Capex atau capital expenditure adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk membeli aset tetap yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
Aset tetap ini tidak hanya bisa berupa tanah, gedung, mesin, peralatan, dan lain sebagainya. Lantas apa? Simak penjelasan lengkapnya pada artikel berikut ini!
Menurut Mulyadi (2005) capital expenditure adalah biaya biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat lebih dalam satu periode akuntansi. Istilah ini juga disebut sebagai biaya modal.
Pengertian ini juga dijabarkan oleh Hery (2016) dimana capital expenditure adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tetap, dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi operasional, kapasitas produktif aset tetap dan memperpanjang masa manfaat.
Seperti yang dibahas pada pembuka artikel ini, aset tetap yang dimaksud tidak hanya berupa tanah, gedung, mesin dan sejenisnya, melainkan dalam bentuk berupa aset tidak berwujud seperti hak paten, merek dagang dan lain sebagainya.
Baca Juga: 5 Contoh Aset Tidak Berwujud dan Penjelasannya dalam Akuntansi
Meski demikian, tidak semua pengeluaran untuk aset tak berwujud dikategorikan sebagai Capex. Hanya pengeluaran yang memiliki manfaat jangka panjang dan dapat dikapitalisasi yang dapat dikategorikan sebagai Capex.
Capex dan Opex adalah dua jenis biaya pengeluaran yang berbeda, mulai dari:
Perbedaan capital expenditure (Capex) dan operating expenses (Opex) yang pertama adakah tujuan dan manfaat yang didapatkan. Dimana Capex bertujuan untuk mendapatkan aset tetap yang akan memberikan manfaat jangka panjang bagi perusahaan.
Sedangkan Opex bertujuan untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan sehari-hari, yang artinya diperlukan untuk menjaga bisnis tetap berjalan dan tidak menghasilkan aset baru.
Kemudian dari segi laporan keuangan. Capital expenditure pada laporan keuangan dapat diliha pada neraca karena dicatat sebagai aset tetap. Nilai asetnya juga akan mengelangi depresiasi selama masa manfaatnya.
Sedangkan operating expenses dicatat dalam laporan laba rugi, karena dianggap sebagai biaya operasional yang dapat secara langsung mengurangi keuntungan perusahaan.
Terakhir dari segi frekuensi pengelaran, Opex lebih sering dikeluarkan dari pada Capex. Dimana Opex merupakan pengeluaran rutin yang berulang setiap periode akuntansinya. Berbeda dengan Capex yang merupakan pengeluaran besar yang tidak dilakukan secara rutin.
Ada 4 jenis Capital Expenditure menurut Shapiro (2005), diantaranya sebagai berikut:
Jenis capex paling umum, dimana pengeluaran ini dilakukan untuk membeli peralatan baru untuk menggantikan peralatan lama yang sudah tidak berfungsi optimal atau adanya kebutuhan baru.
Tujuannya adalah untuk mempertahankan atau meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi biaya perawatan.
Jenis capex ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas produksi guna memenuhi permintaan yang semakin besar terhadap produk yang sudah ada.
Misalnya, pembelian mesin produksi tambahan, perluasan pabrik, atau penambahan gudang penyimpanan. Tujuannya adalah untuk menghindari kelangkaan produk dan memaksimalkan potensi pasar yang sedang berkembang.
Kemudian ada biaya pengeluaran yang dilakukan untuk mendukung pengembangan dan produksi produk baru. Biasanya dilakukan dengan tujuan diversifikasi atau memperluas pasar.
Pengeluaran ini bisa berupa pembelian peralatan khusus, pembangunan fasilitas produksi baru, atau pengembangan hak paten terkait produk baru tersebut.
Terakhir adalah jenis pengeluaran yang dilakukan untuk memenuhi peraturan pemerintah yang mengharuskan perusahaan melakukan investasi tertentu.
Misalnya, investasi dalam teknologi ramah lingkungan untuk mengurangi emisi atau investasi dalam akses disabilitas untuk gedung perusahaan.
Menurut Gitman (2006) dalam Buku Intisari Manajemen Keuangan (2009) karya Handono Mardiyanto, ada 4 alasan kenapa Capex dilaksanakan, diantaranya:
Tujuan paling umum dilakukan Capex adalah untuk expansi atau memperluas usaha mereka, seperti meningkatkan kapasitas produksi atau memperluas jangkauan pasar.
Contohnya pembelian mesin produksi baru, membangun pabrik baru hingga mengakuisisi perusahaan lain.
Alasan lainnya adalah pergantian, dilakukan untuk menjaga serta meningkatkan efisiensi operasi dan mengurangi biaya perawatan. Biasanya dilakukan ketika aset lama sudah tidak berfungsi optimal, sudah usang, atau perlu ditingkatkan kapasitasnya.
Kemudian untuk memperpanjang umur aset dan peningkatan kinerja, seperti melakukan perbaikan mesin, peralatan, pembaruan software dan lain sebagainya.
Pengeluaran modal tertentu tidak berkaitan dengan pembelian atau modifikasi aset fisik, tetapi melibatkan komitmen jangka panjang untuk mengantisipasi keuntungan finansial di masa depan.
Berikut rumus capital expenditure yang umum digunakan:
Rumus Capital Expenditure: ΔPP&E + Depresiasi Saat ini
Dengan keterangan:
Cara lainnya bisa menggunakan rumus perhitungan Capex yang dikemukakan oleh Syamsuddin dalam bukunya:
∆𝐹𝐴𝑡 = 𝑁𝐹𝐴(𝑡) + 𝐷𝑒𝑝𝑡 − 𝑁𝐹𝐴(𝑡−1)
Dengan keterangan:
Adapun t yang dimaksud adalah periode akuntansi tertentu yang sedang dianalisis.
Baca Juga: Apa itu Periode Akuntansi? Ini Jenis dan Penjelasannya
Berikut langkah-langkah dalam menghitung capital expenditure:
Langkah pertama adalah menentukan nilai PP&E di neraca perusahaan pada periode saat ini. Nilai ini mewakili total nilai aset tetap perusahaan, seperti tanah, bangunan, mesin, dan peralatan.
Kemudian temukan nilai PP&E di neraca perusahaan pada periode sebelumnya. Nilai ini mewakili total nilai aset tetap perusahaan pada periode sebelum periode saat ini.
Langkah ketika hitung berapa perbedaan saldo aset tetap, caranya dengan mengurangi nilai PP&E periode sebelumnya dari nilai PP&E periode saat ini.
Caranya bisa menggunakan rumus di bawah ini:
ΔPP&E = PP&E (Saat Ini) - PP&E (Sebelumnya)
Selanjutnya, temukan biaya depresiasi aset tetap pada periode saat ini di laporan laba rugi. Biaya depresiasi ini menunjukkan nilai aset tetap yang dibebankan sebagai beban selama periode tersebut.
Terakhir, jmlahkan ΔPP&E dan Biaya Depresiasi Saat Ini. Capex = ΔPP&E + Depresiasi Saat Ini, untuk mengetahui berapa besaran nilai dari Capex.
Agar pemahaman mengenai capital expenditure, berikut contoh perhitungan yang bisa Anda pelajari
Perusahaan PT Sukses Selalu, yang bergerak di bidang manufaktur suku cadang otomotif, memiliki beberapa informasi terkait Capex pada tahun 20xx, berikut:
ΔPP&E, dihitung dengan mengurangi PP&E tahun sebelumnya dengan saat ini, maka diselesaikan dengan:
ΔPP&E = PP&E (Saat Ini) - PP&E (Sebelumnya) = Rp 200 miliar - Rp 180 miliar = Rp 20 miliar
Sehingga, bisa diketahui jika nilai dari ΔPP&E adalah 20 Miliar, nilai ini kemudian dimasukkan ke dalam rumus Capex:
Rumus Capital Expenditure = ΔPP&E + Depresiasi Saat ini = Rp 20 m + Rp 15 m = Rp 35 m
Maka bisa disimpulkan, jika PT Sukses Selalu mencatatkan Capital Expenditure (Capex) sebesar Rp 35 miliar pada tahun 20xx. Nilai ini menunjukkan bahwa perusahaan telah berinvestasi Rp 20 miliar dalam aset tetap baru dan membebankan Rp 15 miliar untuk penyusutan aset selama periode tersebut.
Kesimpulannya, Capex yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan berinvestasi dalam aset baru untuk meningkatkan kapasitas produksi, memperluas pasar, atau meningkatkan efisiensi. Sekian, semoga bermanfaat!