Dalam dunia akuntansi, sering dikenal adanya istilah biaya penyusutan atau lebih sering dikenal dengan istilah depresiasi. Depresiasi sendiri merupakan sebuah prosedur untuk menghitung nilai aset pada masa penggunaannya.
Biaya depresiasi ini muncul karena aset tetap yang digunakan selama masanya mengalami penyusutan manfaat atau kualitasnya. Biaya depresiasi memiliki keterkaitan dengan masa pakai suatu aset. Contoh sederhananya adalah pada alat produksi yang terus dipakai hingga kualitasnya menurun.
Untuk mencatat biaya depresiasi pada buku laporan akuntansi, perlu adanya metode khusus. Dalam hal ini depresiasi punya beberapa opsi metode perhitungan. Setiap perusahaan bebas memilih metode mana yang lebih sesuai untuk dipakai.
Meski begitu, perusahaan harus memikirkan dengan baik metode mana yang cocok dipakai. Hal ini karena penggunaan metode harus konsisten atau tetap selama perusahaan beroperasi. Jika metode berubah, hal tersebut akan membawa pengaruh pada laporan akuntansi yang berantakan.
Agar lebih paham, berikut di bawah ini bisa disimak ada beberapa opsi metode atau cara menghitung biaya penyusutan. Beberapa diantaranya ini bisa Anda pertimbangkan sebelum memilihnya sebagai perhitungan tetap selama masa penggunaan aset.
Selanjutnya ada metode straight line atau yang lebih sering dikenal dengan metode garis lurus. Metode garis lurus ini juga merupakan salah satu metode yang paling sering dipakai dalam dunia akuntansi.
Hal paling utama yang harus dilakukan untuk implementasi metode ini adalah melakukan depresiasi properti dalam jumlah depresiasi yang sama setiap tahun selama masa penggunaan. Untuk menghitung depresiasi menggunakan metode ini, ada rumus yang bisa dipakai.
Terdapat dua jenis rumus yang bisa diaplikasikan, yakni rumus residu dan non-residu.
Rumus residu adalah depresiasi = (harga bayar - nilai residu) ÷ masa penggunaan. Sedangkan rumus non-residunya adalah depresiasi= harga bayar ÷ umur masa kegunaan.
Dari dua rumus tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai besaran depresiasi bisa didapatkan dari nilai sisa aset yang dikurangi biaya aset itu sendiri, sehingga jumlah penyusutan diperoleh.
Jika ingin menghitung penyusutan pada tiap bulan, maka jumlah yang dapat disusutkan tersebut harus dibagi dengan jumlah tahun selama masa kegunaan aset tersebut. Hasilnya harus dibagi lagi dengan 12, barulah diperoleh biaya depresiasi tiap bulannya.
Metode beban menurun lebih sering digunakan apabila ingin mengetahui besarnya penyusutan aset pada awal umur pemakaian aset tersebut. Perhitungan pada metode ini dipercepat karena adanya biaya depresiasi sejak awal tahun tersedianya aset tersebut.
Kemudian pada penggunaan aset selanjutnya nilainya akan semakin menyusut. Perhitungan depresiasi menggunakan metode ini akan lebih memperhatikan jumlah beban penyusutan yang nilainya lebih banyak di awal tahun pemakaian.
Aktiva aset di awal tahun mengalami penyusutan, inilah mengapa metode beban menurun dipakai dalam perhitungannya. Ada dua jenis sub metode pada metode beban menurun ini, yakni jumlah angka tahun dan saldo menurun.
Yang digunakan untuk menghitung biaya penyusutan activa tetap pada metode ini adalah perkiraan umur aset yang dijumlahkan dengan digit tiap tahunnya. Metode ini juga dikenal dengan metode dipercepat untuk memperoleh biaya depresiasi.
Dalam permisalannya, saat aset punya perkiraan ketahanan hingga 5 tahun, maka jumlah digital yang akan dihitung adalah 5+4+3+2+1, sehingga totalnya ada 15. Nantinya tiap digit harus dibagi dengan 15.
Dengan begitu akan diperoleh persentase depresiasi yang mana aset akan disusutkan tiap tahun. Adapun rumus yang digunakan pada metode perhitungan ini adalah:
Depresiasi = (sisa masa pakai aset ÷ jumlah masa pakai aset) x nilai residu.
Hasil dari rumus tersebut akan diperoleh nilai depresiasi tahunan. Namun jika Anda ingin menghitung nilai penyusutan tiap bulannya maka Anda hanya perlu membagi hasil tersebut dengan 12.
Dalam metode saldo menurun ini, perhitungannya akan melibatkan nilai buku aset. Nantinya perhitungannya akan menggunakan perkalian yang melibatkan tingkat depresiasi garis lurus. Nilai buku aset ini bisa diperoleh jika sudah mendapat nilai harga perolehan.
Hasil jumlah pengaliannya harus dikalikan lagi dengan tingkat depresiasi yang sesuai keinginan. Batas maksimal tingkat depresiasi dalam perhitungan ini ada 200%.
Sebagai permisalan, jika objek perhitungan ini punya masa kegunaan hingga 5 tahun maka biaya penyusutan yang bisa diambil sekitar 40% di tahun pertama pemakaian objek aset tersebut.
Metode yang satu ini kemungkinan akan berguna ketika produksi terjadi di masa depan masih dalam masa pakai aset. Hal ini terjadi karena beberapa aset biasanya punya kontribusi lebih pada pendapatan dan jumlahnya dari tahun ke tahun bervariasi.
Metode ini bisa dijadikan alternatif depresiasi aset yang berdasarkan waktu. Pada perhitungannya, hasil pengurangan nilai sisa terhadap nilai buku akan dibagi dengan perkiraan jumlah produksi aset selama masa pakai.
Setelah diperoleh hasilnya, hasil tersebut lantas harus dikalikan dengan produksi aktual aset. Dengan begitu akumulasi dari bebas depresiasi dapat diperoleh. Hingga pada akhirnya nilai buku sama dengan nilai residu.
Terkait cara perhitungan menggunakan metode penggunaan ini, bisa lebih rendah atau lebih tinggi selama beberapa tahun. Untuk beban depresiasi tiap tahunnya, perolehannya berdasarkan unit output hasil dari aset atau bisa juga dari unit produksi.
Metode hasil produksi dipakai dengan menggunakan jumlah hasil produksi dari aktiva tetap, sesuai dengan nama metodenya. Metode ini jelas berbeda dengan metode garis lurus yang penekanan perhitungannya lebih fokus pada aspek waktu. Sedangkan metode hasil produksi penekanan perhitungannya lebih fokus pada faktor kegunaan. Satuan ukur ekeonomisnya tidak lagi menggunakan patokan tahun, namun menggunakan satuan unit produksi.
Baca Juga: Apa itu Biaya Penyusutan Alat? Berikut Definisi dan Cara Menghitungnya
Selain memiliki beberapa cara atau metode perhitungan, dalam depresiasi ini juga dikenal beberapa faktor yang menjadi pengaruh perhitungan depresiasi itu sendiri. Lantas apa saja faktor yang berpengaruh tersebut? Berikut ini beberapa faktornya:
Faktor pertama yang cukup mempengaruhi perhitungan dari biaya depresiasi adalah hasil perolehan. Yang dimaksud dengan harga perolehan ini meliputi biaya pengiriman, pajak, harga beli, biaya pemasangan, dan lain-lain.
Nilai residu dapat diartikan sebagai nilai aset ketika aset tersebut sudah tidak lagi digunakan. Dengan kata lain, nilai residu ini adalah nilai sisa guna aset.
Dan faktor terakhir yang mempengaruhi perhitungan biaya penyusutan adalah perkiraan dari masa manfaat atau kegunaan suatu aset tetap.
Baca Juga: Cara Menghitung Depresiasi dan Penjelasannya Dalam Akuntansi
Biaya penyusutan aset tetap memang bisa dihitung dengan berbagai opsi metode yang sudah dijabarkan di atas. Metode yang paling sering digunakan oleh perusahaan adalah metode straight line. Namun bukan berarti metode yang lain kurang efektif digunakan.
Anda tetap bisa mencoba menggunakan metode lainnya asalkan sesuai dengan kondisi aset dan kebijakan dari perusahaan tersebut. Yang terpenting, pertimbangkan dengan baik mana.metode yang akan dipakai untuk seterusnya. Pertimbangkan juga beberapa faktor yang sudah dijelaskan di atas.
Menghitung biaya penyusutan suatu aset merupakan hal yang sangat membingungkan jika Anda orang yang awam dalam akuntansi. Sangat direkomendasikan untuk menggunakan alat bantu atau software akuntansi agar Anda lebih mudah dalam menghitung nilai depresiasi. Coba gratis klik gambar di bawah ini.