Sistem konsinyasi adalah salah satu sistem kerja sama yang sering digunakan pebisnis berbagai macam metode atau kerjasama yang ada, guna dilakukan dalam bisnis untuk meningkatkan keuntungan,
Sistem kerjasama konsinyasi sering digunakan dalam bisnis, dan artikel ini membahas kelebihan, kekurangan, contoh, metode pencatatan serta 4 tips untuk menggunakan sistem ini dengan efektif.
Menurut kumparan.com, konsinyasi adalah suatu perjanjian antara dua pihak, dimana pemilik barang menyerahkan barangnya kepada pihak tertentu untuk dijual dan akan menerima komisi yang sudah disepakati.
Menurut Wijaya, Paramita, dan Taufiq dalam jurnal mereka, "Penerapan Akuntansi Penjualan Konsinyasi Pada Koperasi Karyawan Prima Rumah Sakit Wijaya Kusuma", konsinyasi merupakan suatu perjanjian dimana satu pihak menyerahkan barang kepada pihak lain untuk dijual dan menerima komisi sebagai imbalannya.
Sementara menurut Yunus dan Harnanto dalam buku "Pokok-pokok Akuntansi Keuangan Lanjutan", konsinyasi didefinisikan sebagai perjanjian di mana pemilik barang memberikan komisi kepada pihak yang bisa menjual barang yang telah ditentukan.
Dalam konsinyasi, pemilik barang disebut sebagai "consignor" dan pihak yang menerima titipan barang dan menjualnya disebut sebagai "consignee".
Dalam perjanjian konsinyasi, baik consignor maupun consignee harus memahami manfaat dan risiko yang terkait dengan penjualan konsinyasi. Hal ini dikutip dari jurnal yang ditulis oleh Ritonga dengan judul "Analisis Penerapan Akuntansi Penjualan Konsinyasi".
Baca Juga: Metode Pencatatan Sistem Konsinyasi
Seperti halnya perjanjian bisnis lain, konsinyasi adalah suatu kerjasama yang memerlukan kontrak tertulis untuk melindungi hak-hak kedua belah pihak, baik consignor maupun consignee.
Apa sajakah perjanjian tersebut? Ada beberapa prasyarat yang perlu diketahui, yaitu :
Untuk mempermudah pemahaman tentang konsinyasi, berikut adalah dua contoh penjualan konsinyasi yang sering terjadi :
Contoh pertama dari penjualan konsinyasi sering terjadi antara produsen besar dan toko ritel kecil. Beberapa produk yang sering dijual melalui konsinyasi antara lain kopi kemasan, mie instan, jajanan kecil, sabun, pasta gigi, dan produk-produk lain yang bisa diecerkan.
Contoh kasus ini adalah sebuah produsen besar bernama X yang memproduksi produk makanan ringan seperti kripik kentang. Produsen X ingin memperluas pasar penjualan produk mereka dan memutuskan untuk bekerja sama dengan toko ritel kecil bernama Y yang berada di sebuah kampung.
Dalam perjanjian konsinyasi, produsen X menyediakan produk mereka untuk dijual di toko Y, dan pemilik toko Y bertanggung jawab untuk menjual produk tersebut kepada konsumen. Keuntungan hasil penjualan produk dibagi antara produsen X dan toko Y sesuai dengan persentase yang telah disepakati sebelumnya.
Contoh penjualan konsinyasi yang kedua biasanya sering terjadi antara toko besar dan UMKM. Dalam hal ini, seorang pemilik produk yang belum terlalu dikenal ingin meningkatkan penjualan produk dengan mengajukan proposal ke toko besar seperti pasar swalayan. Tujuannya adalah untuk memasarkan produk dengan lebih efektif.
Contoh penjualan konsinyasi antara toko besar dengan UMKM bisa ditemukan dalam berbagai industri. Misalnya, seorang pemilik UMKM yang memproduksi tas kulit bisa mengajukan proposal penjualan konsinyasi kepada toko besar seperti department store.
Dalam hal ini, toko besar memiliki jaringan distribusi yang luas dan pemasaran yang efektif, sehingga memudahkan UMKM untuk memperluas pasar produk tas kulitnya. Pemilik UMKM akan memperoleh keuntungan dari penjualan produk, sedangkan toko besar akan memperoleh fee dari setiap penjualan produk.
Baca Juga: Kelebihan Berjualan dengan Sistem Konsinyasi
Setiap sistem yang mempunyai kelebihan, pasti juga memiliki kekurangan. Termasuk sistem konsinyasi ini. Berikut adalah beberapa kekurangan kerjasama konsinyasi yang umum terjadi :
Berikut deretan kekurangan penjualan sistem konsinyasi dari sudut padang produk:
Pengirim barang berisiko tidak menerima pembayaran di awal meskipun sudah menitipkan produknya ke pengecer. Ini merupakan kekurangan dari sistem bisnis konsinyasi antara pengirim barang dan penerima.
Risiko kerugian juga bisa terjadi pada pengirim barang yang menerapkan sistem konsinyasi, jika produk yang dititipkan tidak laku dan sudah kadaluarsa, maka ia akan diambil kembali dan ini bisa berakibat pada kerugian bagi pengirim barang atau perusahaan.
Risiko kerugian adalah sebuah faktor yang harus dipertimbangkan bagi para pebisnis dalam sistem konsinyasi. Sistem ini memang memberikan keuntungan, namun juga bisa menimbulkan risiko kerugian besar jika ada kesalahan, seperti salah memilih pengecer atau barang yang dititipkan sulit untuk terjual.
Sistem penjualan konsinyasi tidak bisa digunakan untuk semua jenis barang atau produk. Terdapat seleksi yang harus dilakukan oleh pemilik produk untuk memastikan produk yang bisa dijual dengan menggunakan sistem konsinyasi ini. Ketrampilan dalam memilih produk yang tepat harus dimiliki oleh pemilik produk.
Berikut deretan kekurangan penjualan sistem konsinyasi dari sudut padang penerima produk:
Dengan menerima kerja sama melalui sistem penjualan konsinyasi, penerima barang harus memastikan produk bisa terlihat jelas oleh konsumen. Namun, ini bisa menjadi kendala bagi warung sembako yang memiliki ruang yang terbatas.
Konflik dapat timbul dalam sistem konsinyasi, terutama saat penerima menerima produk yang sama dari beberapa Consignor. Ini dapat memunculkan masalah, karena rawan tertukar dan sejenisnya.
Dalam sistem konsinyasi, salah satu hal yang sangat dibenci oleh penerima barang adalah ketika pengirim barang tidak bersedia menanggung kerusakan produk. Ini diatur dalam perjanjian yang meminta penerima untuk mengganti produk yang rusak tanpa tahu apa penyebab kerusakan tersebut.
Untuk memperoleh keuntungan maksimal dari sistem konsinyasi, kedua pihak yang terlibat harus menerapkan beberapa langkah yang tepat. Dengan cara ini kedua pihak dapat saling meraih keuntungan.
Berikut adalah beberapa tips yang bisa membantu jika menjalankan sistem konsinyasi :
Tips untuk memastikan konsinyasi berjalan lancar adalah dengan membuat perjanjian yang fair dan menguntungkan kedua belah pihak.
Perjanjian harus mencakup klausul-klausul seperti besaran komisi, biaya tambahan, periode konsinyasi, tagihan, dan kebijakan pengiriman. Hal ini harus disepakati dengan jelas agar tidak terjadi kerugian pada salah satu pihak.
Untuk menghindari kerugian atau penipuan, penting bagi seorang consignor untuk memilih mitra bisnis dengan selektif dan memeriksa rekam jejak calon mitra.
A Better Lemonade Stand menyarankan untuk melakukan hal ini agar proses konsinyasi berjalan lancar.
Tips selanjutnya untuk menjalankan metode konsinyasi menurut Money Crashers adalah memilih toko yang sesuai dengan produk yang dijual. Sebagai consignor atau pihak ketiga, hal ini sangat penting karena akan mempengaruhi penjualan produk.
Misalnya, produk pakaian dengan harga tinggi tidak sesuai ditempatkan pada toko ritel kecil, tetapi lebih cocok pada butik, clothing store, atau tempat lain yang lebih sesuai.
Tips terakhir dalam menjalankan sistem konsinyasi adalah memastikan pengaturan display produk yang baik. Tampilan produk di toko sangat mempengaruhi hasil penjualan dan semakin banyak pelanggan yang melihat produk, peluang terjual pun akan meningkat.
Oleh karena itu, diskusikan posisi produk di toko dengan pemilik toko secara profesional agar dapat ditempatkan dengan baik.
Pembukuan adalah hal yang sangat penting dalam setiap bisnis, termasuk juga dalam sistem konsinyasi. Tanpa pencatatan yang baik, kita akan kesulitan mengetahui laporan keuangan dan performa bisnis kita. Oleh karena itu, ada keuntungan besar dalam menggunakan software akuntansi Beeaccounting untuk melakukan pencatatan konsinyasi.
Software ini memiliki kelebihan dalam memudahkan kita untuk mengatur stok konsinyasi dari beberapa consignor. Kita dapat melihat detail setiap produk yang dikonsinyasikan, melakukan pemantauan terhadap stok dan mengelola data consignor dengan mudah.
Dengan memahami pengertian konsinyasi, contoh-contoh yang ada, dan kekurangan serta kelebihan dari metode ini, Anda bisa memastikan bahwa bisnis Anda akan berjalan lancar dan menghasilkan keuntungan maksimal.
Namun, jangan lupa untuk terus bermitra dengan pihak yang tepat, menentukan perjanjian yang jelas, memilih produk yang tepat untuk dititipkan, dan mengatur display produk dengan baik.