Laba pada bisnis menunjukkan performa keuangan bisnis dan menjadi tolok ukur kesuksesannya. Pelaku usaha wajib tahu bagaimana cara menghitung laba penjualan ini.
Dimana secara teori, laba penjualan adalah selisih antara pendapatan penjualan dengan semua biaya yang terkait dengan produksi barang atau penyediaan jasa.
Bagaimana cara menghitungnya? Simak penjelasan lengkapnya pada artikel di bawah ini!
Sebelum membalas tentang cara menghitung labanya, mari kita bahas terlebih dahulu apa keuntungan dari menghitung laba penjualan, berikut diantaranya:
Seperti yang sudah dijelaskan pada paragraf pembuka sebelumnya, jika laba penjualan merupakan salah satu indikator utama profitabilitas bisnis.
Dengan menghitungnya, pebisnis dapat mengetahui seberapa banyak keuntungan yang diperoleh dari penjualan produk atau jasa dalam periode tertentu.
Berikutnya, dengan menghitung laba Anda akan lebih mudah dalam mengidentifikasi produk atau lini bisnis mana yang menghasilkan keuntungan dan mana yang mengalami kerugian.
Hal ini memungkinkan pebisnis untuk fokus pada produk atau layanan yang menguntungkan dan melakukan penyesuaian pada produk atau layanan yang merugi.
Manfaat berikutnya adalah sebagai bahan evaluasi efisiensi operasional bisnis. Dimana laba penjualan dapat dibandingkan dengan periode sebelumnya untuk melihat tren dan mengevaluasi efisiensi operasional bisnis.
Peningkatan laba menunjukkan peningkatan efisiensi, sedangkan penurunan laba dapat menunjukkan adanya inefisiensi yang perlu diidentifikasi dan diperbaiki.
Berikutnya, memperkuat pengambilan keputusan bisnis, dari informasi laba penjualan dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat keputusan bisnis yang strategis.
Seperti menentukan harga jual produk, mengalokasikan sumber daya, dan merencanakan investasi. Keputusan yang didasarkan pada data laba penjualan akan lebih terarah dan berpeluang menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
Terakhir, dapat meningkatkan kepercayaan investor, dengan laba penjualan yang positif dan stabil maka investor dan pemberi pinjaman tidak akan ragu untuk memberikannya kepada bisnis Anda.
Perhitungan laba ini penting untuk dipertimbangkan investor dan dioptimalkan oleh pelaku usaha agar mendapatkan pendanaan modal untuk pengembangan bisnis dan ekspansi.
Berikut beberapa faktor yang menentukan tinggi rendahnya laba bisnis:
Baca Juga: Mengenal Apa Saja Indikator Kepuasan Pelanggan
Menurut Stice dan Skousen (2004) dalam Ita Nuraeni (2020) ada 4 jenis laba, yakni laba kotor, laba operasional, laba sebelum dikurangi pajak dan sesudah pajak (laba bersih)
Jenis laba pertama adalah laba kotor, yakni selisih antara hasil penjualan dengan harga pokok persediaan. Harga pokok persediaan mencakup semua biaya langsung yang terkait dengan produksi barang atau jasa yang dijual, seperti bahan baku dan tenaga kerja langsung.
Laba kotor memberikan gambaran awal tentang profitabilitas produk sebelum memperhitungkan biaya operasional lainnya. Untuk menghitung laba kotor ini bisa menggunakan rumus di bawah ini:
Rumus Laba Kotor = Penjualan Bersih - HPP
Kemudian ada laba operasional, yakni laba kotor yang dikurangi dengan Biaya Operasional. Biaya operasional mencakup biaya-biaya yang terkait dengan kegiatan operasional perusahaan sehari-hari, seperti biaya sewa, gaji karyawan, biaya utilitas, dan biaya pemasaran.
Rumus Laba Operasional = Laba Kotor - Biaya Operasional
Selanjutnya ada laba sebelum pajak, seperti namanya laba ini merupakan laba operasional yang dikurangi dengan Penghasilan/Beban Non-Operasional.
Penghasilan/beban non-operasional mencakup pendapatan atau pengeluaran yang tidak terkait dengan kegiatan operasional utama perusahaan, seperti pendapatan dari investasi, bunga, dan kerugian dari penjualan aset.
Rumus Laba Sebelum Pajak = Laba Operasional - Penghasilan/Beban Non-Operasional
Terakhir adalah laba bersih atau laba sesudah pajak, yakni laba yang tersisa setelah dikurangi dengan pajak penghasilan. Laba ini adalah jumlah akhir yang mencerminkan profitabilitas bersih perusahaan setelah memenuhi semua kewajiban pajak.
Laba Bersih = Laba Kotor - Beban Operasional - Beban Pajak
Berikut beberapa langkah dalam menghitung laba kotor:
Rumus HPP = Persediaan Barang – Persediaan Akhir.
Kemudian untuk menghitung laba operasional dengan beberapa langkah berikut:
Selanjutnya menghitung laba sebelum pajak, untuk menghitung laba sebelum pajak Anda bisa mengikuti beberapa langkah berikut:
Terakhir menghitung laba bersih atau laba sebelum pajak;
Baca Juga: Tips Mudah Menyusun Laporan Laba Rugi Bagi Usaha Anda
Untuk memudahkan Anda lebih memahami bagaimana cara menghitung laba penjualan, berikut contoh kasus dan cara menghitung labanya:
CV. Roti Manis adalah perusahaan yang memproduksi dan menjual roti. Berikut data keuangan CV. Roti Manis untuk bulan Juni 20xx:
1. Penjualan Bersih: Rp 120.000.000
2. Total Biaya Produksi: Rp31.000.000
3. Total HPP: Rp 70.000.000
4. Biaya Operasional: Rp 39.000.000
5. Penghasilan Non-Operasional: Bunga deposito = Rp 2.000.000
6. Beban Non-Operasional: Kerugian penjualan aset =Rp 3.000.000
7. Tarif Pajak Penghasilan (PPh): 25%
Maka Berapa Laba Kotor, Operasional, Sebelum Pajak dan Laba Bersihnya?
Diket:
Penyelesaian:
Laba Kotor = Penjualan Bersih - HPP = Rp 120.000.000 - Rp 70.000.000 = Rp 50.000.000
Diket:
Penyelesaian:
Laba Operasional = Laba Kotor - Biaya Operasional = Rp 50.000.000 - Rp 39.000.000 = Rp 11.000.000
Diket:
Penyelesaian:
Laba Sebelum Pajak = Laba Operasional + Penghasilan Non-Operasional - Beban Non-Operasional = Rp 11.000.000 + Rp 2.000.000 - Rp 3.000.000 = Rp 10.000.000
Diket:
Penyelesaian:
Total PPH = PPh = Laba Sebelum Pajak x Tarif PPh = Rp 10.000.000 x 25% = Rp 2.500.000
Laba Bersih = Rp 10.000.000 - Rp 2.500.000 = Rp 7.500.000
Berikut beberapa pertanyaan terkait perhitungan laba penjualan:
Laba kotor dan laba bersih adalah dua metrik keuangan yang memiliki perbedaan signifikan dalam cara penghitungan dan tujuan penggunaannya.
Laba kotor adalah selisih antara hasil penjualan dan harga pokok persediaan, yang mencakup biaya langsung seperti bahan baku dan tenaga kerja langsung yang digunakan dalam produksi barang atau jasa.
Sebaliknya, laba bersih adalah jumlah yang tersisa setelah mengurangi semua biaya operasional, biaya non-operasional, dan pajak dari pendapatan total perusahaan.
Secara umum, laba neto dan laba bersih memiliki arti yang sama, yaitu keuntungan akhir yang diperoleh perusahaan setelah dikurangi semua biaya dan beban.
Istilah "laba neto" lebih sering digunakan dalam akuntansi keuangan di Indonesia, sedangkan "laba bersih" lebih umum digunakan dalam akuntansi internasional.
Kedua istilah ini merujuk pada konsep yang sama dan dapat digunakan secara bergantian.
Bagaimana cara menghitung laba mudah anti ribet cuma 5 menit jadi? Menghitung laba rugi penjualan cukup 5 menit hanya dengan menggunakan aplikasi pembukuan keuangan Beecloud.
Catat transaksi penjualan rapi langsung auto jadi laporan laba rugi. Klik banner di atas dan dapatkan akses uji coba gratis sekarang juga!