Bagi pengusaha pemula, satu hal yang biasanya bikin bingung adalah cara menghitung biaya produksi. Maklum, elemen bisnis satu ini memang tak bisa dianggap remeh. Pertanyaan seperti berapa harga produk yang tepat, atau bagaimana menghitung keuntungannya, itu tak akan bisa terjawab dengan tepat bila cara menyusunnya asal-asalan.
Lantas, apakah cara menghitung biaya produksi ini sulit? Tentu saja tidak. Bahkan meski Anda pebisnis pemula, dan tak punya latar belakang akuntansi, tugas strategis bisnis ini tetap bisa Anda lakukan. Artikel ini akan membantu Anda dalam memahami rumus, contoh, hingga komponen penting dalam menghitung biaya produksi.
Sebelum memahami cara menghitungnya, penting bagi kita untuk memahami pengertiannya dulu. Jadi, apa sih biaya produksi itu? Secara umum, biaya produksi adalah biaya yang mencakup hal-hal terkait pembuatan produk. Tujuan utamanya tentu untuk mencari tahu kira-kira berapakah celah keuntungan yang bisa didapatkan.
Hal-hal yang meliputi produksi ini ada banyak, tergantung jenis dan usaha apa yang sedang dijalankan. Namun, beberapa hal yang pasti biasanya terdiri dari biaya bahan baku, tempat produksi, tenaga kerja, dan biaya operasional (termasuk pemasaran dan distribusi). Semua patokan itu bisa dikembangkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Supaya lebih jelas dan terpercaya, mari simak pendapat beberapa ahli terkait pengertian biaya produksi. Berikut Bee kutip dari repository Universitas Medan Area:
Menurut Mulyadi, biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk siap jual. Menurutnya, ada tiga cakupan utama dalam biaya produksi, yakni bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik.
Adapun menurut Hansen dan Mowen, mendefinisikan cost production alias biaya produksi sebagai nilai kas perusahaan. Kas tersebut kemudian pada gilirannya harus dikorbankan untuk menghasilkan barang atau jasa yang mendatangkan manfaat, baik untuk jangka pendek maupun panjang.
Sementara definisi dari Bustami dan Nurela tak jauh beda dengan Mulyadi. Mereka menganggap bahwa biaya produksi adalah biaya yang secara otomatis diperlukan perusahaan, untuk mendapatkan bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik.
Kemudian menurut Supriyono, biaya produksi dapat dipahami sebagai keseluruhan pengeluaran biaya, baik langsung maupun tidak, untuk mendorong proses menghasilkan produk. Apa yang dimaksud produk ini ada dua: bisa berupa fisik ataupun jasa.
Dengan demikian, berdasarkan keempat pendapat ahli itu, sekurang-kurangnya kita bisa memahami bahwa biaya produksi merupakan total keseluruhan dana perusahaan, yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk siap jual.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, semuanya menekankan soal tiga komponen biaya produksi, yaitu bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik. Lalu, apa yang dimaksud dengan ketiga komponen itu? Merangkum Baldric dalam Pratiwi (2022), berikut penjelasan lengkapnya:
Biaya bahan baku adalah pengeluaran yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan yang akan digunakan dalam proses produksi. Ini mencakup semua jenis bahan yang diperlukan untuk menghasilkan produk, baik dalam bentuk fisik maupun komponen.
Biaya tenaga kerja langsung merupakan pengeluaran yang diperlukan perusahaan dalam proses produksi langsung. Bentuknya berupa upah atau gaji karyawan, yang terlibat secara langsung dalam proses produksi produk.
Sedangkan untuk biaya overhead pabrik, adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan proses produksi, namun tidak terlibat/terlihat secara langsung. Dalam akuntansi, ini terbagi menjadi dua, yaitu bahan materiel tidak langsung (indirect materiel) dan tenaga kerja tidak langsung (indirect labor)
Bahan ini diperlukan dalam proses produksi, namun tidak bisa dilihat langsung ke produk. Disebut “bahan materiel tidak langsung” karena ia tidak berkontribusi secara penuh untuk penciptaan sebuah produk. Contohnya adalah selotip, lem, atau pembersih.
Hampir sama dengan bahan baku tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung juga merupakan pihak-pihak yang tidak langsung bersentuhan dengan proses produksi. Misalnya saja: pengawas, teknisi perawatan mesin, dan petugas keamanan.
Baca Juga: Pengertian Biaya Overhead Serta Jenis dan Fungsinya
Meski demikian, biaya produksi ini juga tidak bisa ditentukan berdasar kebutuhan produk perusahaan saja. Mengutip repository UIN Sumatera Utara Medan, ada lima faktor utama yang memengaruhinya. Berikut di antaranya:
Dalam menentukan biaya produksi, harga barang menjadi hal pertama yang memengaruhi. Misalnya ketika harga barang sedang tinggi, tentu produsen akan termotivasi untuk meningkatkan output penjualan.
Hal ini sesuai dengan prinsip hukum penawaran, di mana kenaikan harga barang selalu mendorong peningkatan jumlah barang yang ditawarkan. Tapi sebaliknya, rendahnya harga barang dapat menurunkan jumlah produksi. Semua itu muaranya tentu pada laba yang diperoleh.
Alat atau teknologi yang dipakai dalam proses produksi juga termasuk faktor pengaruhnya. Katakanlah perusahaan XYZ memproduksi banyak sekali produk, dan menggunakan tenaga kerja manusia, maka biaya yang dikeluarkan lebih rendah karena tidak memerlukan alat dan biaya listrik. Sementara jika memanfaatkan tenaga mesin, sudah tentu jumlah biayanya jauh berbeda.
Meski demikian, jika penggunaan teknologi bisa dikolaborasikan dengan tenaga kerja manual, ia malah sangat mungkin mengurangi biaya operasional. Tapi kembali lagi, ini tergantung bagaimana perusahaan mengatur skala prioritasnya.
Harga input adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor-faktor produksi, seperti bahan baku, upah tenaga kerja, modal, dan peralatan. Jika harga input meningkat, produsen harus menanggung biaya lebih besar untuk menghasilkan barang yang sama. Begitupun dengan sebaliknya.
Ini sekaligus juga memengaruhi bagaimana faktor teknologi bisa dikolaborasikan. Penentuan tentang berapa persen penggunaan tenaga kerja manual dan mesin seimbang, itu mau tidak mau selalu berangkat dari harga input yang berlaku di pasar.
Baca Juga: 4 Faktor Produksi Modal, Karakteristik dan Fungsinya
Dari sini, kita pasti sudah bertanya-tanya, lalu bagaimana cara menghitung biaya produksi? Dalam dunia manufaktur, cara menghitung biaya produksi ini terbagi menjadi lima, berikut penjelasan lengkapnya:
Biaya bahan baku mencakup semua pengeluaran untuk memperoleh bahan yang digunakan dalam proses produksi. Tujuannya adalah untuk menghitung total pengeluaran bahan baku agar perusahaan dapat mengelola persediaan dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya.
Untuk mengetahui biaya bahan baku, yang dicatat pertama adalah biaya bahan baku pada awal periode. Kemudian, tambahkan nilai pembelian bahan baku baru selama periode tersebut. Terakhir, kurangi dengan biaya akhir bahan baku untuk mendapatkan biaya bahan baku yang sebenarnya digunakan dalam produksi. Rumusnya sebagai berikut:
Biaya Bahan Baku = Biaya Bahan Baku Awal + Pembelian Bahan Baku Baru - Biaya Akhir Bahan Baku
Keterangan:
Total biaya produksi adalah jumlah dari semua komponen biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Tujuannya untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang pengeluaran perusahaan dalam menghasilkan produk. Dari sini, penyusunan analisis keuangan dan perencanaan anggaran juga bisa terbantu.
Cara praktiknya, pengusaha perlu mengumpulkan semua informasi komponen biaya produksi, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Langkah pertama, mencatat setiap jenis biaya tersebut dari laporan keuangan dan catatan pengeluaran. Setelah itu, pebisnis dapat menjumlahkan ketiga komponen tersebut untuk mendapatkan total biaya produksi. Berikut rumus perhitungannya:
Total Biaya Produksi = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead
Keterangan:
Harga pokok produksi adalah total biaya yang diperlukan untuk menghasilkan barang jadi. Tujuan perhitungan ini adalah untuk memastikan bahwa harga jual barang dapat menutupi biaya produksi sekaligus memberikan keuntungan. Perhitungan ini juga membantu perusahaan mengelola biaya dan mengevaluasi efisiensi proses produksi.
Tahapan untuk menghitung harga pokok produksi yang pertama, hitung total biaya produksi, yaitu semua biaya yang dikeluarkan selama periode produksi, termasuk bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Kedua, tambahkan saldo awal persediaan, lalu kurangi saldo akhir persediaan. Rumus menghitungnya di bawah ini:
Harga Pokok Produksi = Total Biaya Produksi + Saldo Awal Persediaan – Saldo Akhir
Keterangan:
Harga pokok penjualan adalah total biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi dan menjual barang selama periode tertentu. Tujuannya adalah untuk mengetahui biaya yang benar-benar terkait dengan barang yang terjual, sehingga perusahaan dapat menentukan margin keuntungan dan mengevaluasi kinerja keuangan.
Tahapan menghitung mudah saja; pertama, tambahkan harga pokok produksi dengan persediaan barang awal. Kedua, kurangi hasil penjumlahan tersebut dengan persediaan barang akhir. Adapun rumusnya sebagai berikut:
Harga Pokok Penjualan = Harga Pokok Produksi + Persediaan Barang Awal – Persediaan Barang Akhir
Agar pemahaman kita lebih lengkap dan konkret lagi terkait rumus biaya produksi, mari simak contoh perhitungan dari kelima cara di atas:
Dalam proses produksi sandal, perusahaan XYZ harus menghitung biaya bahan baku yang digunakan. Sebagai contoh, persediaan awal bahan baku adalah Rp10.000.000, total pembelian bahan baku baru selama periode Agustus berjumlah Rp25.000.000, dan biaya bahan baku akhir sebesar Rp10.000.000. Dari data-data tersebut, maka perhitungannya seperti ini:
Rumus:
Biaya Bahan Baku = Biaya Bahan Baku Awal + Pembelian Bahan Baku Baru - Biaya Akhir Bahan Baku
Contoh Perhitungan:
Biaya Bahan Baku: 10.000.000 + 25.000.000 − 10.000.000 = Rp25.000.000
Berdasarkan hitungan tersebut, maka perusahaan XYZ diketahui membutuhkan biaya bahan baku sebesar Rp25.000.000 untuk memproduksi unit sandal pada periode Agustus.
Perusahaan XYZ juga perlu menghitung total biaya produksi untuk memahami pengeluaran secara keseluruhan. Diketahui bahan bakunya adalah Rp25.000.000, lalu misalnya biaya tenaga kerja langsung sebanyak Rp25.000.000, dan biaya overhead mencapai Rp20.000.000. Dengan data-data tersebut, maka perhitungannya sebagai berikut:
Rumus:
Total Biaya Produksi = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead
Contoh Perhitungan:
Total Biaya Produksi: 25.000.000 + 25.000.000 + 20.000.000 = Rp70.000.000
Berdasar perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa perusahaan XYZ mengeluarkan biaya sebanyak Rp70.000.000 untuk keseluruhan produksi.
Dalam proses produksi barang, perusahaan XYZ perlu menghitung harga pokok produksi untuk mengetahui total biaya yang dikeluarkan. Diketahui total biaya produksi selama periode tersebut adalah Rp70.000.000, lalu misalnya saldo awal persediaan berjumlah Rp35.000.000, dan saldo akhir sebanyak Rp10.000.000. Dengan data ini, perhitungannya adalah sebagai berikut:
Rumus:
Harga Pokok Produksi = Total Biaya Produksi + Saldo Awal Persediaan – Saldo Akhir
Contoh Perhitungan:
Harga Pokok Produksi = 70.000.000.00 + 35.000.000 - 10.000.000 = Rp95.000.000
Dengan demikian, harga pokok produksi untuk perusahaan XYZ pada periode tersebut adalah sebesar Rp95.000.000.
Setelah menghitung harga pokok produksi, perusahaan XYZ tentu harus menjual produknya. Namun sebelum itu, harus mengetahui dulu berapa harga pokok penjualannya. Untuk mengetahuinya, perusahaan XYZ perlu menghitung harga pokok produksinya yakni Rp95.000.000, lalu menjumlahkannya dengan persediaan barang awal, misalnya, Rp75.000.000, dan mengurangkannya dengan persediaan barang akhir, katakanlah Rp60.000.000. Berikut contoh perhitungannya:
Rumus:
Harga Pokok Penjualan = Harga Pokok Produksi + Persediaan Barang Awal – Persediaan Barang Akhir
Contoh Perhitungan:
Harga Pokok Penjualan = 95.000.000 + 75.000.000 - 60.000.000 = Rp110.000.000
Dari hitung-hitungan itu, harga pokok penjualan yang dimiliki perusahaan sandal XYZ adalah senilai Rp110.000.000.
Itulah tadi cara menghitung biaya produksi, contoh, rumus, serta beberapa komponennya. Sebagai pebisnis, materi ini perlu Anda pahami masak-masak. Sebab, meski tugas ini terkesan ringan, tapi tak jarang pebisnis di luar sana mengalami ketidakakuratan dalam mencatat biaya produksi. Apalagi, jika mencatatnya masih secara manual.
Kesalahan seperti itu tidak bisa dianggap remeh. Sebab, ia tidak hanya memengaruhi laporan keuangan, tetapi juga bisa berdampak pada keputusan strategis yang akan Anda ambil. Sebagai solusi, Anda bisa mempertimbangkan software akuntansi Beeaccounting untuk mengatasinya.
Beeaccounting memiliki fitur-fitur unggulan, seperti pengelolaan biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead secara terintegrasi. Selain itu, sistem ini juga bisa membantu Anda dalam menyusun laporan keuangan yang jelas dan detail, sehingga Anda bisa dengan cepat menganalisis biaya produksi dan membuat keputusan strategis.
Tunggu apalagi, jangan biarkan kesalahan pencatatan menghambat pertumbuhan bisnis Anda. Silakan klik banner di bawah untuk mencoba Beeaccounting dan merasakan kemudahan mengelola biaya produksi!