🎉 Akhir Tahun Buanyak Diskon-nyaaa, Disc. upto 25%
Logo Bee Web

Cara Menghitung Gross Profit Margin, Rumus dan Contohnya

Salah satu cara untuk melihat berhasil tidaknya suatu usaha adalah dengan menghitung gross profit margin. Begini cara hitung dan contohnya!
Penulis: Achmad Fauzan Syaikhoni
Daftar Isi
Kategori: ,
Dipublish Tgl: Thursday, 12 December 2024

Berhasil tidaknya suatu usaha, seringkali dilihat dari apa yang disebut sebagai ‘keuntungan’. Dalam dunia bisnis, keuntungan ini ada banyak versinya, salah satunya adalah gross profit margin. Istilah itu bukan hanya terkait dengan angka saja, tetapi juga merupakan strategi untuk memastikan kesehatan sebuah bisnis.

Jika ditarik lebih jauh lagi, gross profit margin ini bukan sekadar keuntungan. Pertanyaan seperti, sejauh mana biaya produksi dapat memengaruhi profitabilitas, itu juga bisa dijawab melalui hasil hitungannya. Jadi, ketika Anda sebagai pebisnis menguasai cara menghitung, sampai bahkan nilai tolok ukurnya, maka pondasi keuangan bisnis Anda bisa terbilang solid.

Penasaran bagaimana cara menghitungnya? Yuk, simak artikel ini sampai tuntas!

Gross Profit Adalah…

Pengertian Gross Profit Margin

Ilustrasi Gross Profit Margin (Credit: Freepik)

Seperti biasa, supaya di antara kita tidak sampai salah paham, mari kita pahami dulu pengertiannya. Dalam hal ini, ada dua istilah penting untuk dipahami, yakni gross profit dan gross profit margin. Keduanya saling terkait, namun memiliki sedikit perbedaan mendasar

Jadi, apa itu gross profit? Melansir laman Investopedia.com, gross profit adalah nominal keuntungan yang didapat suatu bisnis, setelah dikurangi biaya produksi langsung dan operasional. Fokusnya pada angka yang menggambarkan keadaan keuangan perusahaan. 

Sementara itu, merangkum Repository STEI, gross profit margin adalah rasio yang digunakan untuk mengukur persentase gross profit terhadap penjualan bersih sebuah bisnis. Fungsinya, untuk membantu mengevaluasi efisiensi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari penjualan setelah memperhitungkan biaya produksi langsung.

Berdasar kedua kutipan itu, maka kita bisa menyimpulkan bahwa gross profit dan gross profit margin alias GPM ini dua hal berbeda yang saling berkelindan. Singkatnya, ‘gross profit’ adalah angka nominal keuntungan, sedangkan ‘gross profit margin’ adalah persentase untuk mengevaluasi efisiensi keuntungan.

Baca Juga: Gross Profit Disebut Juga dengan Laba Bruto, Ini Penjelasannya

Apa Perbedaan Gross Profit dan Net Profit

Selain itu, gross profit ini kadang kala maknanya juga sering tertukar dengan net profit. Bahkan bisa jadi, sebagian dari kita ada pula yang belum tahu perbedaan keduanya. Maka, supaya tidak lagi salah paham, Anda bisa menyimak tabel perbedaan di bawah ini:

4 Perbedaan Gross Profit Dan Net Profit

Tabel Perbedaan Gross Profit Dan Net Profit (Credit: Bee.id)

Kalau masih bingung, berikut penjelasan deskriptif terkait poin-poin perbedaannya:

1. Definisi

Gross profit adalah laba kotor yang diperoleh setelah pendapatan total dikurangi biaya langsung produksi atau penjualan (COGS). Laba ini menunjukkan keuntungan dasar dari aktivitas inti perusahaan. Sedangkan net profit, adalah laba bersih yang dihitung setelah semua biaya, termasuk operasional, pajak, dan beban lainnya dipotong dari pendapatan total.

2. Komponen yang Dihitung

Komponen gross profit hanya mencakup biaya langsung produksi, seperti bahan baku dan tenaga kerja langsung. Sementara untuk net profit mencakup semua biaya, baik yang langsung maupun tidak langsung. Seperti misalnya sewa tempat, utilitas, dan pajak.

3. Fokus Utama

Gross profit lebih fokus pada efisiensi produksi atau penjualan dalam menghasilkan pendapatan. Sementara itu, net profit fokus pada profitabilitas keseluruhan, untuk menunjukkan apakah bisnis menghasilkan keuntungan setelah semua kewajiban keuangan terpenuhi.

4. Contoh Penggunaan

Dalam praktiknya, gross profit sering digunakan untuk mengevaluasi efisiensi aktivitas inti perusahaan, seperti produksi atau penjualan. Rasio ini membantu menentukan apakah harga jual dan biaya produksi sudah optimal. Sebaliknya, net profit digunakan untuk menilai kesehatan keuangan bisnis secara keseluruhan.

Jenis-Jenis Profit Margin

Dalam kajian bisnis, profit margin ini terbagi menjadi beberapa jenis. Mengutip Soemarso dalam Yutmiari (2020), terdapat empat jenis yaitu, laba kotor, laba operasi, laba bersih, laba laba ditahan. Begini penjelasan lengkapnya: 

1. Laba Kotor

Laba kotor adalah laba yang dihitung dengan mengurangkan harga pokok penjualan (COGS) dari penjualan bersih. Jenis ini mencerminkan keuntungan yang diperoleh dari aktivitas inti perusahaan, tanpa memperhitungkan biaya operasional. Untuk memaksimalkan laba kotor, perusahaan perlu meningkatkan penjualan dan menurunkan biaya produksi.

2. Laba Operasi

Laba operasi atau biasa disebut laba usaha, diperoleh dengan mengurangkan harga pokok penjualan dan biaya operasional dari pendapatan bersih. Hasilnya nanti menunjukkan kinerja operasional perusahaan secara lebih spesifik. Termasuk juga keuntungan yang dihasilkan dari kegiatan utama bisnis sebelum memperhitungkan pajak dan bunga.

3. Laba Bersih

Laba bersih (net income) adalah selisih antara pendapatan total dan seluruh biaya yang dikeluarkan, termasuk pajak. Ada dua jenis laba bersih: sebelum pajak (sebelum dikurangi pajak) dan setelah pajak (setelah semua biaya pajak dihitung). Keuntungan perusahaan secara keseluruhan bisa diketahui lewat laba ini. 

Baca Juga: Net Income Adalah Laba Bersih, Begini Cara Menghitungnya!

4. Laba Ditahan

Laba ditahan adalah laba bersih yang tidak dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen, melainkan disimpan untuk kebutuhan masa depan perusahaan. Jenis ini dihitung dengan menjumlahkan laba bersih yang diperoleh, dan mengurangkan distribusi laba yang telah dibagikan.

Rumus Gross Profit Margin

Rumus Gpm

Ilustrasi Rumus Gross Profit Margin (Credit: Freepik)

Untuk cara menghitung GPM, ada dua rumus yang harus Anda ikuti. Yaitu rumus untuk mengetahui laba kotor, dan rumus GPM. Sebab kalau Anda langsung menghitung GPM tanpa mengetahui dulu laba kotornya, jelas nanti kebingungan. Berikut kedua rumus tersebut:

Laba Kotor = Pendapatan Penjualan - Harga Pokok Penjualan

Keterangan:

  • Laba kotor: Keuntungan yang diperoleh dari selisih pendapatan penjualan dengan harga pokok penjualan.
  • Pendapatan Penjualan: Total pendapatan yang diperoleh dari penjualan barang atau jasa.
  • Harga Pokok Penjualan: Biaya langsung yang dikeluarkan untuk memproduksi barang atau jasa yang dijual.
GPM = Laba Kotor ÷ Pendapatan Penjualan x 100%

Keterangan: 

  • GPM: Rasio yang menunjukkan persentase laba kotor terhadap pendapatan penjualan.
  • Laba kotor: Keuntungan yang diperoleh dari selisih pendapatan penjualan dengan harga pokok penjualan.
  • Pendapatan Penjualan: Total pendapatan yang diperoleh dari penjualan barang atau jasa.

Cara Menghitung Gross Profit Margin

Supaya mudah dalam perhitungannya, ada beberapa langkah yang harus Anda lakukan. Berikut di antaranya: 

  • Menyiapkan Laporan Keuangan: Pastikan Anda memiliki laporan keuangan yang lengkap, khususnya laporan laba rugi yang mencantumkan pendapatan penjualan dan harga pokok penjualan (COGS). Sebab laporan tersebut akan menjadi dasar untuk perhitungan laba kotor.
  • Mengidentifikasi Pendapatan Penjualan: Identifikasi jumlah total pendapatan yang dihasilkan dari penjualan produk atau jasa selama periode yang relevan. Pendapatan ini harus mencakup semua transaksi penjualan yang terjadi dalam periode tersebut.
  • Menghitung Harga Pokok Penjualan: Hitung semua biaya langsung yang diperlukan untuk menghasilkan produk, seperti biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya langsung lainnya. Lalu, semua itu dikurangkan dari pendapatan penjualan untuk mendapatkan laba kotor.
  • Hitung dengan Rumus GPM: Setelah mengetahui data laba kotornya, Anda sudah bisa menghitung dengan rumus gross profit margin, yakni: GPM = Laba Kotor ÷ Pendapatan Penjualan x 100%.

Baca Juga: Cara Menghitung Net Profit Margin dan Contohnya

Contoh Perhitungan Gross Profit Margin

Supaya lebih konkret, Bee kasih contoh kasusnya. Misalnya saja ada perusahaan manufaktur bernama XYZ, yang memproduksi sepatu sneakers. Dalam satu bulan, perusahaan itu menjual sebanyak 15.000 pasang sepatu dengan harga rata-rata Rp600.000 per pasang. Total pendapatan dari penjualan sepatu tersebut mencapai Rp9.000.000.000. 

Namun, untuk memproduksi sepatu-sepatu tersebut, perusahaan mengeluarkan biaya produksi yang mencakup bahan baku, tenaga kerja, dan biaya pabrik lainnya sebesar Rp5.000.000.000.

Nah, untuk memahami profitabilitas bisnisnya, perusahaan XYZ perlu menghitung laba kotor terlebih dahulu, untuk mengetahui selisih pendapatan penjualan setelah dikurangi dengan harga pokok penjualan. Berikut adalah langkah perhitungannya secara detail:

#Menghitung Laba Kotor

Diketahui:

  • Pendapatan Penjualan = Rp9.000.000.000
  • Harga Pokok Penjualan = Rp5.000.000.000

Penyelesaian:

Laba Kotor = Pendapatan Penjualan - Harga Pokok Penjualan 
           = Rp9.000.000.000 - Rp5.000.000.000 
           = Rp4.000.000.000

# Menghitung GPM

Setelah mengetahui laba kotornya, Barulah kemudian, perusahaan dapat menghitung GPM untuk mengetahui persentase laba kotornya. Dengan berdasarkan rumus yang sudah dijelaskan di atas, maka begini contoh perhitungannya:

Diketahui:

  • Laba Kotor = Rp4.000.000.000
  • Pendapatan Penjualan = Rp9.000.000.000
Grosss Profit Margin = Laba Kotor ÷ Pendapatan Penjualan × 100%
                     = (Rp4.000.000.000 ÷ Rp9.000.000.000) × 100% 
                     = 44,44%

Dari hasil perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa perusahaan XYZ memiliki GPM sebesar 44,44%. Artinya, dari setiap Rp100 pendapatan penjualan, Rp44,44 merupakan laba kotor yang dapat digunakan untuk menutupi biaya lainnya, seperti biaya operasional, pajak, dan laba bersih.

Berapa Nilai Gross Profit Margin yang Baik?

Dari sini, sebagian dari Anda mungkin bertanya-tanya, kira-kira berapa nilai GPM yang baik? Melansir laman BDC.ca, nilai GPM yang ideal bervariasi tergantung pada jenis industri dan model bisnis. Industri dengan biaya produksi tinggi seperti ritel, biasanya memiliki margin yang lebih rendah dibandingkan industri teknologi. 

Untuk lebih lengkapnya, berikut Bee rangkum nilai GPM ideal dari ketiga jenis industri:.

1. Standar Nilai Gross Profit Margin Industri Ritel

Industri Ritel

Ilustrasi Industri Ritel (Credit: Freepik)

Industri ritel, seperti supermarket atau toko pakaian, umumnya memiliki nilai GPM yang rendah, berkisar antara 20% hingga 40%. Hal ini umumnya disebabkan oleh tingginya persaingan dan rendahnya margin keuntungan per produk. Namun, jika volume penjualannya tinggi, industri ini tetap masih bisa menghasilkan keuntungan yang signifikan.

2. Standar Nilai Gross Profit Margin Industri Teknologi

Kemudian untuk industri teknologi, seperti pengembang perangkat lunak atau produsen elektronik, seringkali memiliki margin yang jauh lebih tinggi, yaitu sekitar 60%-80%. Margin ini tinggi karena dua hal. Pertama, karena tingginya permintaan pasar pada produk baru, apalagi yang inovatif. Kedua, biaya produksi yang relatif rendah setelah tahap pengembangan awal.

3. Standar Nilai Gross Profit Margin Industri Jasa

Lalu untuk industri jasa, seperti konsultan atau layanan digital, GPM-nya cukup variatif, sekitar 50%-70%. Faktor pengaruhnya ada tiga, yakni jenis layanan yang ditawarkan, efisiensi dalam mengelola tenaga kerja, dan biaya operasional. Itu sebabnya industri ini sering kali memiliki biaya tetap yang rendah, sehingga margin yang didapat cenderung stabil. 

Manfaat Mengetahui Nilai Gross Profit Margin

Manfaat Mengetahui Gpm

5 Manfaat bagi Bisnis ketika Mengetahui GPM (Credit: Freepik)

Pada paragraf pembuka tadi, kita sempat sedikit menyinggung terkait manfaat daripada GPM. Yaitu bahwa ketika mengetahuinya, Anda akan tahu sejauh mana biaya produksi dapat memengaruhi profitabilitas Nah, dalam kajian bisnis, manfaatnya tidak hanya itu. Berikut di antaranya: 

1. Mengevaluasi Keuntungan

GPM memberikan gambaran yang jelas presentase keuntungan yang dihasilkan dari penjualan produk atau layanan. Dari situ, manajemen perusahaan dapat menilai apakah mereka sudah mencapai target, atau masih perlu evaluasi pada elemen bisnis yang kurang optimal. 

2. Menilai Kinerja Manajemen

Senada dengan sebelumnya, GPM juga bermanfaat untuk mengukur kinerja manajemen dalam mengelola biaya dan meningkatkan laba kotor. Tentunya dengan cara membandingkan GPM terhadap periode sebelumnya. Dengan begitu, perusahaan dapat mengevaluasi efektivitas strategi manajerial yang diterapkan. 

3. Membandingkan dengan Kompetitor

Selain perbandingan secara internal, GPM juga memungkinkan perusahaan untuk membandingkan kinerja keuangan mereka dengan kompetitor. Upaya ini sekurang-kurangya, bisa menjawab pertanyaan seperti, apakah posisi mereka di pasar, dan apakah mereka perlu meningkatkan efisiensi atau mengubah strategi bisnis.

4. Membantu Pengambilan Keputusan

Informasi dari GPM sangat berguna dalam pengambilan keputusan strategis. Misalnya saja jika margin laba kotor rendah, manajemen dapat mempertimbangkan langkah-langkah seperti, pengurangan biaya produksi, atau penyesuaian harga untuk meningkatkan keuntungan.

5. Membantu Merencanakan Anggaran

Manfaat yang terakhir, yakni sebagai dasar dalam merencanakan anggaran. Data GPM dapat membantu finance atau akuntan, misalnya, untuk memastikan dana dialokasikan dengan bijaksana untuk produksi dan pemasaran. Ini juga membantu dalam menentukan target penjualan yang realistis berdasarkan potensi laba yang diharapkan.

Namun, dalam merencanakan anggaran, para pebisnis atau finance biasanya menghadapi berbagai tantangan, seperti mengintegrasikan data keuangan dari berbagai sumber, atau melakukan analisis keuangan. Kalaupun semua itu bisa dihadapi, biasanya memakan waktu yang cukup lama karena masih dilakukan secara manual. 

Maka, di sinilah aplikasi pembukuan keuangan seperti Beecloud hadir untuk memberikan solusi. Dengan fitur analitik keuangan yang canggih, Beecloud memungkinkan Anda untuk membantu banyak hal, misalnya memantau GPM secara real-time, membuat proyeksi anggaran, atau mengoptimalkan alokasi dana dengan lebih akurat.

Tak hanya itu, Beecloud juga dirancang untuk memudahkan seluruh proses pencatatan hingga pelaporan keuangan, sehingga Anda dapat lebih fokus pada pengembangan bisnis tanpa repot mengurus rincian teknis. Tertarik ingin mencobanya? Silakan klik banner di bawah ini sekarang juga! 

Pakai Beecloud, Susun Anggaran Bulanan Satu Periode Otomatis Sikron Pembukuan

Artikel Terkait

Contoh Studi Kelayakan Bisnis dan Penjelasannya
Contoh Studi Kelayakan Bisnis sebenarnya harus diketahui oleh seluruh pengusaha sebelum membangun sebuah perusahaan. Bisnis ini sebenarnya merupakan salah satu
Baca Juga
Ini Dia! Daftar Pemakai Informasi Akuntansi Keuangan Dalam Dunia Bisnis
Pada dasarnya pemakai informasi akuntansi keuangan digunakan oleh berbagai pihak dengan tujuan yang berbeda. Maka dari itu,  sistem informasi akuntansi
Baca Juga
Cash Flow Adalah: Jenis dan Cara Mudah Membuatnya (Lengkap)
Cash flow adalah pengeluaran jumlah uang keluar dan masuk secara tunai yang dilaporkan pada periode waktu tertentu, yang juga disebut
Baca Juga
Contoh Minutes of Meeting (MoM) dan Cara Membuatnya
Minutes of Meeting (MoM) atau notulen rapat adalah dokumen yang berisi catatan resmi tentang apa yang dibahas dan diputuskan dalam
Baca Juga
Ruang Lingkup Perdagangan antar Negara, Faktor & Contohnya
Istilah perdagangan internasional disebut juga dengan perdagangan antar negara. Adapun pengertian perdagangan antar negara adalah kegiatan transaksi dagang barang atau
Baca Juga
Cara Mudah Bikin Laporan Cash Flow Cukup 5 Menit Saja
Apakah mungkin nih bikin laporan cash flow hanya dengan 5 menit saja? Sangat mungkin dong, tetapi sebelum saya berbagi kepada
Baca Juga

Artikel Populer

Contoh Pasar Oligopoli Potret Pasar Persaingan Tidak Sempurna
Ragam contoh pasar oligopoli yang Anda ketahui bisa menambah wawasan dalam memahami jenis market ini. pasar jenis ini merupakan salah
Baca Juga
Model AIDA: Pengertian, Kelebihan dan Contohnya
Apakah Anda pernah mendengar tentang konsep Marketing AIDA dalam pemasaran? Dengan menggunakan model ini, Anda dapat meningkatkan perhatian, minat, keinginan,
Baca Juga
Berbagai Contoh Proposal Bisnis Lengkap dengan Rinciannya
Proposal bisnis merupakan suatu rencana bisnis yang ditulis dalam bentuk dokumen. Pelaku bisnis perlu membuat proposal bisnis sebelum memulai suatu
Baca Juga
Contoh Matriks SWOT, Pengertian dan Strategi Penerapannya
Matriks SWOT berfungsi sebagai alat atau metode analisa peluang atau ancaman dalam bisnis, dengan analisis ini pebisnis lebih waspada dan
Baca Juga
Apa Itu Brand Positioning? Begini Penjelasan Lengkapnya
Salah satu strategi pemasaran yang efektif adalah melakukan brand positioning. Kegiatan ini berkaitan dengan upaya menempatkan brand, agar memiliki tempat
Baca Juga
Jenis dan Contoh Pelayanan Prima di Berbagai Bidang Usaha
Pelayanan prima atau service excellent merupakan rangkaian tindakan yang diberikan untuk memberikan layanan kepada pelanggan secara maksimal agar mereka mendapat
Baca Juga
Customer Service Bee

148rb+ Pengusaha Sudah Pakai Bee

"Operasional makin lancar, bisnis terkontrol dan mudah discale-up"
Hubungi Tim Bee sekarang untuk konsultasi GRATIS
Logo Bee Web
Software Akuntansi & Kasir No. 2 di Indonesia. Memudahkan Pemilik Bisnis dan Akuntan untuk mengerjakan dan menganalisa keuangan lebih cepat, mudah, dan akurat. Gratis Trial atau Demo Gratis dengan Tim Bee.
Jam Operasional
Senin - Jumat, 09:00 - 16:00 WIB
Sabtu, Minggu dan Tgl Merah LIBUR
Chat via WA
Alamat Kantor
Surabaya: Jl. Klampis Jaya 29J, SurabayaBandung: Aer Space - Jl. Karang Tinggal No.41B, Cipedes, Bandung
Jakarta: Jl. Mampang Prapatan VIII No. 3B, Jakarta Selatan (Sementara Tutup)
Copyright © 2024 Bee.id
magnifiercrossmenu