Istilah deplesi merujuk pada pengurangan nilai dari sumber daya alam yang dieksploitasi oleh suatu entitas bisnis, seperti perusahaan pertambangan atau minyak dan gas. Konsep ini serupa dengan depresiasi, namun berbeda dalam objek yang dikenakan.
Jika depresiasi digunakan untuk aset tetap seperti bangunan dan peralatan, deplesi lebih fokus pada sumber daya alam yang secara bertahap habis seiring dengan penggunaannya.
Mari kita pelajari lebih dalam perbedaannya, pengertian, faktor, hingga cara menghitungnya secara lengkap pada artikel berikut ini!
Menurut Kieso dan Weygandt (2002) dalam Meta Ardiana dan Rachma Agustina (2022), deplesi dalam akuntansi diartikan sebagai penyusutan yang digunakan untuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui.
Deplesi juga merupakan salah satu istilah ekonomi geografi yang digunakan untuk menggambarkan penyusutan pada sumber daya yang tidak dapat diperbarui dalam dunia pertambangan.
Selain itu, istilah ini juga kadang digunakan dalam ilmu biologi sebagai pengganti dari istilah penyusutan yang menggambarkan berkurangnya jumlah senyawa organik yang ada dalam sel.
Dapat disimpulkan jika deplesi adalah istilah penyusutan untuk sumber daya alam, baik sumber daya alam yang dapat diperbarui atau tidak dapat diperbarui.
Berikut beberapa tujuan perhitungan deplesi dalam akuntansi bisnis:
Dalam dunia akuntansi, kita mengenal tiga istilah yang berkaitan dengan penyusutan nilai aset, yaitu depresiasi, deplesi, dan amortisasi.
Meskipun memiliki kesamaan dalam konsep penyusutan, kedua istilah ini memiliki perbedaan mendasar dalam hal objek dan tujuannya. Berikut penjelasannya:
Baca Juga: Apa itu Amortisasi? Perhatikan Perbedaannya dengan Depresiasi
Dalam menghitung deplesi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi basis perhitungannya, berikut diantaranya:
Pertama ada faktor pengembangan, mencakup biaya yang dikeluarkan untuk mempersiapkan dan mengembangkan sumber daya alam agar siap dieksploitasi. Biaya pengembangan terbagi menjadi dua kategori:
Berikutnya faktor akuisisi, yakni mencakup biaya yang dikeluarkan untuk menyewa atau membeli tanah serta mendapatkan hak kepemilikan sumber daya alam.
Biaya ini sangat dipengaruhi oleh luas tanah dan nilai kandungan sumber daya alam di dalamnya. Umumnya, biaya akuisisi dicatat sebagai aset dan kemudian diubah menjadi biaya eksplorasi.
Jika hasil eksplorasi tidak sesuai harapan, biaya ini dapat berubah menjadi kerugian.
Kemudian dari faktor eksplorasi, yakni proses penggalian di tanah yang telah disewa atau dibeli. Biaya eksplorasi dapat dikelompokkan menjadi dua pendekatan, yakni:
Faktor terakhir adalah restorasi, yakni seluruh biaya yang dikeluarkan untuk mengembalikan kondisi tanah setelah ekstraksi selesai. Proses ini bertujuan untuk mengembalikan tanah ke keadaan semula.
Seperti penutupan lubang terowongan atau pengembalian tanah kepada pemiliknya. Biaya restorasi ini juga harus diperhitungkan dalam menentukan basis penyusutan.
Mengutip dari e-book 'Modul Ajar Akuntansi Keuangan dan Keuangan Lembaga (2022) karya Harsono, dkk. Untuk menghitung biaya deplesi Anda bisa menggunakan rumus berikut:
Beban Deplesi Per Tahun = (Total Harga Perolehan - Nilai Residu)/ Tafsiran Jumlah Satuan Hasil
Biaya Deplesi = Biaya Deplesi Persatuan x Jumlah satuan Ditambang Jual
Berikut beberapa tahapan dalam menghitung penyusutan sumber daya alam:
Sebelum memulai perhitungan penyusutan, langkah pertama yang perlu Anda lakukan adalah mengidentifikasi data yang diperlukan, seperti:
Selanjutnya, hitung beban penyusutan per tahun dengan rumus:
Beban Deplesi Per Tahun = (Total Harga Perolehan - Nilai Residu)/ Tafsiran Jumlah Satuan Hasil
Rumus ini menunjukkan total biaya yang dialokasikan untuk penyusutan aset sumber daya alam selama masa manfaatnya. Beban Deplesi Per Tahun akan menjadi dasar untuk menghitung biaya penyusutan pada periode-periode selanjutnya.
Terakhir adalah menghitung biaya deplesi, dalam hal ini Anda bisa menggunakan rumus:
Biaya Deplesi = Biaya Deplesi Persatuan x Jumlah satuan Ditambang Jual
Dengan demikian, Anda akan tahu berapa biaya yang Anda aplikasikan pada beban penyusutan per tahun ke periode akuntansi berdasarkan jumlah unit sumber daya alam yang diekstraksi dan dijual pada periode tersebut.
Baca Juga: 3 Metode Penyusutan, Contoh dan Cara Menghitungnya
Berikut beberapa contoh soal deplesi dan jawabannya:
Misalkan PT. Sumber Daya Alam membeli sebidang tanah untuk penambangan batubara dengan total harga perolehan Rp 100.000.000.000. Nilai residu tanah ditaksir Rp 10.000.000.000, dan tafsiran jumlah satuan hasil batubara adalah 100.000.000 ton. Pada tahun pertama, PT. Sumber Daya Alam menambang dan menjual 10.000.000 ton batubara.
Beban Deplesi Pertahun = (Rp 100.000.000.000 - Rp 10.000.000.000) / 100.000.000 ton = Rp 90.000.000.000 / 100.000.000 ton = Rp 900 per ton
Biaya Deplesi = Biaya Deplesi Persatuan x Jumlah satuan Ditambang Jual = Rp 900 per ton x 10.000.000 ton = Rp 9.000.000.000
Maka dapat disimpulkan jika, pada tahun pertama, PT. Sumber Daya Alam mencatat beban penyusutan sebesar Rp 9.000.000.000. Hal ini berarti nilai aset tanahnya telah berkurang sebesar Rp 9.000.000.000 karena batubara yang diekstraksi dan dijual
PT Sukses Selalu baru saja berinvestasi kepada tambang minyak mentah sebesar Rp100.000.000, yang diperkirakan akan memproduksi 10.000.000 Ton tanpa adanya nilai sisa. Pada tahun pertama PT Sukses Selalu telah menambah 1.000.000 Ton minyak mentah, berapa beban penyusutannya:
Beban Deplesi = ((Harga Perolehan - Nilai Sisa) / Taksiran Total Hasil) x Jumlah Hasil yang Diperoleh = ((Rp100.000.000 - Rp0) / 10.000.000) x 1.000.000.000 = 10.000.0000
Untuk mencatat beban penyusutan ke jurnal, dilakukan dengan mendapatkan beban deplesi dan mengkreditkan akumulasi deplesi. Maka jurnal deplesi dicatat dengan:
Dapat disimpulkan jika, deplesi adalah penyusutan nilai aset sumber daya alam seperti minyak bumi, batubara, dan mineral.
Berbeda dengan depresiasi pada aset tetap berwujud, penyusutan sumber daya alam ini mencerminkan berkurangnya nilai aset sumber daya alam seiring dengan proses eksploitasi.
Perhitungan penyusutan melibatkan beberapa faktor seperti total harga perolehan, nilai residu, tafsiran jumlah satuan hasil, dan jumlah satuan ditambang jual.