Jurnal retur penjualan merupakan aspek kritis dalam sistem akuntansi suatu perusahaan yang mencerminkan transparansi dan akurasi pencatatan keuangan. Retur penjualan tidak hanya menciptakan perubahan dalam aspek pendapatan.
Tetapi juga memerlukan pemantauan yang cermat terhadap pengaruhnya terhadap neraca dan laporan laba rugi. Dalam menjalankan operasional bisnis, perusahaan perlu mengelola secara efisien untuk meminimalkan dampak negatif terhadap keseimbangan keuangan.
Oleh karena itu, pemahaman mendalam terkait jurnal retur penjualan menjadi krusial bagi para pelaku bisnis dan profesional akuntansi dalam menjaga integritas dan keberlanjutan keuangan perusahaan.
Menurut Stice dan Skousen (2009), retur penjualan adalah barang yang dikembalikan, ditukarkan pelanggan atau diberikan potongan penjualan oleh pemilik usaha karena beberapa faktor.
Faktor ini biasanya terjadi karena adanya kerusakan barang selama pengiriman, barang catat saat dijual, barang tidak sempurna setelah diproduksi hingga barang yang dibeli tidak sesuai dengan pesanan,
Lantas apa itu jurnal retur penjualan? Jurnal retur penjualan adalah catatan akuntansi yang mencatat transaksi pengembalian barang atau jasa oleh pelanggan ke perusahaan.
Jurnal ini mencatat pengaruh finansial dari retur penjualan terhadap laporan keuangan perusahaan. Di dalamnya, biasanya mencakup informasi seperti nilai barang yang dikembalikan, akun-akun yang terlibat, dan penyesuaian yang perlu dilakukan terhadap pendapatan penjualan.
Mengutip dari buku Pengantar Akuntansi Berdasarkan SAK ETAP dan IFRS karya Syaiful Bahri, retur penjualan ini termasuk dalam akun retur penjualan. Dan jurnal yang digunakan untuk mencatat transaksi retur penjualan adalah jurnal retur penjualan dan jurnal umum.
Baca Juga: Cara Membuat Jurnal Umum Mudah Serta Contohnya
Dari segi transaksi retur penjualan dan pembelian jelas sekali perbennya, namun sama-sama bentuk pengembalian barang. Selain dari segi transaksi ada beberapa perbedaan lainnya, yakni:
Retur penjualan terjadi ketika pelanggan mengembalikan barang yang telah dibeli, sedangkan pembelian terkait dengan perusahaan yang memperoleh barang atau jasa dari pemasok.
Dari segi transaksi retur penjualan melibatkan pelanggan sebagai subjek transaksi, sementara pembelian melibatkan perusahaan sebagai penerima barang atau jasa.
Perbedaan selanjutnya adalah dari segi alokasi akun, dalam jurnal retur penjualan, transaksi dicatat dalam akun retur penjualan untuk mengurangi pendapatan penjualan.
Sedangkan pembelian dicatat dalam akun pembelian atau akun yang relevan yang mencatat nilai barang atau jasa yang diperoleh oleh perusahaan.
Retur penjualan bertujuan untuk memproses kembali atau mengganti barang yang tidak memenuhi harapan pelanggan, melibatkan perusahaan dan pelanggan.
Sementara itu, pembelian bertujuan untuk memperoleh barang atau jasa yang diperlukan untuk operasional perusahaan atau dijual kembali, dan melibatkan perusahaan serta pemasok atau vendor sebagai pemberi barang atau jasa.
Berikut ini beberapa faktor yang umumnya dapat menimbulkan pengembalian barang penjualan:
Faktor utama yang dapat menyebabkan pengembalian barang penjualan adalah kerusakan barang. Barang yang rusak selama proses pengiriman atau karena cacat produksi dapat menjadi alasan utama bagi pelanggan untuk mengembalikan produk tersebut.
Pengembalian barang juga dapat disebabkan oleh ketidaksesuaian antara barang yang diterima oleh pelanggan dengan harapan atau deskripsi yang diberikan oleh perusahaan. Jika produk tidak sesuai dengan ekspektasi pelanggan, mereka mungkin memilih untuk mengembalikannya.
Berikutnya karena adanya kesalahan produksi, seperti kesalahan dalam merakit atau membuat produk, dapat menjadi faktor yang mendorong pengembalian barang. Produk yang tidak memenuhi standar kualitas yang diharapkan oleh pelanggan memiliki kemungkinan besar untuk dikembalikan.
Kesalahan dalam proses pemesanan, baik oleh pelanggan atau pihak penjual, seperti kesalahan dalam jumlah, warna, atau model produk, dapat menjadi penyebab pengembalian barang. Pelanggan yang menerima produk yang tidak sesuai dengan pesanan mereka mungkin memilih untuk mengembalikannya.
Terakhir adalah karena ketidakpuasan pelanggan, baik karena alasan kualitas, desain, atau layanan, dapat menjadi faktor utama pengembalian barang. Pelanggan yang merasa tidak puas dengan pengalaman pembelian mereka cenderung mengembalikan produk untuk mendapatkan penggantian atau pengembalian dana.
Oleh sebab itu, pihak perusahaan perlu untuk meningkatkan quality control, meminimalkan kesalahan produksi, dan meningkatkan kepuasan pelanggan untuk mengurangi insiden pengembalian barang.
Baca Juga: Indikator Kepuasan Pelanggan: Faktor, Cara Ukur, dan Tipsnya
Dalam buku Sistem Informasi Akuntansi pada Aplikasi Administrasi Bisnis (2013) karya Mirza Maulinarhadi dan Max Advian, menjelaskan jika pencatatan retur penjualan dapat dilakukan melalui beberapa jurnal dan buku pembantu yang disesuaikan dengan kebijakan perusahaan.
Untuk memudahkan Anda dalam mengelola retur penjualan dalam jurnal retur penjualan lebih mudah dan akurat, Anda bisa menggunakan software pembukuan keuangan Beecloud.
Return akan tersinkron otomatis mudahkan pelaku usaha dalam proses manajemennya. Klik banner di bawah ini untuk informasi selengkapnya!
Mari kita ambil contoh untuk lebih memahami bagaimana pencatatan retur penjualan :
PT Sukses Selalu menjual produknya dengan total penjualan Rp80.000.000 selama bulan Agustus 20xx. Dari jumlah tersebut, 3% produk yang dijual mengalami retur karena adanya cacat produksi.
Selain itu, 60% penjualan dilakukan secara kredit, dan sisanya secara tunai. Perusahaan memiliki piutang dagang sebesar Rp50.000.000 pada akhir Agustus 2021 dan kas sebesar Rp5.000.000.
Dengan informasi ini, kita dapat mencatat retur penjualan:
Dengan pencatatan ini, PT Sukses Selalu dapat memantau dengan lebih baik transaksi retur penjualan, memperbarui nilai persediaan, dan melakukan penyesuaian harga pokok penjualan sesuai dengan kondisi bisnisnya.
Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mengurangi retur penjualan:
Pertama adalah rutin untuk mengevaluasi performa produk dan layanan yang ditawarkan. Dengan mengidentifikasi pola dan penyebab retur penjualan secara berkala, perusahaan dapat lebih cepat menanggapi masalah dan melakukan perbaikan.
Selanjutnya, tingkatkan kontrol kualitas selama proses produksi atau penyediaan layanan. Dengan memastikan bahwa produk atau layanan memenuhi standar kualitas yang tinggi, kemungkinan terjadinya retur penjualan akibat cacat dapat dikurangi.
Ketiga, tetapkan kebijakan retur penjualan yang jelas dan transparan. Informasikan secara detail kepada pelanggan mengenai syarat-syarat retur, batas waktu, dan prosedur yang harus diikuti. Kebijakan yang jelas dapat mencegah retur yang tidak perlu atau disebabkan oleh ketidakpahaman pelanggan.
Selanjutnya, Implementasikan sistem return yang efisien dan ramah pengguna. Dengan menyediakan proses retur yang mudah dipahami dan diakses oleh pelanggan, perusahaan dapat mengurangi frustasi pelanggan dan mendorong mereka untuk melakukan retur dengan benar.
Terakhir adalah lakukan analisis menyeluruh terhadap data retur penjualan untuk mengidentifikasi pola, trend, dan penyebab. Dengan memahami akar masalah, perusahaan dapat mengambil tindakan perbaikan yang tepat, seperti perbaikan produk, pelatihan karyawan, atau perubahan proses produksi.
Nah itu dia penjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan jurnal retur penjualan, faktor, pencatatan dan contoh kasusnya. Sampai jumpa di artikel selanjutnya!