Singkatan dari LIFO adalah Last in First Out, yakni salah satu metode stok barang dengan sistem 100% kebalikan dari FIFO, dimana metode ini menemukan barang yang terakhir masuk di gudang adalah barang yang pertama kali dikeluarkan untuk dijual.
Tidak hanya itu saja, metode ini juga dapat memiliki dampak kompleks pada laporan keuangan dan evaluasi kinerja perusahaan, yang memerlukan pemahaman yang mendalam untuk menggunakannya dengan efektif. Untuk lebih mudah memahami apa itu LIFO, perbedaan, batasan dan jenis metodenya dengan simak dan baca artikel di bawah ini:
Jika diartikan dalam bahasa Indonesia Last In First Out berarti terakhir masuk, pertama keluar, yang mana metode LIFO adalah sebuah cara yang digunakan untuk mengelola stok barang dengan sistem barang yang terakhir masuk maka akan menjadi barang yang pertama kali keluar.
Dimana sistem Ini berarti biaya akuisisi barang yang terbaru digunakan untuk menghitung biaya persediaan, yang seringkali lebih tinggi daripada biaya barang yang lebih lama ada di persediaan.
Selain itu, penggunaan metode LIFO dapat mempengaruhi laporan keuangan dan pajak perusahaan, terutama dalam situasi di mana biaya barang terus meningkat seiring waktu. Di beberapa negara, metode LIFO mungkin diatur oleh hukum pajak, sementara di tempat lain.
Sebab, perusahaan memiliki kebebasan lebih besar dalam memilih metode akuntansi persediaan yang mereka gunakan. Dan perlu diingat, jika metode LIFO kini tidak lagi digunakan dalam manajemen persediaan karena asumsinya yang tidak logis dalam organisasi bisnis.
Pada kenyataannya, metode LIFO bukanlah metode baru dalam dunia bisnis. Popularitas penggunaan metode ini juga mulai meningkat di Amerika Serikat sekitar tahun 1970-an, karena dianggap memiliki potensi keuntungan yang lebih besar daripada metode lain yang lebih umum.
Namun, karena penggunaan metode LIFO sering dikaitkan dengan praktik kecurangan pajak yang terus-menerus memanfaatkan inflasi. Hingga pada akhirnya pemerintah Amerika Serikat mulai menerapkan kebijakan yang membatasi penggunaannya dalam praktik bisnis secara umum.
Saat ini, metode LIFO hanya digunakan di Amerika Serikat dengan peraturan perhitungan yang ketat yang diatur dalam undang-undang. Pembatasan ini telah menyebabkan banyak pebisnis kembali mengadopsi metode menjual barang yang pertama masuk ke dalam gudang.
Metode LIFO memiliki kontroversi karena memberikan keuntungan kepada pebisnis sementara negara dan pembeli menghadapi kerugian. Negara kehilangan pendapatan pajak yang seharusnya lebih besar, sementara pembeli menghadapi risiko kerugian yang tergantung pada jenis barang yang mereka beli dan risiko kerusakan yang tinggi jika barang disimpan terlalu lama.
Dengan perkembangan peraturan perlindungan konsumen dan menyadari potensi kerugian, penggunaan metode LIFO telah dibatasi, membuatnya semakin jarang ditemui dalam kegiatan ekonomi saat ini.
Perbedaan antara FIFO (First-In-First-Out), LIFO (Last-In-First-Out), dan metode rata-rata (Average) terletak pada cara masing-masing metode menghitung dan mengelola nilai persediaan. Berikut adalah perbedaan utama ketiganya:
Baca: FIFO Adalah Metode Manajemen Persedian, Begini Cara Kerjanya
Pilihan antara metode FIFO, LIFO, atau average biasanya tergantung pada tujuan perusahaan, persyaratan perpajakan, dan kondisi pasar. FIFO umumnya digunakan ketika perusahaan ingin mencerminkan biaya persediaan yang lebih rendah dalam laporan keuangannya.
Sementara LIFO digunakan untuk mengurangi laba kena pajak. Metode rata-rata seringkali menjadi pilihan netral di antara keduanya. Keputusan terkait dengan metode persediaan ini harus mempertimbangkan implikasi akuntansi dan perpajakan serta strategi bisnis perusahaan.
Dari segi cara penggunaan, LIFO dibedakan menjadi dua metode yakni metode sistem fisik dan perpetual, berikut penjelasannya:
Pada sistem fisik, nilai persediaan ditentukan berdasarkan saldo fisik, kemudian dikalikan dengan harga pokok perunit barang yang diterima pada periode awal. Jika nilai saldo fisik lebih besar dari barang yang masuk di awal periode maka diambil dari harga unit barang yang masuk berikutnya.
Sedangkan pada metode sistem perpetual, penilaian persediaan melibatkan pencatatan setiap transaksi penjualan atau pembelian dengan segera dalam kartu persediaan. Harga pokok barang yang pertama kali diterima digunakan untuk mencatat HPP. Jumlah yang tersisa merupakan nilai persediaan akhir.
Baca Juga: Cara Menentukan HPP Terbaik Biar Nggak Rugi!
Penggunaan metode persediaan barang metode average dengan bantuan software akuntansi online Beecloud dapat menjadi pilihan yang efisien dalam manajemen persediaan. Dimana Beecloud, sebagai alat bantu manajemen persediaan, dapat membantu dalam melacak, mengelola, dan memantau persediaan secara efektif.
Sebagai software akuntansi, Beecloud tidak hanya akan memudahkan Anda dalam mengelola stok barang saja, namun juga laporan keuangan, analisa bisnis lengkap dari neraca, arus kas hingga laba rugi. Klik banner di atas untuk informasi selengkapnya.
Dan sekian informasi tentang metode LIFO dan perbedaannya dengan metode lainnya, semoga bermanfaat!