Rasio likuiditas adalah ukuran yang digunakan untuk menilai kemampuan sebuah perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya menggunakan aset lancar yang dimiliki. Bagaimana cara menghitung rasio likuiditas ini? Simak penjelasan lengkapnya pada artikel berikut ini.
Dimana, dengan memahami cara menghitung rasio likuiditas, pelaku usaha, investor, maupun pihak manajemen dapat menilai stabilitas keuangan, rasio likuiditas juga menjadi alat strategis untuk merencanakan langkah keuangan di masa depan.
Dengan memberikan gambaran sejauh mana perusahaan dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aset yang dimiliki.
Seperti yang sudah dijelaskan pada paragraf pembuka, rasio likuiditas adalah indikator yang menilai bagaimana kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aset yang dimiliki.
Menurut Brigham & Houston (2022) dalam Malik (2015), rasio likuiditas ini menunjukkan hubungan antara kas dan aktiva lancar lainnya dari sebuah bisnis dengan kewajiban lancarnya. oleh karena itu, perhitungan rasio ini juga digunakan sebagai bentuk analisis dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek.
Rasio likuiditas tidak hanya berfungsi untuk mengetahui kemampuan perusahaan membayar kewajiban, tetapi juga menjadi indikator utama dalam mengidentifikasi potensi masalah keuangan yang mungkin timbul di masa depan. Jika rasio likuiditas sebuah perusahaan berada pada angka yang terlalu rendah, ini dapat menandakan adanya risiko kesulitan membayar utang jangka pendek.
Sebaliknya, rasio yang terlalu tinggi juga tidak selalu ideal, karena bisa menunjukkan bahwa perusahaan tidak menggunakan aset lancarnya secara efisien untuk berinvestasi atau mengembangkan bisnis.
Dalam praktiknya, terdapat beberapa rasio yang sering digunakan untuk menghitung likuiditas perusahaan, yakni rasio lancar (current ratio), rasio cepat (quick ratio), dan rasio kas (cash ratio).
BACA JUGA: Analisis Rasio Keuangan: Pengertian, Jenis, Metode Analisisnya
Dalam bahasa Indonesia, likuiditas diartikan sebagai seberapa cepat dan mudah sebuah aset dapat digunakan untuk membayar hutang dan kebutuhan lainya. Lantas likuiditas ini diukur dengan apa?
Likuiditas diukur dengan menggunakan beberapa rasio keuangan, yakni rasio lancar (current ratio), rasio cepat (quick ratio), rasio kas dan acid-test ratio. Setiap rasio keuangan tersebut memiliki fokus dan cara penghitungan yang berbeda, namun semuanya bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Rasio likuiditas apa saja? Berdasarkan cara mengukur likuiditas, rasio likuiditas dibedakan menjadi 4 jenis, berikut beberapa jenis rasio likuiditas yang umum digunakan sebuah usaha dalam mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban pendeknya.
Jenis rasio likuiditas pertama adalah rasio lancar, menurut sutrisno (2017), rasio lancar adalah rasio yang digunakan untuk membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki sebuah bisnis dengan hutang jangka pendeknya.
Rasio lancar ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Rumus Current Ratio = (Aktiva Lancar/ Hutang Lancar) x 100%
Dengan menggunakan rasio ini, perusahaan dapat mengukur seberapa baik kemampuan mereka dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aset/ aktiva lancar yang mereka miliki.
Berikutnya ada rasio cepat atau quick ratio, menurut Hery (2017), rasio cepat merupakan jenis rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa baik kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aset yang sangat lancar, seperti kas, setara kas, piutang dagang dan sekuritas jangka pendek, tidak termasuk persediaan dagang dagang dan aset lancar lainnya.
Untuk menghitung nilai dari rasio cepat ini, Anda bisa menggunakan rumus sebagai berikut:
Rumus Quick Ratio = ((Aset Lancar - Persediaan) / Hutang Lancar) x 100%
Rasio ini dinilai dapat memberikan gambaran lebih konservatif untuk menilai kemampuan pelunasan kewajiban perusahaan dengan mengecualikan persediaan dari aset lancar, karena persediaan memerlukan waktu lebih lama untuk dikonversi menjadi uang tunai.
Kemudian Ada rasio kas atau cash ratio, seperti namanya rasio ini hanya memperhitungkan kas dan setara kas untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek.
Hal ini dilakukan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang jangka pendek perusahaan. Dalam hal ini, rasio kas dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Rumus Cash Ratio = (Kas dan Setara Kas/ Hutang Lancar) x 100%
Terakhir ada acid-test ratio, Acid-test ratio serupa dengan quick ratio, tetapi biasanya lebih spesifik dengan memasukkan aset likuid tertentu, seperti kas, piutang, dan surat berharga, ke dalam perhitungan. Sehingga rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah:
Rumus Acid-Test Ratio = (Kas + Piutang + Surat Berharga)/ Hutang Lancar
Setelah menghitung dan menilai masing-masing rasio likuiditas, tentu saja kita perlu tahu berapa sih sebenarnya nilai rasio likuiditas yang baik itu? Sehingga kita tidak salah dalam melakukan proses analisisnya.
Secara umum, standar rasio lancar yang baik biasanya berada di atas 1,0, yang berarti aset lancar perusahaan cukup untuk menutupi kewajiban lancarnya. Sedangkan menurut standar industri cash ratio yang baik adalah 2 kali atau 200%, yang menunjukkan bahwa perusahaan memiliki dua kali lipat aset lancar dibandingkan kewajiban lancarnya.
Berikutnya, untuk standar quick ratio atau rasio cepat yang baik secara umum juga di atas 1, yang menunjukkan perusahaan memiliki aset cukup untuk memenuhi kewajibannya. Namun, jika mengikuti standar industri menurut Kasmir (2008), standar quick ratio yang baik adalah sekitar 1,5 atau 150%
Kemudian untuk standar rasio kas yang baik secara umum adalah di atas 0,2 atau 20%, sedangkan untuk standar industri adalah sekitar 50%, yang artinya perusahaan memiliki kas yang cukup untuk menutupi setengah dari kewajiban lancarnya.
Perlu dipahami juga, jika standar ini bersifat umum dan dapat berbeda tergantung pada industri, ukuran perusahaan, dan faktor-faktor lainnya.
Bagaimana cara menghitung rasio likuiditas yang baik? Anda bisa mengikuti langkah-langkah berikut ini untuk menghitung rasio likuiditas bisnis Anda:
Langkah pertama sebelum menghitung rasio likuiditas, tentukan terlebih dahulu jenis rasio likuiditas mana yang ingin Anda analisis. Apakah itu rasio lancar, rasio cepat, atau rasio kas. Kenapa harus ditentukan di awal? Karena tujuan ini akan mempengaruhi data apa saja yang akan Anda kumpulkan dalam proses analisis.
Setelah menentukan mau melakukan analisis jenis apa, berikutnya adalah mengumpulkan data keuangan yang berasal dari laporan keuangan, khususnya pada laporan posisi keuangan atau laporan neraca.
BACA JUGA: Contoh Laporan Keuangan Neraca dan Cara Membuatnya
Data keuangan apa saja yang perlu dikumpulkan? Ada 3 jenis data yang perlu Anda kumpulkan, diantaranya adalah sebagai berikut:
Langkah terakhir dalam tahapan cara menghitung rasio likuiditas adalah dengan menghitung setiap data dengan rumus yang sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya. Setelah nilainya diketahui, kemudian dianalisis apakah hasilnya bagus sesuai standar atau malah tidak. Jika sudah sesuai dengan standar artinya rasio likuiditas bisnis Anda sudah baik, jika belum maka artinya perlu Anda perbaiki lagi.
Agar lebih mudah memahami bagaimana cara menghitung rasio likuiditas, Anda bisa perhatikan contohnya di bawah ini.
Diketahui jika PT. Sukses Selalu memiliki laporan neraca sebagai berikut:
Untuk melakukan analisis rasio likuiditasnya, maka diketahui jika:
a. Total aset lancar PT Sukses Selalu adalah Rp500.000.000
b. Total kewajiban lancar PT Sukses Selalu adalah Rp350.000
Untuk menilai rasio likuiditasnya, maka perlu dihitung dengan cara berikut ini:
Diketahui:
Penyelesaian:
Rumus Current Ratio = (Aktiva Lancar/ Hutang Lancar) = (500.000.000/ 350.000.000) x 100% = 1,43
Artinya, jika mengikuti standar umum rasio lancar perusahaan cukup baik karena nilainya di atas 1, namun jika mengikuti standar industri rasio lancar perusahaan masih di bawah standar yang seharusnya 2 kali dari kewajiban atau hutang lancar.
Diketahui:
Penyelesaian:
Rumus Quick Ratio = ((Aset Lancar - Persediaan) / Hutang Lancar) = (500.000.000 - 100.000.000) / 350.000.000 = 400.000.000/ 350.000.000 Quick Ratio = 1,14
Dari hasil perhitungannya, diketahui jika rasio cepat perusahaan adalah 1,14. Jika berdasarkan standar umum perusahaan sudah menunjukkan perusahaan masih mampu melunasi kewajiban lancar tanpa mengandalkan persediaan, yang merupakan sinyal likuiditas yang baik.
Namun, karena masih di bawah angka ideal standar industri 1,5 ada potensi risiko jika aset seperti piutang sulit dicairkan. Di sektor seperti ritel atau fast-moving consumer goods (FMCG), rasio cepat yang sedikit lebih rendah masih dapat diterima karena persediaan cenderung cepat terjual.
Diketahui:
Penyelesaian:
Rasio Kas = Kas dan Setara Kas/ Kewajiban Lancar = 200.000.0000/350.000.000 = 0,57
Standar umum untuk rasio kas adalah di atas 0,2 (atau 20%), dengan nilai ideal sekitar 0,5 hingga 1,0 tergantung pada kebutuhan kas. Hasil 0,57 menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kas yang cukup untuk menutupi 57% kewajiban lancarnya, yang merupakan angka aman dan di atas batas minimum 0,2.
Namun, di sektor seperti manufaktur atau perusahaan startup dengan kebutuhan kas tinggi, rasio kas yang lebih besar di atas 0,5 hingga 0,7 sangat disarankan. Hasil 0,57 menunjukkan posisi kas yang cukup baik untuk sektor yang tidak membutuhkan cadangan kas besar, seperti ritel atau jasa.
Meningkatkan rasio likuiditas merupakan langkah penting bagi perusahaan untuk memastikan kemampuannya dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan baik. Berikut beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk meningkatkan rasio likuiditas perusahaan:
Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan likuiditas adalah dengan mengelola piutang dagang, Anda bisa memberikan penawaran khusus kepada pelanggan ketika membayar piutang lebih awal, agar piutang tidak menumpuk dan tertunda pembayarannya.
Selain itu, Anda juga perlu mengevaluasi piutang yang sudah jatuh tempo atau sulit tertagih, agar tidak menjadi beban laporan keuangan Anda.
Selain piutang, Anda juga dapat meningkatkan rasio likuiditas dengan menjaga persediaan di tingkat yang optimal. Persediaan yang berlebihan bisa mengikat uang Anda dalam aset yang tidak likuid, sehingga memperburuk kondisi keuangan.
Untuk mengatasi masalah stok dan resiko piutang tak tertagih, Anda bisa menggunakan software akuntansi Beeaccounting, dengan Beeaccounting Anda memiliki catatan yang jelas tentang hutang hingga piutang dagang, dengan kontrol stok yang klop dengan penjualan. Mau coba-coba dulu? Klik banner di atas ini sekarang juga!
Langkah lain yang bisa Anda lakukan adalah meninjau kembali kewajiban jangka pendek perusahaan. Negosiasikan ulang syarat pembayaran dengan pemasok agar Anda memiliki waktu lebih lama untuk menyelesaikan kewajiban.
Selanjutnya, Anda juga bisa menambah cadangan kas, dimana dengan menambah kas Anda bisa menjaga rasio likuiditas tetap sehat. terutama yang menghasilkan arus kas cepat. Dengan demikian, perusahaan Anda memiliki likuiditas yang lebih baik untuk menghadapi kewajiban mendesak.
Semoga bermanfaat..