Proses manajemen strategi adalah proses yang melibatkan analisis mendalam terhadap lingkungan eksternal dan internal, penentuan visi dan misi, serta pengembangan strategi yang tepat guna mencapai keunggulan kompetitif.
Manajemen ini merupakan sebuah pendekatan terencana dan berkelanjutan dalam mengidentifikasi, merumuskan, dan mengimplementasikan langkah-langkah kunci untuk mencapai tujuan organisasi.
Dengan demikian, manajemen strategi bukan sekadar suatu kerangka kerja, melainkan sebuah alat penting yang membantu organisasi menghadapi perubahan dan mencapai keberhasilan jangka panjang.
Dalam buku Manajemen Strategi Konsep karya Fred R. David (2011) menjelaskan jika manajemen strategis adalah seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang mampu mengarahkan organisasi untuk mencapai tujuannya.
Manajemen ini fokus pada bagaimana cara untuk mengintegrasikan semua komponen dalam perusahaan untuk mencapai keberhasilan organisasional, mulai dari manajemen, pemasaran, keuangan, produksi dan lainnya.
Adapun karakteristik manajemen strategis meliputi:
Baca Juga: Pengertian Manajemen Strategi, Fungsi, dan Langkah Menerapkan
Mengutip dari buku karya Fred R. David (2011), manajemen strategi memiliki beberapa fungsi berikut ini:
Melansir dari laman aeec.unair.ac.id, berikut adalah macam-macam alat analisis manajemen strategis yang umum digunakan.
Teknik analisis manajemen strategi pertama adalah Analisis SWOT, alat analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi 4 hal, yakni: Strengths (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (Peluang) dan Threats (Ancaman) dalam bisnis.
Dengan melakukan analisis ini perusahaan bisa mengoptimalkan kekuatan dan peluang apa yang dimiliki perusahaan untuk dikembangkan, sekaligus menyusun strategi untuk mengatasi kelemahan dan ancaman yang akan dihadapi bisnis dimasa yang akan datang.
Analisis PESTEL adalah suatu pendekatan strategis yang digunakan dalam bisnis untuk mengevaluasi faktor-faktor makro lingkungan eksternal yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi.
PESTEL merupakan singkatan dari enam dimensi yang dievaluasi, yaitu Politik (Politic), Ekonomi (Economi), Sosial (Social), Teknologi (Technology), Lingkungan (Environment), dan Hukum (Legal).
Analisis ini membantu organisasi untuk memahami dampak perubahan dalam lingkungan eksternal, memprediksi tren masa depan, dan mengidentifikasi peluang serta ancaman yang mungkin timbul.
Berikutnya analisis Porter's Five Forces, yakni media analisis yang digunakan dalam menilai intensitas persaingan dalam satu industri. Seperti namanya ada 5 hal yang diidentifikasi hal yang mempengaruhi daya saing sebuah bisnis.
Yakni, ancaman pendatang baru, kekuatan tawar menawar pemasok dan pelanggan, kemudian ancaman produk pengganti dan terakhir adalah persaingan antar bisnis yang sudah ada.
Selanjutnya, balanced scorecard adalah suatu metodologi manajemen kinerja yang dirancang untuk membantu organisasi mengukur dan memantau kinerja mereka secara menyeluruh, melampaui aspek keuangan saja.
Fokus utamanya adalah mengukur kinerja organisasi dalam empat perspektif yang seimbang, yaitu keuangan, pelanggan, proses internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan.
Dengan pendekatan ini, perusahaan dapat menghubungkan strategi dengan tindakan operasional, memastikan keselarasan antara berbagai aspek kinerja, dan meningkatkan kemampuan adaptasinya terhadap perubahan lingkungan bisnis.
Menurut Hunger dan Wheelen (2003) ada 4 tahapan proses manajemen strategi, yakni:
Tahapan pertama adalah melakukan pengamatan lingkungan, hal ini dilakukan dengan memahami bagaimana kondisi lingkungan organisasi, baik untuk menghadapi perubahan ataupun membangun kemampuan dalam menghadapinya.
Pengamatan lingkungan ini bisa dilakukan menggunakan pendekatan analisis SWOT, dimana unsur lingkungan ini terbagi menjadi dua kelompok, yakni lingkungan eksternal dan internal.
Lingkungan eksternal mencakup area diluar perusahaan yang memiliki dua variabel yakni Opportunity (Peluang) dan Threats (Ancaman). Sedangkan lingkungan internal adalah area di dalam perusahaan yang mencakup dua variabel yakni Weakness (Kelemahan) dan Strength (Kekuatan).
Dengan demikian organisasi/ perusahaan bisa menyeimbangkan kekuatan dan kelemahan internal bisnis dengan peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal.
Baca Juga: Lingkungan Bisnis: Pengertian, Ciri, Faktor & Contohnya
Berikutnya adalah tahapan perumusan strategi yang melibatkan serangkaian kegiatan dalam mencapai tujuan dari bisnis, strategi ini mencakup beberapa hal berikut ini:
Selanjutnya adalah implemen strategi, tentang bagaimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakan yang sudah disusun sebelumnya. Implementasi strategi ini mencakup 3 poin utama, yakni:
Tahapan terakhir adalah evaluasi dan pengendalian, mencakup proses bagaimana aktivitas dan hasil kerja dimonitor dan dibandingkan dengan target kinerja yang diinginkan, ada tiga dasar dalam melakukan evaluasi strategi, yakni:
Dengan melakukan evaluasi ini perusahaan bisa mengantisipasi kegagalan dan pembaharuan strategi yang lebih relevan di masa yang akan datang. Sebab, strategi yang digunakan saat ini tidak menjamin akan mendorong keberhasilan perusahaan di masa depan.
Menurut Campbell dan Alexander (1997) dalam buku Mengenal Manajemen Strategik karya Taufiqurrahman (2016), ada 3 faktor yang menjadi alasan kepada strategi bisnis bisa gagal, yakni:
Salah satu alasan utama kegagalan strategi bisnis adalah ketika perusahaan gagal membedakan antara tujuan (purposes) dan kendala (constraints).
Jika organisasi tidak memahami dengan jelas batasan yang dimilikinya dan keliru mengartikulasikan tujuannya, maka strateginya menjadi tanpa arah. Perusahaan yang menganggap kendala sebagai tujuan dapat terlempar dari pasar bisnis.
Karena kehilangan fokus pada hal yang seharusnya dikejar untuk bertahan. Dengan tidak adanya pemahaman yang jelas tentang tujuan dan kendala, strategi menjadi tidak terarah dan tidak efektif.
Alasan berikutnya, kegagalan dalam menetapkan pijakan awal untuk bergerak, apakah itu dalam menentukan tujuan atau merancang strategi, dapat menyebabkan kelumpuhan perencanaan.
Proses yang "lumpuh" terjadi karena kebingungan dalam memilih apakah harus menetapkan tujuan terlebih dahulu atau mengadopsi strategi yang sudah terbukti berhasil.
Jika organisasi tidak mampu mengambil keputusan awal yang jelas, proses perencanaan dapat terhambat, dan upaya strategis menjadi tidak efisien.
Planning paralysis juga bisa terjadi jika terlalu banyak waktu dihabiskan untuk melibatkan diri dalam proses tanpa menghasilkan keputusan yang tajam.
Terakhir adalah terlalu fokus pada proses perencanaan tanpa memahami dua hal mendasar: pertama, pentingnya memiliki tujuan yang jelas dan terartikulasi dengan baik (purposes).
Kedua, pentingnya menemukan, memahami, mendokumentasikan, dan menggali informasi penting (insights) tentang cara menciptakan nilai lebih dari perusahaan lain.
Sebab, terlalu terpaku pada perbaikan proses perencanaan tanpa memperhatikan substansi dari strategi itu sendiri dapat mengakibatkan kegagalan dalam menciptakan nilai tambah yang signifikan di pasar.
Disimpulkan jika proses manajemen strategi memainkan peran kunci dalam merumuskan, melaksanakan, dan memonitor strategi perusahaan untuk mencapai tujuan jangka panjangnya.
Salah satu cara untuk mengoptimalkan penerapan strategi adalah dengan memanfaatkan aplikasi pembukuan keuangan Beecloud tidak hanya terletak pada efisiensi keuangan semata, melainkan juga pada kemampuannya untuk menyelaraskan aspek strategis bisnis.
Karena, dengan menggunakan aplikasi tersebut, perusahaan dapat memperoleh keuntungan dalam pencatatan keuangan secara otomatis, memungkinkan manajemen untuk fokus pada pengambilan keputusan strategis. Klik banner di bawah ini untuk informasi selengkapnya!