Teknologi telah merasuki hampir setiap aspek kehidupan manusia. Tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Munculnya ekonomi digital, sebuah fenomena yang ditandai dengan pemanfaatan teknologi digital dalam berbagai kegiatan ekonomi.
Fenomena ini merujuk pada aktivitas ekonomi yang didorong oleh teknologi informasi dan komunikasi, yang mencakup berbagai sektor mulai dari perdagangan elektronik, layanan keuangan digital, hingga teknologi pintar dan kecerdasan buatan.
Bagaimana perkembangannya di Indonesia? Apakah ini ekonomi digital menjadi peluang bagi pengusaha atau malah bencana? Temukan jawabannya pada artikel di bawah ini!
Menurut Hartman (2000) dalam Dewi Sartikan Nasution, dkk (2019) ekonomi digital adalah sebuah arena virtual dimana bisnis sebenarnya dilakukan, mulai dari penciptaan nilai dan pertukaran, hingga proses transaksi, yang semua dilakukan dengan menggunakan internet sebagai media pertukaran.
Selain itu, Tapscott (1996) dalam Nila Dwi Apriliia, dkk (2021) juga menjelaskan jika ekonomi digital adalah bentuk dari perubahan sosio politik dalam sistem ekonomi ruang intelijen. Dimana perubahan ini terjadi dalam bentuk digitalisasi pada perekonomian tertentu yang juga merubah transaksi bisnis yang sebelumnya manual menjadi menggunakan internet.
Sedangkan menurut Bukht & Heeks (2017) dalam menjelaskan jika ekonomi digital tidak hanya terbatas pada aktivitas ekonomi yang berasal dari sektor digital saja, melainkan juga aktivitas ekonomi yang didukung oleh keberadaannya, bahkan aktivitas yang muncul dari aktivitas dari eksistensi sektor digital itu sendiri.
Dari sini dapat disimpulkan jika ekonomi digital merupakan bentuk perubahan praktek bisnis yang awalnya dilakukan secara manual menjadi virtual dengan menggunakan internet sebagai media pertukaran. Mulai dari aktivitas menciptakan nilai, pertukaran, proses transaksi hingga hubungan antar pelaku ekonomi.
Baca Juga; Pengertian Pelaku Ekonomi, Jenis, Peran dan Contohnya
Bagaimana perkembangan ekonomi digital di Indonesia? Mengutip dari Buku Putih Strategi Nasional: Pengembangan Ekonomi Digital Indonesia 2030 yang diterbitkan oleh fe.unj.id, Indonesia telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam bidang digital.
Pada tahun 2022, peringkat Indonesia dalam IMD World Digital Competitiveness (WDC) naik ke posisi ke-51, meningkat dari posisi ke-62 pada tahun 2018. Meski demikian, Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara seperti Singapura (peringkat ke-2), Korea Selatan (peringkat ke-8), dan Australia (peringkat ke-14).
Jika dilihat dari 3 core lapisan ekonomi digital, maka perkembangan ekonomi Indonesia adalah sebagai berikut:
Dari sini bisa disimpulkan jika, meskipun Indonesia telah menunjukkan kemajuan dalam era digital, tantangan signifikan masih ada, sehingga masih perlu adaptasi dan inovasi lebih lanjut kedepannya.
Dalam Buku Putih Strategi Nasional: Pengembangan Ekonomi Digital Indonesia 2030, dijelaskan ada 3 lapisan dalam ekonomi digital yani:
Dalam buku Ekonomi Digital (2019) karya Dewi Santika, dkk. Ada 12 karakteristik penting dalam ekonomi digital menurut Tapscott, yakni:
Dalam ekonomi digital, pengetahuan menjadi sumber daya terpenting, menggantikan faktor-faktor klasik seperti tanah, modal, dan tenaga kerja. Kemampuan organisasi untuk mengelola dan memanfaatkan pengetahuan menjadi kunci kesuksesan.
Informasi diubah menjadi format digital, memungkinkan penyimpanan, transmisi, dan pemrosesan yang lebih efisien. Hal ini mendorong munculnya berbagai teknologi baru seperti internet, e-commerce, dan big data.
Aktivitas ekonomi tidak lagi terikat pada lokasi fisik. Perusahaan dapat beroperasi di dunia maya, menjangkau pelanggan global, dan berkolaborasi tanpa batasan geografis.
Organisasi menjadi lebih fleksibel dan adaptif, mampu bertransformasi dan berkolaborasi dengan mudah untuk menghadapi perubahan dinamis di lingkungan bisnis.
Kolaborasi dan kemitraan menjadi kunci kesuksesan. Perusahaan menjalin hubungan dengan berbagai pihak untuk saling melengkapi dan meningkatkan daya saing.
Perantara tradisional seperti agen dan distributor mulai tergantikan oleh platform digital yang menghubungkan konsumen dan produsen secara langsung.
Batasan antara industri teknologi informasi, komunikasi, dan konten semakin kabur. Perusahaan yang sukses mampu menggabungkan ketiga sektor ini untuk menciptakan nilai baru bagi pelanggan.
Kecepatan dan kelincahan dalam berinovasi menjadi kunci untuk bertahan di pasar yang kompetitif dan dinamis. Perusahaan harus terus menerus menciptakan produk, layanan, dan model bisnis baru.
Konsumen tidak hanya membeli produk, tetapi juga terlibat dalam proses produksi dan penciptaan nilai. Contohnya, pengguna media sosial yang menghasilkan konten dan ulasan.
Pelanggan menginginkan akses dan layanan yang cepat dan mudah. Perusahaan harus mampu memberikan respons dan solusi instan untuk memenuhi ekspektasi pelanggan.
Bersifat global, memungkinkan perusahaan untuk beroperasi di seluruh dunia dan menjangkau pasar global.
Membawa perubahan sosial dan budaya yang signifikan, menimbulkan disonansi dan kesenjangan. Perusahaan harus memahami dan merespons dampak sosial dari teknologi digital.
Berikut beberapa contoh ekonomi digital:
E-commerce adalah kegiatan jual beli produk dan jasa melalui platform online, seperti website, aplikasi mobile, dan marketplace. Contohnya, Tokopedia, Shopee, Lazada, dan lainnya.
Julian Ding mendefinisikannya sebagai transaksi dagang antara penjual dan pembeli yang dilakukan melalui media elektronik, di mana para pihak tidak hadir secara fisik dan transaksi terjadi di internet atau world wide web.
Berikutnya adalah fintech atau financial technologi, yakni penggunaan teknologi untuk memberikan solusi keuangan yang lebih efisien. Menurut World Bank (2016), Fintech mencakup perusahaan yang menggunakan teknologi untuk membuat sistem keuangan dan penyampaian layanan keuangan lebih efisien.
Contohnya untuk pembayaran digital ada GoPay, Ovo, Dana dan lainya, kemudian untuk transfer uang ada M-Banking, E-Wallet dan sebagainya.
Ketiga ada Healthtech yakni teknologi digital yang digunakan untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan. Seperti telemedicine (konsultasi dokter lewat v-call), pemesanan obat, rekam medis elektronik dan lainnya.
Contoh perusahaan healthtech di Indonesia ada Alodokter, Halodoc, GrabHealth dan lainnya.
Kemudian ada E-Money atau uang elektronik, adalah uang yang difungsikan sebagai alat pembayaran pengganti uang tunai. E-money dapat berupa media penyimpan nilai atau produk prabayar.
Di mana dana konsumen disimpan dalam perangkat elektronik yang dimilikinya. Nilai atau dana tersebut akan berkurang saat digunakan untuk melakukan pembelian barang atau pembayaran jasa.
Contohnya OVO, Dana, LinkAJa, GoPay, E-Toll dan lain sebagainya.
Berikutnya ada media digital/broadcast yakni media yang menggunakan teknologi digital untuk mendistribusikan konten, seperti berita, informasi, hiburan, dan edukasi. Contohnya, ada Netiflix, media online seperti detik.com, kompas.com dan lainnya.
Mari kita bahas sedikit melenceng dari pembahasan sebelumnya, dimana beberapa orang bingung membedakan ekonomi kreatif dan digital.
Padahal dua jenis ekonomi ini adalah dua hal yang berbeda, baik dari pengertiannya. Berikut perbedaanya!
Secara pengertian ekonomi kreatif adalah kegiatan ekonomi yang berbasis pada ide, kreativitas, pengetahuan, dan keahlian yang menghasilkan produk dan layanan yang memiliki nilai tambah dan daya saing tinggi.
Dimana dari segi kegiatannya ekonomi kreatif lebih fokus pada kreativitas dan inovasi dalam menghasilkan produk dan layanan. Contohnya industri fesyen, desain, film, musik, kuliner, kriya, aplikasi, dan game.
Baca Juga: Konsep Ekonomi Kreatif dan Perannya Bagi Bisnis UMKM
Sedangkan ekonomi digital adalah kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi digital untuk menciptakan nilai tambah dan peluang baru dalam berbagai sektor.
Pada kegiatannya, sistem digital lebih fokus pada pemanfaatan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan akses ke pasar. Contohnya, e-commerce, fintech, media online, transportasi online, dan pariwisata online.
Meskipun berbeda, ekonomi kreatif dan ekonomi digital bukanlah dua hal yang saling bertentangan, tetapi saling melengkapi. Ekonomi kreatif membutuhkan teknologi digital untuk berkembang, dan ekonomi digital membutuhkan konten kreatif untuk menarik konsumen.
Berikut beberapa kelebihan dari ekonomi digital:
Meskipun memiliki banyak kelebihan dan peluang, pelaku usaha wajib tahu apa saja tantangan didalamnya, agar bisa beradaptasi dan berpartisipasi.
Berikut beberapa tantangan umum bisnis di era ekonomi digital:
Lantas cara mempertahankan dan mengembangkan bisnis di era digital ini? Berikut diantaranya:
Cara pertama adalah beradaptasi dengan mulai melibatkan teknologi dalam proses bisnis, dengan teknologi juga bisnis Anda akan tetap kompetitif dan tentunya adaptif dengan perubahan.
Contohnya menggunakan aplikasi pembukuan online shop Beecloud, untuk Anda pebisnis yang berjualan di Shopee dan Tokopedia. Sudah terintegrasi bantu rekap penjualan dalam hitungan menit.
Selain itu, Beecloud juga memiliki banyak fitur lainnya yang siap membantu proses pembukuan usaha sampai laporan akuntansi. Mulai dari pencatatan transaksi penjualan yang, kontrol stok, dan masih banyak lagi.
Dengan sistem pembukuan otomatis, Anda bisa lebih fokus untuk scale up bisnis. Sehingga bisnis bisa terus berkembang dan kompetitif di tengah sengitnya persaingan pasar.
Tertarik ingin mencoba? Klik banner di atas 👆 dan dapatkan gratis uji coba sekarang juga!
Mengembangkan usaha di era digital mengharuskan Anda untuk eksis di platform online seperti mesin pencari, sosial media dan lainnya. Bagaimana caranya agar online presence bisnis optimal?
Untuk bisa eksis di platform online ini, Anda bisa membuka website yang responsif dan media sosial yang aktif buat konten yang menarik dan informatif, manfaatkan juga media sosial untuk berkomunikasi langsung dengan pelanggan.
Berikutnya adalah memanfaatkan digital marketing, jika online presence Anda juga maksimal maka proses pemanfaatan digital marketing Anda akan jauh lebih mudah. Karena apa? Karena audience sudah mulai mengenal siapa dan apa brand apa dengan baik.
Meskipun demikian, jangkauan audience tidak akan seluas jika Anda menggunakan digital marketing seperti iklan dengan Google Ads dan Facebook, email marketing dan sejenisnya.
Anda juga perlu memastikan keamanan data pelanggan dan kepatuhan terhadap regulasi privasi data seperti GDPR atau UU ITE di Indonesia sangat penting. Investasi dalam sistem keamanan informasi yang aman dan kebijakan privasi yang transparan dapat membangun kepercayaan pelanggan.
Jangkauan ekonomi digital jauh lebih luas dari pada sistem ekonomi konvensional, dimana sistem digital tidak memiliki batasan waktu dan wilayah. Semua orang bisa mengaksesnya kapan saja dan dimana saja.
Oleh sebab itu, persaingan juga akan semakin ketat, customer semakin diberikan banyak pilihan. Sehingga, Anda perlu berinovasi agar produk Anda bisa menjadi pilihan dari sekian banyak pilihan customer.
Nah, itu dia beberapa tips dan informasi mengenai ekonomi digital, semoga bermanfaat!