Istilah Financial Distress mungkin menjadi mimpi buruk bagi para pebisnis. Sebab, financial distress adalah indikator awal kebangkrutan, yang merupakan sebuah kondisi ketika perusahaan mengalami kesulitan dalam keuangan.
Sehingga mereka akan kesulitan dalam memenuhi kewajiban mereka, seperti membayar hutang, cicilan sampai gaji karyawannya sendiri. Jika tidak segera ditangani, kondisi financial distress dapat berdampak buruk pada keuangan seseorang atau perusahaan dan bahkan dapat menyebabkan kebangkrutan.
Simak penjelasan lengkap serta tips menghindarinya pada artikel berikut ini:
Financial distress adalah kondisi di mana seseorang atau perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang serius dan tidak mampu memenuhi kewajiban keuangannya, sebagai indikator awal kebangkrutan.
Kondisi ini dapat terjadi karena berbagai faktor seperti pengeluaran yang berlebihan, pendapatan yang menurun, hutang yang terlalu banyak, atau masalah lainnya yang mempengaruhi kondisi keuangan seseorang atau perusahaan.
Menurut Rangarajan K. Sundaram dan Sanjiv R. Das menurut financial distress terjadi ketika perusahaan menghadapi kesulitan dalam memenuhi kewajiban finansialnya dan terancam gagal membayar utang.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan financial distress antara lain penurunan penjualan, marjinalitas yang rendah, dan peningkatan biaya utang.
Pengertian financial distress dapat bervariasi tergantung pada konteks dan perspektif yang digunakan. Namun, secara umum, financial distress mengacu pada situasi di mana entitas keuangan menghadapi kesulitan yang signifikan dalam memenuhi kewajiban keuangannya dan berisiko mengalami kegagalan finansial yang serius.
Berikut ini adalah beberapa tanda financial distress yang umum ditemui:
Pertama adalah likuiditas yang rendah. Hal ini karena financial distress dapat terjadi ketika perusahaan atau individu mengalami masalah likuiditas yang signifikan.
Ini berarti mereka tidak memiliki cukup aset likuid atau aliran kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban keuangan mereka yang jatuh tempo, seperti pembayaran utang atau biaya operasional.
Baca Juga: Likuiditas Adalah: Pengertian, Jenis dan Cara Menghitungnya
Selanjutnya adalah solvabilitas merujuk pada kemampuan perusahaan atau individu untuk membayar kewajiban mereka dalam jangka panjang. Financial distress terjadi ketika entitas keuangan tidak mampu memenuhi kewajiban keuangannya dengan aset yang dimiliki.
Hal ini dapat terjadi jika kewajiban utang melebihi nilai aset, atau jika perusahaan mengalami kerugian yang berkelanjutan.
Jika perusahaan mengalami penurunan yang signifikan dalam pendapatan atau laba bersih dari waktu ke waktu, ini bisa menjadi tanda financial distress. Penurunan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penurunan penjualan, marjinalitas yang rendah, atau kegagalan strategi bisnis.
Selain penurunan, kondisi tanda terjadinya financial distres adalah kebangkrutan. Kondisi ekstrem dari financial distress di mana perusahaan atau individu tidak lagi mampu membayar utang-utangnya dan menghadapi proses hukum untuk mengatur atau menghentikan aktivitas bisnis mereka.
Kebangkrutan dapat terjadi dalam bentuk-bentuk seperti kebangkrutan likuidasi, restrukturisasi utang, atau penghapusan utang melalui proses hukum.
Selanjutnya, financial distress juga bisa muncul ketika perusahaan gagal memenuhi ketentuan-ketentuan perjanjian utang yang telah disepakati dengan kreditur. Jika perusahaan melanggar perjanjian tersebut, kreditur dapat mengambil tindakan seperti meminta pembayaran segera, menaikkan suku bunga, atau menuntut penyelesaian hutang secara paksa.
Ada beberapa penyebab umum terjadinya financial distress pada perusahaan, antara lain:
Salah satu penyebab utama financial distress adalah manajemen keuangan yang buruk. Ini dapat meliputi keputusan yang tidak tepat dalam pengelolaan arus kas, pembiayaan yang tidak seimbang.
Pengeluaran yang berlebihan, atau kegagalan dalam merencanakan dan mengelola risiko keuangan. Jika perusahaan tidak memiliki manajemen keuangan yang efektif, mereka rentan terhadap financial distress.
Berikutnya tingginya tingkat utang perusahaan dapat menyebabkan financial distress jika perusahaan menghadapi kesulitan dalam membayar bunga dan pokok hutangnya. Banyaknya hutang perusahaan akan menjadi indikator awal kebangkrutan.
Jika perusahaan terlalu bergantung pada utang untuk membiayai operasional atau pertumbuhan, mereka berisiko mengalami financial distress jika pendapatan turun atau biaya utang meningkat.
Ketiga, perubahan ekonomi yang tiba-tiba atau tidak terduga, seperti resesi atau perubahan kebijakan pemerintah yang signifikan, dapat menyebabkan financial distress pada perusahaan.
Perubahan ini dapat mempengaruhi permintaan pasar, biaya produksi, akses ke modal, dan kondisi bisnis secara keseluruhan. Jika perusahaan tidak siap menghadapi perubahan tersebut atau tidak memiliki fleksibilitas finansial yang cukup, mereka dapat mengalami financial distress.
Penting bagi perusahaan untuk memiliki manajemen keuangan yang baik, menjaga keseimbangan antara utang dan modal sendiri, dan memperhatikan lingkungan ekonomi untuk mengidentifikasi risiko potensial yang dapat menyebabkan financial distress.
Selain itu, mengadopsi strategi pengelolaan risiko yang efektif dan melakukan perencanaan keuangan yang baik juga penting untuk mengurangi risiko financial distress.
Berikut ini jenis-jenis dari financial distress:
Salah satu jenis financial distress pertama adalah kegagalan ekonomi (economic failure), yang merujuk pada kegagalan sistem ekonomi secara menyeluruh dalam suatu negara atau kawasan.
Contoh dari jenis financial distress ini adalah inflasi yang tidak terkendali, krisis moneter, menjadi korban bubble economy, dan lain sebagainya.
Berikutnya adalah kegagalan bisnis atau business failure, dimana perusahaan gagal mencapai target-target keuangan yang ditetapkan.
Jenis financial distress ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti masalah pemasaran, produksi, atau bahkan divisi keuangan perusahaan itu sendiri.
Selanjutnya, technical insolvency adalah jenis financial distress yang terjadi ketika perusahaan tidak mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya, seperti hutang dagang, tagihan bulanan, atau gaji karyawan. Idealnya, technical insolvency tidak berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan dapat diselesaikan dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun.
Keempat, ada Bankruptcy insolvency yang merupakan kelanjutan dari technical insolvency. Financial distress ini terjadi ketika perusahaan terus-menerus gagal membayar kewajiban jangka pendeknya dan hal ini juga berdampak pada kegagalan pembayaran kewajiban jangka panjang.
Jenis financial distress terakhir adalah kebangkrutan hukum (legal bankruptcy), di mana perusahaan menghadapi kebangkrutan akibat masalah hukum. Legal bankruptcy dapat terjadi sebagai hasil dari bankruptcy insolvency atau pelanggaran serius lainnya yang dilakukan oleh perusahaan, yang pada akhirnya memaksa bisnis tersebut diajukan pailit melalui proses pengadilan.
Berikut adalah lima cara sederhana yang dapat membantu mencegah financial distress:
Langkah awal untuk mencegah terjadinya financial distress adalah dengan membuatlah anggaran yang terperinci untuk pendapatan dan pengeluaran perusahaan Anda.
Perhatikan pengeluaran yang tidak perlu dan pastikan arus kas perusahaan tetap seimbang. Pantau secara aktif arus kas masuk dan keluar, dan lakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga likuiditas perusahaan.
Cara selanjutnya adalah diversifikasi pendapatan, bergantung pada satu sumber pendapatan dapat meningkatkan risiko financial distress jika terjadi penurunan tiba-tiba dalam sumber tersebut.
Usahakan untuk diversifikasi sumber pendapatan dengan mengeksplorasi pasar baru, mengembangkan produk atau layanan baru, atau memperluas basis pelanggan. Dengan diversifikasi, perusahaan akan lebih tahan terhadap fluktuasi ekonomi.
Selanjutnya penting untuk memiliki cadangan dana darurat yang cukup untuk menghadapi situasi yang tidak terduga, seperti penurunan pendapatan atau biaya tak terduga.
Usahakan menyisihkan sebagian kecil dari pendapatan perusahaan secara berkala untuk membangun dana darurat yang dapat digunakan saat diperlukan. Ini akan memberikan perlindungan finansial dalam menghadapi situasi sulit.
Jaga agar tingkat utang tetap terkendali dan sesuai dengan kemampuan perusahaan untuk membayar. Pertimbangkan struktur utang yang seimbang antara hutang jangka pendek dan jangka panjang.
Lakukan analisis yang cermat sebelum mengambil utang baru dan pastikan pembayaran utang dilakukan tepat waktu. Hindari terjebak dalam siklus utang yang tidak terkelola dengan baik.
Baca Juga: 7 Tips Kelola Hutang Usaha dengan Mudah
Lakukan evaluasi terhadap pengeluaran operasional perusahaan secara berkala. Identifikasi area-area di mana pengeluaran dapat dikurangi atau dioptimalkan tanpa mengorbankan kualitas atau efisiensi.
Upayakan mencari cara untuk mengurangi biaya operasional, seperti negosiasi harga dengan pemasok, penggunaan teknologi yang lebih efisien, atau restrukturisasi proses bisnis.
Untuk mengoptimalkan seluruh proses di atas, mulai dari menyusun anggaran, mengelola arus kas, pengelolaan keuangan hingga manajemen pengeluaran dan pemasukan bisnis bisa dilakukan dengan menggunakan aplikasi pembukuan keuangan online Beecloud, guna menghindari human error atau kesalahan.
Financial distress sendiri bisa terjadi kapan saja, baik terencana maupun tiba-tiba. Oleh sebab itu, perlu melakukan manajemen pengelolaan keuangan yang baik dari awal. Dapatkan gratis trial sebagai pengguna pertama dengan cek banner di bawah ini:
Kesimpulannya, menerapkan praktik-praktik sederhana ini dapat membantu perusahaan mencegah financial distress. Penting untuk memiliki pemahaman yang baik tentang keuangan perusahaan, melakukan pemantauan secara teratur, dan mengambil tindakan proaktif untuk mengelola risiko keuangan, mengingat financial distress menjadi indikator awal kebangkrutan.