Dalam perjalanan membangun bisnis, pasti akan tiba saat di mana Anda mulai berpikir untuk memperluas jangkauan usaha. Salah satu alasannya, Anda merasa bisnis sudah cukup stabil dan siap naik level. Nah, proses memperbesar skala bisnis inilah yang dikenal dengan istilah ekspansi.
Namun, ekspansi bukanlah sekadar soal membuka cabang baru atau menambah lini produk. Di balik langkah besar ini, ada serangkaian strategi yang matang, tahapan yang perlu dilalui dengan cermat, serta resiko yang harus diantisipasi sejak awal.
Jika tidak direncanakan dengan baik, ekspansi justru bisa menjadi bumerang bagi bisnis Anda. Yuk, simak pembahasan lengkapnya pada artikel di bawah ini!
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai proses, cara, perbuatan mengembangkan. Dalam ilmu ekonomi, ekspansi adalah suatu upaya sebuah bisnis untuk memperbesar jaringan usaha, baik dari sisi produksi maupun distribusi.
Prosesnya dapat dilakukan dengan proses akuisisi atau merger perusahaan. Merger sendiri adalah penggabungan dari dua perusahaan atau dua usaha menjadi satu. Sedangkan ekspansi adalah pengambilalihan kepemilikan sebuah perusahaan.
Namun, perusahaan tersebut masih berdiri sendiri, tapi kepemilikannya diambil alih oleh perusahaan yang mengakuisisi. Dengan demikian, ekspansi adalah proses memperluas skala operasi bisnis dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan, memperluas pangsa pasar, atau memperkuat posisi bisnis di industri tertentu.
Ekspansi bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti membuka cabang baru, memperluas jaringan distribusi, menambah produk atau layanan, hingga masuk ke pasar baru, baik secara geografis maupun demografis.
Keutungan dan Resiko Ekspansi Usaha (Credit: bee.id)
Apa saja keuntungan perusahaan melakukan ekspansi usaha? Berikut diantaranya:
Selain menguntungkan, Anda juga bisa mempertimbangkan resiko ekspansi usaha berikut ini, sebelum melakukan pengembangan usaha:
Kenapa sebuah usaha melakukan ekspansi? Berikut beberapa tujuan ekspansi usaha secara umum:
Salah satu tujuan utama ekspansi adalah untuk menjangkau lebih banyak pelanggan dan memperbesar pangsa pasar. Dengan memperluas jangkauan baik secara geografis maupun melalui kanal distribusi baru bisnis Anda memiliki peluang lebih besar untuk menguasai segmen pasar yang sebelumnya belum tergarap.
Dengan cakupan pasar yang lebih luas, otomatis peluang penjualan akan meningkat. Jika dikelola dengan efisien, ekspansi bisa mendorong peningkatan omzet dan laba usaha secara signifikan, tanpa harus menaikkan harga produk atau jasa secara drastis.
Ekspansi juga bisa menjadi strategi untuk mengurangi ketergantungan pada satu pasar atau lini produk saja. Misalnya, jika Anda hanya beroperasi di satu wilayah dan terjadi penurunan daya beli, maka bisnis Anda bisa berdampak besar. Dengan berekspansi ke wilayah lain atau menambah produk baru, risiko tersebut bisa tersebar lebih merata.
Ketika bisnis Anda hadir di lebih banyak tempat baik secara fisik maupun digital. Dengan demikian, nama merek Anda akan lebih dikenal oleh masyarakat luas.
Hal ini bisa memperkuat citra brand dan meningkatkan kepercayaan konsumen, yang ujungnya mendorong loyalitas pelanggan.
Jika bisnis Anda memiliki kapasitas produksi lebih atau tim yang sangat produktif, ekspansi bisa menjadi cara untuk memaksimalkan potensi tersebut. Daripada sumber daya yang ada tidak digunakan secara optimal, lebih baik dimanfaatkan untuk menumbuhkan bisnis ke skala yang lebih besar.
Proses ekspansi bisnis dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah sebagai berikut:
Jenis pengembangan usaha pertama adalah pertumbuhan bisnis internal dan eksternal, bagaimana bentuknya?
Ini adalah bentuk ekspansi yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri. Contohnya seperti membuka cabang baru, menambah kapasitas produksi, memperluas lini produk, atau meningkatkan strategi pemasaran.
Ekspansi ini cenderung lebih lambat, namun lebih stabil karena dilakukan dengan mengandalkan sumber daya internal.
Berbeda dengan internal, pertumbuhan eksternal terjadi melalui kerja sama atau pengambilalihan perusahaan lain. Misalnya dengan melakukan merger, akuisisi, atau bentuk aliansi strategis. Pertumbuhan jenis ini biasanya lebih cepat, namun juga memiliki risiko yang lebih besar.
Selanjutnya ada merger, yakni penggabungan dua perusahaan menjadi satu entitas baru. Tujuannya adalah untuk memperkuat posisi pasar, mengurangi kompetisi, serta menciptakan sinergi operasional.
Merger bisa terjadi antara perusahaan yang sejenis (horizontal), berbeda rantai produksi (vertikal), atau bahkan yang tidak berkaitan sama sekali (konglomerat). Contohnya, merger antara dua bank lokal untuk membentuk bank dengan jaringan yang lebih luas.
BACA JUGA: Merger dan Akuisisi, Apa Pengertian dan Contohnya?
Selanjutnya ada akuisisi, yakni proses di mana satu perusahaan membeli sebagian besar atau seluruh saham perusahaan lain untuk mengambil alih kendali. Tidak seperti merger yang menggabungkan dua perusahaan.
Akuisisi membuat perusahaan yang diakuisisi tetap eksis secara hukum, namun berada di bawah kendali pemilik baru. Proses akuisisi ini bisa dilakukan secara sukarela (friendly acquisition) atau tidak (hostile takeover).
Hostile takeover adalah bentuk akuisisi yang dilakukan tanpa persetujuan dari manajemen perusahaan target. Biasanya terjadi saat perusahaan target menolak tawaran akuisisi, namun perusahaan pengakuisisi tetap berupaya mengambil alih kendali.
Misalnya dengan membeli saham dari pasar terbuka atau menggantikan jajaran direksi. Strategi ini sering dilakukan untuk menguasai perusahaan yang sedang undervalued namun memiliki prospek cerah.
Terakhir ada leveraged buyout atau LBO, yakni proses pembelian suatu perusahaan menggunakan dana pinjaman (utang), di mana aset dari perusahaan yang diakuisisi sering digunakan sebagai jaminan utang tersebut.
Jenis ekspansi ini umum dilakukan oleh investor swasta atau perusahaan ekuitas (private equity) untuk mengambil alih perusahaan yang dinilai memiliki potensi keuntungan besar setelah dilakukan restrukturisasi.
Meskipun berisiko tinggi, LBO bisa sangat menguntungkan jika strategi pemulihan perusahaan pasca-akuisisi berhasil dijalankan.
Ekspansi usaha bukan hanya soal buka cabang atau tambah produk, tapi proses strategis yang terukur. Berikut adalah tahapan-tahapan ekspansi usaha:
Langkah pertama sebelum melakukan ekspansi adalah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kondisi internal usaha Anda. Ibaratnya Anda ingin pergi perjalanan jauh, Anda perlu mengecek kendaraan Anda terlebih dahulu sebelum melakukan perjalanan jauh.
Dalam urusan memperluas usaha, Anda perlu mengkaji kekuatan dan kelemahan bisnis, mulai dari efisiensi operasional, kesehatan cash flow, hingga kesiapan sumber daya manusia (SDM).
Jika ternyata masih banyak PR di dalam, seperti arus kas yang tidak stabil atau tim yang belum solid, maka ekspansi sebaiknya ditunda dulu sampai semuanya lebih siap. Gunakan alat bantu seperti analisis SWOT, laporan keuangan, dan Key Performance Indicators (KPI) untuk membantu proses evaluasi ini secara objektif.
Di tahap ini, penting untuk memiliki data keuangan yang akurat dan mudah diakses kapan saja. Salah satu caranya Anda bisa menggunakan aplikasi pembukuan keuangan Beecloud. Klik banner di bawah untuk mendapatkan akses GRATIS uji coba sekarang juga!
Setelah mengetahui kekuatan internal, langkah selanjutnya adalah menilai peluang pasar. Di tahap ini, Anda perlu benar-benar memahami kondisi eksternal yang akan dihadapi.
Semua pertanyaan ini penting untuk dijawab sebelum mengambil keputusan besar.
Riset ini bisa dilakukan lewat berbagai cara, mulai dari survei pelanggan, analisis Google Trends, hingga pemetaan kompetitor (competitor mapping). Semakin lengkap data yang Anda miliki, semakin kecil pula kemungkinan salah langkah saat ekspansi dilakukan.
Tidak semua bisnis harus ekspansi dengan cara yang sama. Di tahap ini, Anda perlu memilih bentuk ekspansi yang paling sesuai dengan kondisi dan tujuan usaha Anda. Ada beberapa opsi yang umum digunakan antara lain adalah sebagai berikut:
Pilihan strategi harus disesuaikan dengan kekuatan Anda: apakah Anda kuat di SDM, produk, atau sistem operasional? Tujuannya adalah memilih jalur ekspansi yang paling efisien dan minim resiko.
Tahap ini tidak kalah krusial, karena menyangkut sumber daya utama: uang dan hukum. Ekspansi tentu memerlukan dana yang tidak sedikit, baik itu untuk sewa tempat baru, pengadaan stok, merekrut tim baru, hingga biaya promosi.
Karena itu, penting untuk membuat estimasi kebutuhan modal secara rinci. Setelah tahu jumlah yang dibutuhkan, tentukan dari mana dana tersebut akan diperoleh. Apakah dari laba ditahan, mencari investor, atau mengambil pinjaman.
Selain itu, jangan lupakan aspek legal. Pastikan semua dokumen seperti izin usaha, NPWP cabang, kontrak kerja sama, dan lain-lain telah diurus dengan benar agar tidak menghambat jalannya ekspansi.
Semakin besar bisnis Anda, semakin penting sistem yang rapi dan terstandarisasi. Tanpa SOP (Standard Operating Procedures) yang jelas, ekspansi bisa menimbulkan kekacauan operasional.
Misalnya, cabang baru bekerja dengan cara berbeda dari pusat, atau pencatatan stok yang tidak sinkron. Karena itu, sebelum ekspansi, pastikan sistem Anda sudah tertata. Mulai dari SOP produksi, pelayanan pelanggan, hingga sistem akuntansi dan logistik.
Jika memungkinkan, buat juga modul pelatihan dan panduan kerja yang bisa digunakan tim baru agar proses adaptasi lebih cepat dan efisien. Intinya, sistem yang rapi akan membantu bisnis Anda tumbuh tanpa kehilangan kualitas.
Ekspansi yang bijak dilakukan secara bertahap, bukan sekaligus besar-besaran. Di tahap ini, Anda bisa memulai dengan pilot project, seperti membuka satu outlet percobaan atau meluncurkan satu varian produk baru.
Tujuannya adalah untuk menguji strategi yang sudah dirancang sebelumnya. Selama periode ini, Anda perlu memantau performa secara ketat. Apakah omzet sesuai target, bagaimana tanggapan pelanggan, dan apakah operasional berjalan lancar.
Jika hasilnya memuaskan, barulah Anda bisa lanjut ke tahap ekspansi yang lebih luas. Tapi jika belum sesuai harapan, masih ada ruang untuk melakukan evaluasi dan perbaikan tanpa kerugian besar.
Tahapan terakhir adalah melakukan evaluasi dan optimasi dari hasil ekspansi yang telah dijalankan. Anda perlu membandingkan hasil aktual dengan target yang telah ditetapkan, dan mencari tahu apa saja yang berjalan dengan baik serta bagian mana yang masih perlu diperbaiki.
Proses ini bisa melibatkan analisis laporan penjualan, feedback pelanggan, hingga diskusi dengan tim di lapangan. Jangan ragu untuk mengubah strategi jika memang dibutuhkan.
Evaluasi rutin bukan hanya membantu menjaga performa bisnis tetap stabil, tapi juga memberikan insight berharga untuk ekspansi selanjutnya di masa depan.
Berikut adalah beberapa pertanyaan terkait ekspansi usaha:
Perusahaan melakukan ekspansi ke luar negeri biasanya tujuan memperluas pangsa pasar, meningkatkan pendapatan, dan memanfaatkan peluang pertumbuhan di wilayah baru. Beberapa alasan lainnya adalah sebagai berikut:
Waktu yang tepat untuk ekspansi sangat bergantung pada kesiapan internal bisnis dan kondisi pasar. Berikut beberapa indikator Anda sudah siap ekspansi:
Jika Anda mengekspansi terlalu dini, bisa jadi malah membuat bisnis overbudget atau kewalahan dalam operasional.
Tidak ada patokan pasti, karena waktu pertumbuhan bisnis bergantung pada banyak faktor, seperti:
Namun secara umum, banyak bisnis mulai menunjukkan pertumbuhan stabil dalam waktu 2–5 tahun, terutama jika didukung oleh sistem yang kuat, pemasaran yang tepat, dan manajemen keuangan yang sehat.
Beberapa startup bisa scale up dalam waktu lebih singkat, sementara bisnis konvensional bisa memakan waktu lebih lama.