntungan dari usaha tersebut kemudian dibagi sesuai dengan nisbah atau kesepakatan yang telah ditentukan sebelumnya, misalnya 70:30, 60:40, atau sesuai kesepakatan lainnya.

Contohnya, pada sistem bagi hasil 70:30 yang akan kita bahas dalam artikel ini, ada dua orang yang bersama-sama melakukan proyek bisnis. Misalnya, salah satu pihak menyediakan modal usaha, sementara pihak lainnya menyediakan tenaga, keahlian, dan waktu untuk menjalankan proyek tersebut.

Pada kesempatan ini, pihak yang menyediakan modal akan mendapatkan 30% dari keuntungan yang dihasilkan, sementara pihak yang menjalankan usaha akan mendapatkan 70% dari keuntungan tersebut.

Jenis Jenis Sistem Bagi Hasil

Sistem bagi hasil merupakan salah satu mekanisme yang digunakan dalam dunia bisnis untuk membagi keuntungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu usaha atau proyek.

pada praktiknya, ada beberapa jenis sistem bagi hasil yang dapat diterapkan, tergantung pada bagaimana pembagian laba dilakukan dan biaya-biaya yang diperhitungkan dalam perhitungan tersebut.

1. Profit Sharing

Dalam jenis ini, pembagian laba dilakukan dengan membagi laba bersih yang diperoleh oleh usaha atau proyek. Laba bersih adalah hasil yang diperoleh setelah dikurangi semua biaya, termasuk biaya operasional dan pajak.

Dalam profit sharing, hanya laba bersih yang akan dibagi antara pihak-pihak yang terlibat. Biaya lain seperti biaya operasional tidak diperhitungkan dalam pembagian ini, sehingga pembagian dilakukan hanya berdasarkan hasil akhir dari usaha yang dijalankan.

2. Gross Profit Sharing

Berbeda dengan profit sharing, dalam gross profit sharing pembagian dilakukan berdasarkan laba kotor, yaitu laba yang diperoleh dari total pendapatan yang telah dikurangi hanya dengan harga pokok penjualan (HPP).

Pada sistem ini, biaya lainnya seperti biaya pemasaran, pajak, dan biaya operasional masih termasuk dalam laba yang akan dibagi. Dengan kata lain, pengeluaran yang terkait dengan operasional usaha belum dikurangi sebelum pembagian dilakukan. Sehingga pihak-pihak yang terlibat akan memperoleh bagian yang lebih besar karena dihitung berdasarkan laba kotor, bukan laba bersih.

3. Revenue Sharing

Sedangkan untuk revenue sharing, sistem pembagian hasil yang lebih sederhana, di mana laba yang dibagi adalah total pendapatan atau revenue yang diperoleh tanpa pengurangan biaya apapun, seperti komisi atau biaya operasional.

Ini berarti, pembagian dilakukan berdasarkan total pendapatan yang diterima, tanpa memperhitungkan biaya-biaya lain yang mungkin muncul selama operasional usaha. Jenis revenue sharing ini sering digunakan dalam model perbankan syariah.

Di mana transparansi dan pembagian yang adil menjadi fokus utama, dengan pihak-pihak yang terlibat memperoleh bagian dari pendapatan yang diperoleh sebelum adanya potongan biaya lainnya.

Prinsip Sistem Bagi Hasil dalam Perbankan Syariah

Mengutip dari jurnal artikel berjudul Bagi Hasill (Profit Sharing) dalam Prespektif Islam (2023) karya Syaiful Ma’ruf, dkk, menjelaskan jika prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam 4 akad, yakni:

1. Al-Musyarokah

Al-Musyarokah adalah bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih yang masing-masing memberikan kontribusi modal. Dalam akad ini, keuntungan dan kerugian dibagi sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan sebelumnya.

Misalnya, jika dua orang berbisnis bersama, satu pihak menyediakan modal dan yang lainnya menyediakan keahlian atau tenaga. Keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut akan dibagi berdasarkan proporsi kontribusi masing-masing pihak. Begitu pula, kerugian akan ditanggung sesuai dengan besaran modal yang diberikan.

2. Al-Mudharabah

Pada akad ini, satu pihak menyediakan modal (disebut sebagai rabb al-mal) sementara pihak lainnya menyediakan tenaga dan keahlian untuk menjalankan usaha (disebut mudharib).

Keuntungan yang dihasilkan dari usaha tersebut dibagi sesuai dengan nisbah yang telah disepakati, misalnya 70:30. Namun, jika terjadi kerugian, kerugian tersebut akan ditanggung oleh pihak penyedia modal, kecuali jika kerugian tersebut disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan yang disengaja oleh pihak yang menjalankan usaha.

3. Al-Muzara’ah

Sedangkan akad ini lebih sering diterapkan dalam sektor pertanian. Dalam Al-Muzara'ah, pemilik lahan bekerja sama dengan penggarap tanah. Pemilik lahan memberikan tanah untuk dikelola.

Sementara penggarap bertanggung jawab dalam mengolah tanah tersebut. Keuntungan yang diperoleh dari hasil pertanian akan dibagi sesuai kesepakatan yang telah ditentukan bersama. Biasanya, pembagian keuntungan ini akan didasarkan pada kontribusi masing-masing pihak dalam pengelolaan usaha pertanian.

4. Al-Musaqolah

Terakhir adalah akad al-musaqolah, akad ini hampir mirip dengan Al-Muzara'ah, namun lebih khusus pada usaha perkebunan. Dalam Al-Musaqolah, pemilik kebun memberikan hak kepada pihak lain untuk mengelola kebunnya dan menanam tanaman.

Keuntungan yang diperoleh dari hasil panen akan dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama antara kedua belah pihak. Biasanya, akad ini diterapkan dalam sektor perkebunan, di mana pihak pengelola kebun memiliki peran aktif dalam menjalankan usaha.

Keuntungan dan Tantangan Sistem Bagi Hasil

Cara Menghitung Modal Awal

Meskipun menguntungna, ada beberapa tantangan yang perlu Anda pertimbangkan sebelum memutuskan untuk melakukan bagi hasil (Credit: Freepik.com)

Sistem bagi hasil, yang umumnya diterapkan dalam ekonomi syariah, memiliki beberapa keuntungan dan tantangan yang perlu dipertimbangkan baik oleh pelakunya, apa saja keuntungan dan tantangannya? Simak penjelasanya di bawah ini!

#Keuntungan Sistem Bagi Hasil

  • Dalam sistem bagi hasil, risiko usaha dibagi sesuai dengan kesepakatan awal. Dengan demikian, tidak ada pihak yang merasa dirugikan karena semua pihak berbagi tanggung jawab atas keberhasilan maupun kegagalan usaha.
  • Mendorong kerja sama yang lebih sulit antara pihak-pihak yang terlibat.
  • Lebih fleksibel, karena pembagian keuntungan dapat disesuaikan dengan kondisi usaha.

#Tantangan Sistem Bagi Hasil

  • Hasil yang tidak selalu stabil karena keuntungan bergantung pada kinerja dan kondisi usaha.
  • Jika tidak ada transparansi dan kejelasan dalam kesepakatan awal, pembagian hasil bisa menjadi sumber konflik.
  • Sistem ini membutuhkan pencatatan keuangan yang rinci dan akurat untuk memastikan bahwa pembagian dilakukan secara adil. Kesalahan dalam perhitungan bisa memicu kerugian atau ketidakpuasan.

Prosedur dan Sistem Bagi Bagi Hasil 70 30

Sistem bagi hasil 70:30 sering menjadi pilihan dalam kerja sama usaha karena menawarkan pembagian keuntungan yang jelas dan adil berdasarkan kontribusi masing-masing pihak. Berikut prosedur dan sistem kerjanya:

Prosedur Bagi Hasil 70 30

Sebelum memulai usaha, semua pihak harus duduk bersama untuk menentukan bagaimana pembagian keuntungan dilakukan. Rasio 70:30 biasanya disepakati berdasarkan proporsi kontribusi. Misalnya:

  • Pihak yang mendapatkan 70% biasanya memberikan kontribusi yang lebih besar, seperti modal utama, keahlian khusus, atau peran dominan dalam pengelolaan bisnis.
  • Sementara itu, pihak yang menerima 30% berkontribusi dalam bentuk modal pendukung, aset, atau tenaga kerja.

Setelah kesepakatan dibuat, langkah berikutnya adalah memastikan semua pemasukan dan pengeluaran tercatat dengan rapi. Pencatatan keuangan ini penting untuk menentukan keuntungan bersih yang akan dibagi. Pada tahap akhir, perhitungan dilakukan sesuai dengan rasio yang telah disepakati, lalu keuntungan dibagikan kepada masing-masing pihak berdasarkan perannya.

Sistem Bagi Hasil 70:30

Ada dua sistem yang umum dijadikan patokan pembagian hasil sistem ini, yakni berdasarkan kontribusi dan berdasarkan keuntungan bersihnya:

  • Pihak yang berkontribusi lebih besar, seperti modal utama atau pengelolaan, biasanya mendapatkan bagian 70%. Sedangkan pihak yang berkontribusi dalam skala kecil mendapatkan 30%
  • Cara kedua adalah berdasarkan keuntungan bersih, yaitu hasil usaha setelah dikurangi semua biaya operasional, seperti pajak, pemasaran, dan lain-lain. Dalam beberapa kesepakatan, pembagian juga bisa dilakukan dari laba kotor atau bahkan pendapatan total (revenue), tergantung perjanjian.

Contoh Perhitungan Sistem Bagi Hasil 70 30

Misalnya, sebuah usaha memiliki data keuangan sebagai berikut:

  • Pendapatan: Rp100.000.000
  • Biaya Total (Produksi, Operasional, Marketing, dan Biaya Lainnya): Rp40.000.000

Penyelesaiannya:

a. Menghitung Laba Bersih

Laba Bersih = Pendapatan - Biaya
= Rp100.000.000 - Rp40.000.000
= Rp60.000.000

b. Bagi Hasil Sesuai Rasio 70:30:

  • Pihak A (70%): 70% x Rp60.000.000 = Rp42.000.000
  • Pihak B (30%): 30% x Rp60.000.000 = Rp18.000.000

Maka, kesimpulannya adalah pihak A menerima Rp42.000.000 (70%) dan pihak B menerima Rp18.000.000 (30%)

Beecloud, Solusi Pembukuan Praktis, Bantu Bisnis Scale Up Sampai Go Internasional

Dengan perhitungan dan pembukuan yang transparan sistem bagi hasil akan berjalan lebih lancar. Oleh karena itu, Anda perlu menggunakan aplikasi pembukuan keuangan Beecloud. Bantu Anda mencatat semua transaksi keuangan secara akurat dan real-time. Dengan fitur-fitur yang lengkap, Beecloud mempermudah Anda dalam mencatat pendapatan, pengeluaran, hingga menghitung laba bersih yang akan dibagi sesuai kesepakatan.

Bisnis jadi lebih transparan, bisnis anda juga akan lebih terorganisir dan efisien dalam mengelola keuangan. Mau coba gratis? Cek banner di atas sekarang juga!

Artikel Populer

Contoh Pasar Oligopoli Potret Pasar Persaingan Tidak Sempurna
Ragam contoh pasar oligopoli yang Anda ketahui bisa menambah wawasan dalam memahami jenis market ini. pasar jenis ini merupakan salah
Baca Juga
[DOWNLOAD] Contoh Cash Flow Excel dan Template Membuatnya Gratis
Contoh cash flow excel berfungsi untuk mengonversi data-data akuntansi pada laporan laba rugi dan neraca menjadi suatu informasi mengenai pergerakan
Baca Juga
Model AIDA: Pengertian, Kelebihan dan Contohnya
Apakah Anda pernah mendengar tentang konsep Marketing AIDA dalam pemasaran? Dengan menggunakan model ini, Anda dapat meningkatkan perhatian, minat, keinginan,
Baca Juga
Contoh Matriks SWOT, Pengertian dan Strategi Penerapannya
Matriks SWOT berfungsi sebagai alat atau metode analisa peluang atau ancaman dalam bisnis, dengan analisis ini pebisnis lebih waspada dan
Baca Juga
Berbagai Contoh Proposal Bisnis Lengkap dengan Rinciannya
Proposal bisnis merupakan suatu rencana bisnis yang ditulis dalam bentuk dokumen. Pelaku bisnis perlu membuat proposal bisnis sebelum memulai suatu
Baca Juga
Jenis dan Contoh Pelayanan Prima di Berbagai Bidang Usaha
Pelayanan prima atau service excellent merupakan rangkaian tindakan yang diberikan untuk memberikan layanan kepada pelanggan secara maksimal agar mereka mendapat
Baca Juga
Customer Service Bee

148rb+ Pengusaha Sudah Pakai Bee

"Operasional makin lancar, bisnis terkontrol dan mudah discale-up"
Hubungi Tim Bee sekarang untuk konsultasi GRATIS
Logo Bee Web
Software Akuntansi & Kasir No. 2 di Indonesia. Memudahkan Pemilik Bisnis dan Akuntan untuk mengerjakan dan menganalisa keuangan lebih cepat, mudah, dan akurat. Gratis Trial atau Demo Gratis dengan Tim Bee.
Jam Operasional
Senin - Jumat, 09:00 - 16:00 WIB
Sabtu, Minggu dan Tgl Merah LIBUR
Chat via WA
Alamat Kantor
Surabaya: Jl. Klampis Jaya 29J, SurabayaBandung: Aer Space - Jl. Karang Tinggal No.41B, Cipedes, Bandung
Jakarta: Jl. Mampang Prapatan VIII No. 3B, Jakarta Selatan (Sementara Tutup)
Copyright © 2024 Bee.id
magnifiercrossmenu