Barang inferior adalah jenis produk atau barang yang mengalami penurunan permintaan ketika pendapatan konsumen meningkat. Dalam konteks ekonomi, barang ini memiliki elastisitas permintaan negatif terhadap perubahan pendapatan.
Artinya, ketika pendapatan individu naik, permintaan terhadap produk inferior cenderung menurun. Fenomena ini dapat terjadi karena konsumen beralih ke barang yang dianggap lebih baik atau lebih berkualitas saat mereka mampu membelinya.
Apa saja ciri, contoh dan jenisnya? Dan apa pengaruhnya bagi pelaku usaha?
Menurut Sukirno (1994) barang inferior adalah barang uang banyak diminta oleh kalangan masyarakat yang memiliki pendapatan dibawah rata-rata dan jika pendapatan bertambah maka permintaan barang ini akan berkurang.
Hal ini terjadi karena barang ini memiliki kualitas minimal yang sering kali sebagai pilihan alternatif konsumen yang tidak mampu membeli barang yang sama dengan harga yang lebih tinggi. Sehingga, ketika pendapatan mereka bertambah maka mereka akan mengganti barang yang lebih berkualitas dibandingkan dengan produk inferior.
Fakta menarik lainnya adalah jenis barang yang berbeda di setiap negara, contohnya barang A termasuk sebagai produk inferior di negara B, namun belum tentu di negara C. Hal ini disebabkan oleh elastisitas pendapatan.
Elastisitas pendapatan ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Elastisitas pendapatan = Perubahan kualitas permintaan (%)/ Perubahan pendapatan (%).
Jika hasil dari elastibilitas pendapatan ini negatif atau <0 maka barang tersebut termasuk produk inferior dan sebaliknya.
Berikut beberapa perbedaan barang inferior dan barang normal:
Hal pertama yang membedakan antara barang inferior dan barang normal adalah dari hasil perhitungan elastisitas pendapatan. Dimana hasil perhitungan elastisitas produk inferior akan menghasilkan nilai negatif atau kurang dari 0 (IE<0). Sebaliknya hasil perhitungan elastisitas pendapatan bernilai positif atau lebih dari 0 (IE> 0) maka termasuk dalam kategori barang normal.
Berikutnya dari perilaku permintaan, jika permintaan menurun ketika pendapatan meningkat maka disebut dengan produk inferior. Sebaliknya, jika permintaan barang meningkat ketika terjadi kenaikan pendapatan maka disebut dengan barang normal.
Selanjutnya dari segi kategori dan prioritas, produk inferior mungkin termasuk dalam kategori yang kurang diinginkan atau memiliki prioritas lebih rendah, terutama ketika konsumen dapat membeli barang yang dianggap lebih baik.
Sedangkan barang normal umumnya masuk dalam kategori yang lebih diinginkan atau memiliki prioritas yang tinggi, karena permintaan terhadapnya cenderung naik seiring dengan peningkatan pendapatan konsumen. Dimana pendapatan ini juga akan mempengaruhi perilaku mereka.
Baca Juga: Perilaku Konsumen, Definisi, Teori, Faktor, Hingga Contohnya
Untuk lebih memudahkan Anda dalam membedakan mana produk inferior dan mana jenis barang lainnya. Berikut beberapa karakteristik umum produk inferior:
Berikut beberapa contoh barang inferior yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari:
Makanan instan dengan harga murah sering dianggap sebagai produk inferior. Selain harganya terjangkau, produk ini mungkin memiliki nilai gizi yang rendah atau kualitas bahan yang kurang baik.
Ketika pendapatan konsumen naik, mereka mungkin cenderung beralih ke makanan yang lebih sehat dan berkualitas, sehingga makanan instan murah dianggap sebagai produk inferior.
Contoh lainnya adalah kendaraan bekas, terutama yang telah banyak digunakan dan memiliki riwayat pemakaian yang panjang, sering dianggap sebagai produk inferior.
Meskipun harganya lebih terjangkau dibandingkan kendaraan baru, kendaraan bekas mungkin memiliki risiko perawatan yang lebih tinggi dan performa yang kurang handal.
Seiring dengan peningkatan pendapatan, konsumen mungkin lebih memilih untuk membeli kendaraan baru yang lebih dapat diandalkan.
Kemudian ada barang imitasi atau tiruan seperti tas, sepatu, atau pakaian dengan merek palsu, cenderung dianggap sebagai produk inferior.
Meskipun harganya lebih rendah daripada barang asli, kualitasnya sering kali tidak sebaik yang dihasilkan oleh merek resmi. Saat pendapatan konsumen meningkat, mereka mungkin lebih memilih untuk berinvestasi dalam barang-barang asli dengan kualitas yang lebih baik.
Dalam beberapa kasus, transportasi umum dengan fasilitas yang terbatas atau tidak nyaman dapat dianggap sebagai produk inferior.
Kendaraan umum dengan kenyamanan rendah dan jadwal yang tidak dapat diandalkan mungkin kurang diminati ketika konsumen memiliki pendapatan lebih tinggi, dan mereka cenderung mencari alternatif transportasi yang lebih baik.
Produk dengan kualitas rendah, seperti elektronik atau pakaian dengan material yang kurang baik, dapat dianggap sebagai barang inferior.
Biasanya, kualitas yang kurang dapat mengurangi daya tarik konsumen. Seiring dengan peningkatan pendapatan, konsumen mungkin memilih untuk berinvestasi dalam produk dengan kualitas yang lebih baik dan lebih tahan lama.
Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, jika harga memiliki pengaruh besar terhadap permintaan termasuk pada produk inferior.
Dalam hal ini ada 4 pengaruh penurunan harga terhadap produk, yakni efek substitusi, pendapatan, harga barang normal dan harga pada barang inferior. Berikut penjelasangkapnya:
Efek substitusi mencerminkan dinamika perubahan harga dan permintaan antara dua barang yang bersifat saling terkait. Saat harga suatu barang naik, konsumen cenderung mengalami penurunan permintaan terhadap barang tersebut dan beralih ke produk alternatif yang dianggap lebih terjangkau.
Sebaliknya, jika harga turun, permintaan akan meningkat, dan konsumen mungkin kembali memilih barang yang sebelumnya dianggap sebagai substitusi. Asumsi dasar dalam efek substitusi adalah bahwa harga barang pengganti tetap stabil, sehingga perubahan harga pada barang lainnya tidak mempengaruhi perhitungan efek substitusi.
Kemudian efek pendapatan, mencerminkan dampak perubahan harga suatu produk terhadap pendapatan riil konsumen. Penurunan harga menyebabkan peningkatan pendapatan riil, yang memungkinkan konsumen untuk membeli lebih banyak barang dengan nominal uang yang sama.
Dan sebaliknya, kenaikan harga menyebabkan penurunan pendapatan riil, yang mengakibatkan konsumen dapat membeli lebih sedikit barang. Efek pendapatan menjadi krusial dalam mengukur daya beli konsumen dan bagaimana perubahan harga dapat mempengaruhi keputusan pembelian mereka.
Baca Juga: 8 Cara Menentukan Harga Jual Produk Anda
Barang normal memiliki hubungan yang positif dengan pendapatan, yang berarti peningkatan pendapatan konsumen akan meningkatkan permintaan terhadap barang normal. Ketika harga barang normal turun, pendapatan riil konsumen meningkat.
Terakhir, dapat mendorong peningkatan permintaan terhadap barang normal tersebut. Dengan kata lain, harga yang lebih rendah memberikan dorongan positif terhadap daya beli konsumen, yang pada gilirannya meningkatkan permintaan barang normal.
Selanjutnya, Barang inferior mengalami efek pendapatan dan substitusi yang berlawanan arah. Penurunan harga produk inferior dapat meningkatkan pendapatan riil konsumen, namun efek substitusi yang negatif dapat mengurangi permintaan karena konsumen mencari alternatif yang lebih baik.
Meskipun penurunan harga dapat meningkatkan kuantitas permintaan produk inferior, efek pendapatan yang negatif dapat mengimbangi sebagian efek substitusi positif. Akibatnya, peningkatan permintaan relatif lebih kecil dibandingkan dengan produk normal, membuat efek harga menjadi kompleks dalam dinamika pasar.