Conflict of interest adalah situasi dimana seseorang lebih mengedepankan kepentingan pribadi atau ego dibandingkan dengan kode etik yang berlaku. Situasi ini sangat memungkinkan muncul dalam dunia kerja, bahkan pendidikan hingga politik.
Konflik kepentingan terjadi ketika individu atau lembaga memiliki kepentingan pribadi yang dapat mempengaruhi objektivitas atau keputusan yang harus mereka buat dalam kapasitas profesional mereka.
Hal ini dapat mengakibatkan ketidaksetaraan, penyalahgunaan kekuasaan, dan hilangnya kepercayaan masyarakat. Dalam artikel ini kita akan membahas lebih lanjut dari pengertian, penyebab, contoh dan cara mengatasinya.
Konflik kepentingan atau conflict of interest adalah situasi di mana individu atau entitas memiliki kepentingan pribadi yang dapat mempengaruhi atau merusak objektivitas dan integritas dalam pengambilan keputusan atau pelaksanaan tugas mereka dalam suatu konteks profesional atau organisasional.
Kemudian menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Pasal 43 tentang Administrasi Pemerintah, bahwa conflict of interest terjadi dalam menetapkan keputusan biasanya dilatarbelakangi oleh: kepentingan pribadi/ bisnis, hubungan kerabat dan keluarga, hubungan dengan wakil yang terlibat.
Lalu, hubungan dengan pihak yang bekerja dan mendapat gaji dari pihak yang terlibat, hubungan dengan pihak yang memberikan rekomendasi terhadap pihak yang terlibat dan hubungan dengan pihak-pihak lain yang dilarang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.
Jika hal ini terus terjadi dalam dalam bisnis maka dapat merusak reputasi perusahaan, mempengaruhi kepercayaan pelanggan, dan dalam beberapa kasus, bahkan melanggar hukum atau peraturan.
Oleh karena itu, perusahaan sering memiliki kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk mengidentifikasi, mengungkapkan, dan mengelola konflik kepentingan agar tidak merugikan perusahaan dan stakeholder lainnya.
Menurut Kementrian Keuangan Indonesia (Kemenkeu), conflict of interest bisa terjadi karena didasari oleh beberapa hal berikut:
Penyebab pertama adalah adanya gratifikasi atau istilah umumnya adalah suap, konflik kepentingan ini dapat timbul ketika individu atau pejabat dalam suatu organisasi menerima hadiah, imbalan, atau gratifikasi dari pihak eksternal.
Dimana dengan adanya gratifikasi maka langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan mereka dalam kapasitas profesional. Gratifikasi ini bisa berupa uang, barang, atau layanan yang diberikan sebagai insentif atau pengaruh yang tidak sah.
Kedua adalah adanya kendala pada sistem perusahaan, umumnya kendala ini terjadi karena tidak transparan atau kurangnya prosedur pengawasan yang efektif dapat menciptakan situasi di mana konflik kepentingan sulit terdeteksi atau diatasi. Kurangnya transparansi bisa memungkinkan individu untuk memanfaatkan posisi mereka tanpa terungkap.
Mungkin sebagian besar perusahaan menganggap rangkap jabatan bisa menjadi salah satu cara dalam meningkatkan efisiensi pengeluaran karena dapat menghemat pengeluaran dalam hal gaji. Namun, siapa sangka rangkap jabatan bisa menjadikan potensi terjadinya konflik berkepentingan.
Rangkap jabatan sendiri terjadi ketika seseorang menduduki beberapa posisi atau peran dalam organisasi yang berbeda, dan kepentingan dari satu posisi dapat bertentangan dengan yang lain. Ini dapat mengaburkan garis antara kepentingan pribadi dan profesional.
Keempat ada nepotisme, kegiatan ini akan merugikan dimana saja tempat dia dipraktekkan baik di bidang bisnis, pendidikan hingga pemerintahan. Pengertian dari nepotisme sendiri adalah memberikan perlakuan khusus atau peluang kepada anggota keluarga atau teman-teman dekat mereka dalam konteks pekerjaan atau bisnis. Ini dapat merugikan organisasi karena keputusan yang diambil tidak selalu berdasarkan kemampuan atau kualifikasi, melainkan hubungan personal.
Terakhir adalah penyalahgunaan kekuasaan, yang mana konflik kepentingan dapat muncul jika individu yang memiliki wewenang dalam suatu organisasi atau institusi menggunakan kekuasaan mereka untuk keuntungan pribadi atau kelompok tertentu. Penyalahgunaan kekuasaan seperti ini dapat merugikan organisasi dan masyarakat secara keseluruhan.
Mengenali dan mengatasi konflik kepentingan adalah penting untuk memastikan bahwa keputusan dan tindakan yang diambil dalam lingkungan bisnis atau pemerintahan bersifat adil, objektif, dan sesuai dengan prinsip-prinsip etika dan tata kelola yang baik.
Baca Juga: Prinsip Etika Bisnis untuk Kesuksesan Bisnis Berkelanjutan
Berikut adalah beberapa contoh konkret dari situasi konflik kepentingan dalam berbagai konteks:
Contoh yang pertama terjadi dalam bidang kesehatan, dimana seorang dokter yang menerima imbalan besar dari perusahaan farmasi untuk mempromosikan produk mereka kepada pasien atau rekan dokter dapat mengalami konflik kepentingan.
Dokter tersebut mungkin akan lebih cenderung meresepkan obat dari perusahaan farmasi yang memberikan imbalan besar, bahkan jika obat tersebut mungkin tidak sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pasien.
Contoh kedua ini bisa saja terjadi dalam perusahaan kecil yang dimiliki dan dijalankan oleh seorang direktur tunggal, konflik kepentingan dapat muncul ketika direktur tersebut menetapkan gaji mereka sendiri tanpa pengawasan atau peninjauan yang objektif. Hal ini dapat menghasilkan gaji yang tidak sebanding dengan kontribusi yang sebenarnya terhadap perusahaan.
Situasi ini digambarkan terjadi ketika seorang pegawai yang memiliki akses ke informasi rahasia atau rahasia dagang perusahaan. Kemudian menggunakan informasi tersebut untuk keuntungan pribadi, seperti berinvestasi di pasar saham, dapat menghadapi konflik kepentingan dan melanggar hukum insider trading.
Contoh-contoh ini menunjukkan beragam situasi di mana konflik kepentingan dapat timbul, mengancam integritas dan objektivitas individu atau organisasi yang terlibat. Mengelola konflik kepentingan dan memastikan bahwa keputusan diambil berdasarkan pertimbangan yang adil dan objektif adalah kunci dalam mencegah dampak negatif dari konflik kepentingan.
Berikut langkah-langkah dalam mengatasi conflict of interest:
Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam mengatasi conflict of interest adalah bersikap profesional dalam bekerja. Dengan mengutamakan kepentingan publik daripada keuntungan pribadi, khususnya bagi yang memiliki kuasa dan wewenang dalam perusahaan.
Individu dalam organisasi harus memahami bahwa keputusan dan tindakan mereka harus diarahkan untuk menguntungkan organisasi dan masyarakat secara keseluruhan, bukan untuk keuntungan pribadi
Cara mengatasi conflict of interest yang tak kalah penting lainnya adalah transparansi pekerjaan. Organisasi harus mendorong transparansi dalam pekerjaan dan pengambilan keputusan. Ini termasuk mengungkapkan potensi konflik kepentingan kepada pihak yang berwenang.
Baik dalam bentuk laporan tertulis maupun dalam pertemuan internal. Transparansi memungkinkan pihak lain untuk menilai apakah konflik kepentingan mungkin mempengaruhi objektivitas keputusan.
Selanjutnya adalah memahami bagaimana kebijakan perusahaan yang berlaku, dengan pemahaman yang baik tentang kebijakan internal yang berkaitan dengan konflik kepentingan maka individu yang berkaitan lebih tahu apa yang dikerjaan dan tanggung jawabnya.
Ini termasuk aturan tentang penerimaan hadiah, hubungan dengan pemasok, dan pengungkapan kepentingan pribadi. Memahami kebijakan perusahaan adalah langkah awal dalam mencegah dan mengatasi konflik kepentingan.
Setiap organisasi wajib memiliki kode etik atau kode perilaku yang jelas yang memberikan panduan tentang bagaimana anggota organisasi harus bersikap dalam situasi yang melibatkan konflik kepentingan. Kode etik ini harus menekankan pentingnya integritas, kejujuran, dan kepentingan organisasi di atas segalanya.
Terakhir, ketika konflik kepentingan muncul, organisasi harus memiliki prosedur untuk mengatasi situasi tersebut. Ini bisa mencakup pengunduran diri dari peran tertentu, pemindahan tanggung jawab, atau pengambilan keputusan lain untuk menghilangkan atau mengurangi konflik kepentingan.
Pengelolaan konflik kepentingan juga bisa melibatkan pengawasan eksternal atau komite khusus yang bertanggung jawab untuk menilai dan menangani konflik tersebut. Cara ini bersifat proaktif dan dapat membantu organisasi menghindari konflik kepentingan dengan menjaga integritas dan reputasi organisasi.
Baca Juga: Tips Manajemen Konflik, Atasi Masalah di Tempat Kerja
Dalam era bisnis yang semakin kompleks dan kompetitif, mengelola conflict of interest dengan baik menjadi semakin krusial. Konflik kepentingan dapat merusak reputasi perusahaan, mempengaruhi kepercayaan pemegang saham dan pelanggan, serta berdampak negatif pada kinerja dan profitabilitas.
Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk mengambil langkah-langkah konkret dalam mengidentifikasi, mengungkapkan, dan mengatasi konflik kepentingan. Salah satu solusi yang dapat mendukung transparansi dan integritas dalam manajemen bisnis adalah menggunakan software akuntansi online Beecloud.
Beecloud tidak hanya menyediakan alat yang kuat untuk mengelola aspek keuangan bisnis Anda, tetapi juga membantu mengurangi potensi konflik kepentingan. Dengan sistem yang terpadu, Beecloud memungkinkan pemantauan yang ketat terhadap transaksi dan keuangan, meminimalkan peluang manipulasi atau penyalahgunaan.
Selain itu, laporan keuangan yang mudah diakses dan dianalisis secara real-time membantu dalam mengungkapkan potensi konflik kepentingan dengan cepat, memungkinkan tindakan korektif yang segera diambil. Yuk langganan sekarang dan dapatkan akses GRATIS trial khusus pengguna pertama dengan klik banner di bawah ini!