Dalam dunia bisnis, salah satu pertanyaan yang sering diajukan, terutama oleh pebisnis pemula adalah bagaimana cara melihat kondisi keuangan sedang sehat atau tidak? Untuk menjawab pertanyaan ini, opsinya ada banyak, salah satunya adalah dengan mengukur kinerja keuangan.
Sebenarnya, mengukur kinerja keuangan ini bukan hanya untuk melihat kondisi keuangan saja. Untuk beberapa keperluan strategis juga bisa berangkat dari hal ini. Seperti misalnya, merencanakan anggaran sumber daya, pengambilan keputusan investasi, atau kemungkinan untuk ekspansi.
Jika Anda sebagai pebisnis masih belum akrab dengan pengukuran kinerja keuangan, mari ikut Bee mempelajarinya sama-sama. Melalui artikel ini, kita akan membahasnya mulai dari pengertian, manfaat, faktor pengaruhnya, hingga alat ukur berikut cara menganalisisnya.
Sebelum lebih lanjut, kita pahami dulu definisinya. Secara umum, pengertian kinerja keuangan mengacu pada pencapaian sebuah usaha dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Umumnya, hal-hal yang menjadi indikator meliputi profitabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan efisiensi operasional.
Selain itu, kinerja keuangan bukan sebatas angka saja. Ia juga mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis dan tantangan ekonomi. Itulah kenapa, mengevaluasi kinerja secara rutin menjadi penting, terutama tentu saja untuk pengambilan keputusan yang sifatnya strategis.
Supaya lebih jelas dan kredibel, mari kita simak pendapat para ahli terkait pengertian kinerja keuangan. Berikut Bee rangkum dari beberapa sumber:
Pengertian kinerja keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), adalah kemampuan perusahaan dalam mencapai tujuannya, melalui pengelolaan dan pengendalian sumber daya yang dimilikinya.
Sedangkan menurut Hery (2016), kinerja keuangan merujuk pada upaya perusahaan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas penghasilan laba. Tujuan utamanya supaya bisa melihat pertumbuhan dan perkembangan keuangan usaha.
Tak jauh beda dengan sebelumnya, kinerja keuangan menurut Fahmi (2017) merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana perusahaan sudah melaksanakan aturan terkait penggunaan keuangan secara tepat dan benar.
Berdasarkan ketiga pernyataan ahli tersebut, bisa kita simpulkan jika kinerja keuangan adalah evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber daya dan keuangan secara efisien dan efektif. Hal ini mencakup pencapaian tujuan usaha, pertumbuhan keuangan, serta kepatuhan terhadap aturan pengelolaan keuangan.
Pada paragraf pembuka tadi sempat kita singgung terkait manfaat dari kinerja keuangan. Namun, itu hanya sekilas dan sebagian saja. Mengutip Munawir (2015) dan Ridhawati (2014), beberapa manfaat seperti kemampuan membayar utang, atau mengantisipasi perubahan aset keuangan, juga termasuk di antaranya.
Alasan pertama kenapa kinerja keuangan perlu diukur, adalah untuk memahami tingkat likuiditas perusahaan, yaitu kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Contohnya seperti membayar utang usaha, pajak, atau dividen.
Nah, jika misalnya diketahui bahwa likuiditasnya baik, maka perusahaan bisa dipastikan dapat membayar tagihan tepat waktu. Tapi kalau sebaliknya, perusahaan tentu berisiko menghadapi masalah operasional yang serius.
Selain untuk likuiditas, mengukur kinerja keuangan juga berguna untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan melunasi seluruh kewajibannya jika dilikuidasi.
Berbeda dengan likuiditas, cakupan dari solvabilitas cukup luas karena meliputi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang. Jika tingkat solvabilitas suatu perusahaan tinggi, artinya mencerminkan kestabilan finansial jangka panjang.
Baca Juga: Pengertian Rasio Solvabilitas, Jenis, Rumus dan Manfaatnya
Satu hal utama yang dicari saat menjalankan sebuah usaha adalah keuntungan. Nah, tepat di titik ini, kinerja keuangan dapat membantu dalam melihat kemampuan bisnis menghasilkan laba. Pelaku usaha juga bisa melihat seberapa efektif strategi bisnis yang diterapkan.
Dalam kaitannya dengan stabilitas usaha pun demikian. Ketika pelaku usaha ingin, misalnya, mengetahui kemampuan bisnisnya dalam membayar beban buang utang tepat waktu, kinerja keuangan bisa membantunya.
Seperti yang telah disinggung di awal paragraf, kinerja keuangan itu membantu dalam pengambilan keputusan-keputusan strategis. Tentu melalui data-data sumber daya yang ada. Semisal tingkat profitabilitas tinggi, perusahaan sangat mungkin melakukan ekspansi produk.
Berikutnya, kinerja keuangan memungkinkan perusahaan mengevaluasi performa masing-masing unit usaha. Misalnya divisi pemasaran atau produksi. Dengan menganalisis kontribusi laba, efisiensi biaya, dan produktivitas tiap unit, perusahaan dapat menentukan mana yang perlu ditingkatkan atau bahkan dihentikan.
Terakhir, yakni untuk mengantisipasi kemungkinan perubahan aset keuangan. Contohnya peningkatan piutang, penurunan persediaan, atau fluktuasi nilai investasi. Misalnya, jika analisis menunjukkan bahwa piutang dagang terus meningkat, maka perusahaan dapat segera memperketat kebijakan kredit.
Untuk melihat kinerja keuangan ini perlu dari berbagai sisi. Menurut Sujarweni (2017), ada empat faktor utama yang memengaruhinya, berikut di antaranya:
Kinerja keuangan perusahaan sangat dipengaruhi oleh kemampuan pegawai dalam menjalankan tugasnya. Pegawai yang kompeten, apalagi yang terus mengembangkan keterampilannya, tentu akan meningkatkan produktivitas serta efisiensi kerja.
Sebaliknya, jika pegawai kurang kompeten, atau kurangnya pelatihan bahkan motivasi, maka dapat berdampak negatif pada hasil usaha dan keuangan perusahaan.
Desain pekerjaan yang jelas, termasuk uraian tugas dan tujuan yang spesifik, menjadi elemen penting dalam mendukung kinerja keuangan. Pekerjaan pun bisa terselesaikan dengan efektif, bila sumber dayanya memadai, seperti peralatan dan teknologi yang mendukung..
Namun, jika desain pekerjaan tidak optimal, perusahaan berisiko menghadapi penurunan produktivitas dan bahkan pemborosan biaya.
Sistem kerja yang terorganisir, prosedur yang jelas, serta pendelegasian tugas yang tepat, sangat mempengaruhi efisiensi operasional perusahaan. Sebab semua itu muaranya pada koordinasi antar divisi.
Begitu pula dalam banyak kasus, perusahaan yang operasionalnya tidak efisien, sering kali disebabkan komunikasi dan ketidaktepatan pendelegasian tugas. Ini tentu saja berdampak langsung pada keuangan perusahaan.
Faktor yang terakhir adalah lingkungan kerja. Jika misalnya, rekan kerjanya suportif atau fasilitas penunjang pekerjaan memadai, tentu itu dapat meningkatkan motivasi dan produktivitas pegawai.
Adapun kinerja keuangan ini terdiri dari beberapa komponen. Mengutip Aisyah, Darminto, dan Husaini (2013), berikut di antaranya:
Profitabilitas atau laba, yaitu hasil utama dari kegiatan operasional perusahaan yang menunjukkan seberapa besar keuntungan yang dihasilkan. Komponen ini mencakup laba bersih dan laba kotor, yang kemudian menjadi indikator utama keberhasilan finansial perusahaan.
Kedua adalah likuiditas, yakni kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Komponen ini mencakup seberapa cepat aset perusahaan dapat dikonversi menjadi uang tunai untuk membayar utang-utang yang sudah jatuh tempo.
Kemudian untuk solvabilitas, merujuk pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang. Komponen ini berhubungan dengan kestabilan finansial perusahaan dalam jangka panjang dan risiko kebangkrutan.
Yang keempat adalah aktivitas. Komponen ini menggambarkan bagaimana efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset dan sumber dayanya, untuk mendukung operasional dan menghasilkan pendapatan..
Lalu yang kelima adalah pasar. Dalam konteks kinerja keuangan, komponen ini berkaitan dengan bagaimana investor atau pemangku kepentingan eksternal menilai performa perusahaan di pasar modal, baik masa kini maupun masa depan.
Untuk melihat indikator kinerja keuangan perusahaan, Anda dapat menggunakan beberapa alat ukur. Merangkum Nugroho dan Sunarya (2024), kinerja keuangan diukur dengan beberapa rasio, yaitu rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas, dan profitabilitas. Berikut Bee paparkan lengkap dengan rumus kinerja keuangan:
Pertama, rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio yang paling umum digunakan untuk mengukurnya adalah Current Ratio, Quick Ratio, dan Cash Ratio.
Alat ini untuk mengukur sejauh mana aset lancar mampu menutupi kewajiban lancar. Semakin tinggi angkanya, semakin baik likuiditas perusahaan.
Rumus: Current Ratio = Aset Lancar : Kewajiban Lancar x 100%
Alat ini untuk mengukur kemampuan aset paling likuid (tanpa persediaan) untuk memenuhi kewajiban lancar. Cocok untuk menilai likuiditas dalam situasi mendesak.
Rumus: Quick Ratio = Aset Lancar − Persediaan : Kewajiban Lancar x 100%
Untuk mengukur kemampuan kas dan setara kas untuk menutupi kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan likuiditas perusahaan dalam bentuk paling murni.
Rumus: Cash Ratio = Kas + Setara Kas : Kewajiban Lancar x 100%
Rasio aktivitas menggambarkan efisiensi perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan pendapatan. Indikator ini mencakup rasio seperti Total Asset Turnover, Inventory Turnover, dan Fixed Asset Turnover.
Alat ukur ini untuk melihat sejauh mana efisiensi penggunaan seluruh aset perusahaan untuk mendukung penjualan. Rumus menghitingnya sebagai berikut:
Rumus: Total Asset Turnover = Penjualan Bersih : Total Aset x 100%
Berbeda dengan sebelumnya, yang mengukur aset untuk penjualan. Alat ukur ini untuk menggambarkan efisiensi penggunaan aset tetap dalam menghasilkan pendapatan.
Rumus: Fixed Asset Turnover = Penjualan Bersih : Aset Tetap x 100%
Jika sebelumnya terkait penggunaan aset, maka alat ukur ini untuk melihat seberapa cepat persediaan diubah menjadi penjualan dalam satu periode.
Rumus: Inventory Turnover = Harga Pokok Penjualan (HPP) : Persediaan Rata-Rata x 100%
Rasio solvabilitas merupakan indikator yang menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Ini mencakup rasio seperti Debt-to-Asset Ratio dan Debt-to-Equity Ratio.
Alat ukur ini untuk menunjukkan sejauh mana aktiva lancar perusahaan dapat memenuhi kewajiban lancar perusahaan.
Rumus: Debt-to-Asset Ratio = Total Utang : Total Aktiva x 100%
Ini merupakan rasio yang menunjukkan mana aktiva lancar perusahaan yang dapat memenuhi kewajiban lancarnya. Semakin besar rasio ini, semakin baik Debt to Equity Ratio perusahaan.
Rumus: Debt-to-Equity Ratio = Total Utang : Total Ekuitas x 100%
Yang terakhir, profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari pendapatan yang diperoleh. Rasio ini biasanya menggunakan Net Profit Margin (NPM), Return on Equity (ROE), dan Return on Assets (ROA).
Alat ukur ini untuk membandingkan antara laba bersih sesudah pajak dengan penjualan, sehingga dari perhitungan ini dapat diketahui berapa keuntungan per rupiah penjualan.
Rumus: NPM = Laba Bersih : Penjualan x 100%
Alat ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui total ekuitas perusahaan. Rasio ini membanding antara laba bersih setelah pajak dengan jumlah ekuitas perusahaan.
Rumus: ROE = Laba Bersih : Total Ekuitas x 100%
Alat yang kedua untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui total aset perusahaan. Alat ukur ini membanding antara laba bersih setelah pajak dengan jumlah aset perusahaan.
Rumus: ROA = Laba Bersih : Total Aset x 100%
Baca Juga: Balance Scorecard: Alat Pengukur Kinerja Bisnis yang Efektif
Untuk menganalisis kinerja keuangan, diperlukan beberapa tahap. Menurut Fahmi (2017), ada lima tahap yang harus dilakukan, yaitu:
Tahap ini bertujuan memastikan laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum. Data yang direview harus akurat dan dapat dipertanggungjawabkan agar analisis kinerja keuangan yang dihasilkan pun valid. Ini juga untuk menghindari kesalahan dalam interpretasi nantinya.
Perhitungan dilakukan dengan metode yang sesuai dengan kondisi dan masalah yang sedang dihadapi perusahaan. Proses ini mencakup penghitungan rasio keuangan atau indikator lainnya untuk mendapatkan data kuantitatif yang relevan. Dan haasilnya nanti akan menjadi dasar dalam menyusun analisis yang lebih mendalam.
Perbandingan dilakukan untuk memahami posisi perusahaan terhadap standar atau perusahaan lain. Metode yang digunakan untuk membandingkan ini ada dua, yakni:
Setelah menghitung dan membandingkan tahap selanjutnya adalah menafsirkan hasil analisis. Tujuannya untuk mengidentifikasi apakah kinerja keuangan mengalami permasalahan. Selain itu, tahapan ini juga mencakup penilaian terhadap efektivitas strategi keuangan perusahaan.
Tahap terakhir, adalah mencari solusi untuk permasalahan yang ditemukan berdasarkan hasil analisis dan interpretasi. Solusi ini dirancang sebagai rekomendasi strategis yang dapat membantu perusahaan meningkatkan kinerjanya.
Itulah tadi penjelasan terkait kinerja keuangan, lengkap dengan cara ukur dan analisisnya. Selain cara-cara tadi, ada satu tips lagi yang bisa Anda terapkan agar menganalisis keuangan jauh lebih mudah lagi. Yaitu mempertimbangkan untuk menggunakan aplikasi pembukuan keuangan Beecloud.
Beecloud adalah aplikasi yang bisa membantu Anda dengan cepat mengakses laporan laba rugi, neraca, dan arus kas dalam format yang mudah dipahami. Fitur analisis yang disediakan juga bermacam-macam. Mulai dari memantau kinerja keuangan secara real-time, mengidentifikasi tren, hingga menyuguhkan data yang akurat sekaligus terintegrasi.
Tunggu apalagi, dengan Beecloud, proses analisis keuangan Anda tidak hanya cepat, tetapi juga menyenangkan karena bisnis dibantu untuk tumbuh dan berkembang dengan lebih baik. Mau mencobanya sekarang? Klik banner di bawah ini!