Dengan kompleksitas dan dinamika yang terjadi di era modern ini, perusahaan dituntut untuk memiliki strategi yang tepat dalam mengelola biaya produksinya. Salah satu strategi yang terbukti efektif adalah Activity Based Costing (ABC).
Berbeda dengan metode tradisional yang membebankan biaya overhead secara proporsional berdasarkan volume produksi, ABC menawarkan pendekatan yang lebih akurat dan terperinci dengan memfokuskan pada aktivitas yang memicu biaya.
Bagaimana caranya? Yuk mari kita bahas secara lebih detail pada artikel di bawah ini!
Mengutip dari laman abdulkadir.blog.uma.ac.id menjelaskan jika activity based costing adalah pendekatan yang dilakukan dalam menentukan biaya produk yang membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang digunakan dalam mendukung aktivitas.
Selain itu, dalam jurnal Peranan Activity-Based Costing System Dalam Perhitungan Harga Pokok Terhadap Peningkatan Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus pada PT Retno Muda Pelumas Prima Tegal) karya Matius dan Ardisa (2011) juga dijelaskan pengertian activity based costing menurut beberapa ahli:
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan jika activity based costing adalah sebuah metodologi yang digunakan dalam mengukur biaya dan kinerja aktivitas, sumber daya dan objek biaya.
Metode ABC memisahkan biaya-biaya ke aktivitas-aktivitas tersebut dan kemudian dialokasikan ke objek biaya seperti produk atau pelanggan, dengan mengakui hubungan timbal balik antara cost driver dan aktivitas.
Metode activity based costing pertama kali muncul dan digunakan pada tahun 1971 dan diusulkan oleh George J Staubus. Namun, pada saat itu metode ini kurang mendapatkan perhatian karena membutuhkan sistem komputer yang pada saat itu belum umum digunakan.
Pada awal tahun 1980-an, kesadaran akan kelemahan sistem akuntansi biaya muncul, di mana arus kas dan nilai pemegang saham menjadi fokus utama.
Kemudian pada tahun 1984, Robert S. Kaplan dan Dr. Tom Johnson mulai menguraikan kelemahan sistem akuntansi biaya, sementara Dr. Robin Cooper mengembangkan suatu sistem biaya baru yang disebut Activity Based Costing (ABC).
Dari situlah metode ABC ini mulai mendapat perhatian luas, dengan beberapa perusahaan seperti Northern Telecom, Hewlett Packard, Honeywell, dan Avery International mengadopsi sistem ini.
Awal mula penggunaan metode ABC hanya difokuskan pada biaya overhead pabrik, tetapi kemudian berkembang untuk mencakup semua jenis biaya dari desain hingga administrasi.
Baca Juga: Pengertian Biaya Overhead Serta Jenis dan Fungsinya
Menurut Mulyadi (2015) terdapat dua prinsip dasar yang mendasari metode ABC ini, yakni:
Prinsip ini menyatakan bahwa biaya disebabkan oleh aktivitas yang dilakukan. Artinya, aktivitas yang dilakukan oleh suatu perusahaan menjadi penyebab terjadinya biaya, dan perusahaan dapat mempengaruhi biaya tersebut.
Dengan ABC, dipahami bahwa sumber daya akan mendorong terjadinya aktivitas, bukan hanya sekedar menyebabkan biaya yang perlu dialokasikan.
Prinsip kedua menekankan bahwa aktivitas merupakan penyebab dari timbulnya biaya yang dapat dikelola.
Perusahaan memiliki kemampuan untuk mengelola biaya dengan mengelola aktivitas yang dilakukan, yang merupakan penyebab dari biaya tersebut.
Dengan demikian, ABC memungkinkan perusahaan untuk mengelola biaya dengan lebih efektif melalui pengelolaan aktivitas yang dilakukan.
Activity Based Costing (ABC) memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dari metode penetapan biaya tradisional. Berikut adalah beberapa poin penting:
Berikut adalah beberapa komponen metode activity based costing:
Komponen pertama adalah aktivitas, secara pengertian aktivitas dalam metode ABC adalah tindakan atau kegiatan yang dilakukan dalam suatu organisasi untuk menghasilkan produk atau layanan.
Aktivitas dapat mencakup berbagai proses seperti setup mesin, inspeksi kualitas, pengiriman barang, dan lain sebagainya. Dalam ABC, aktivitas menjadi fokus utama dalam menentukan bagaimana biaya dialokasikan.
Berikutnya ada biaya total, yakni total biaya yang terkait dengan suatu aktivitas tertentu.
Kumpulan biaya ini mencakup berbagai komponen biaya seperti biaya tenaga kerja, biaya bahan baku, biaya overhead pabrik, dan biaya lainnya yang terjadi dalam pelaksanaan aktivitas.
Kemudian ada penggerak biaya, yakni faktor atau variabel yang menyebabkan timbulnya biaya dalam suatu aktivitas.
Penggerak biaya dapat berupa jumlah jam kerja, jumlah setup mesin, jumlah pengiriman, atau faktor-faktor lain yang secara langsung mempengaruhi biaya suatu aktivitas.
Komponen berikutnya adalah tarif aktivitas, besaran biaya yang dialokasikan ke setiap unit penggerak biaya untuk setiap aktivitas.
Tarif aktivitas biasanya dihitung dengan membagi total biaya aktivitas dengan total unit penggerak biaya. Tarif ini kemudian digunakan untuk menghitung biaya suatu produk atau layanan berdasarkan penggunaan aktivitas.
Terakhir adalah biaya produk/ layanan yang merupakan total biaya yang dialokasikan ke suatu produk atau layanan berdasarkan penggunaan aktivitas yang terkait dengan produk atau layanan tersebut.
Biaya produk atau layanan dihitung dengan mengalokasikan biaya dari setiap aktivitas yang digunakan untuk memproduksi atau memberikan layanan kepada produk atau layanan tersebut.
Masih menurut Mulyadi (2015) dalam Ayu Uswatun Hasanah dan Suji Abdullah Saleh (2021), activity based costing memiliki beberapa manfaat berikut:
Menurut Supriyanto (2007), dalam penggunaan metode activity based costing dalam menghitung harga pokok produksi dilakukan dengan 3 tahapan utama yang terdiri dari beberapa langkah berikut ini:
Langkah pertama adalah mengidentifikasi semua aktivitas yang terlibat dalam proses produksi dan tentukan tingkat kegiatan (level activity) untuk setiap aktivitas tersebut.
Misalnya, untuk produksi mobil, aktivitas dapat mencakup perakitan mesin, pemasangan kaki-kaki, dan pengecatan.
Kemudian hubungkan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan aktivitas-aktivitas yang telah diidentifikasi. Misalnya, biaya tenaga kerja langsung dapat terkait dengan aktivitas perakitan mesin.
Kemudian tentukan total biaya yang terkait dengan setiap aktivitas. Misalnya, biaya total perakitan mesin adalah Rp 500.000.000,sd
Kemudian melakukan pengelompokkan biaya, dimana pengelompokan biaya overhead pabrik ke dalam kelompok biaya yang homogen diperlukan untuk menyelaraskan komponen biaya dengan pemicu biaya yang serupa.
Caranya, dengan mengelompokkan biaya-biaya yang memiliki sifat yang serupa atau homogen ke dalam kelompok-kelompok biaya. Misalnya, biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan baku, dan biaya overhead pabrik dapat dikelompokkan secara terpisah.
Sebelum menghitung tarif kelompok, Langkah pertama adalah menentukan jumlah penggerak biaya untuk setiap produk, berdasarkan semua biaya yang dikeluarkan. Hal ini penting untuk menentukan tarif per unit dari setiap penggerak biaya.
Kemudian Hitung tarif untuk setiap kelompok biaya dengan membagi total biaya kelompok tersebut dengan jumlah driver biaya yang digunakan. Dalam menghitungnya Anda bisa menggunakan rumus berikut ini:
Rumus: Tarif BOP per kelompok aktivitas = BOP kelompok aktivitas tertentu/ Driver Biaya
Langkah selanjutnya adalah menentukan biaya overhead pabrik dan Mengkalkulasi HPP per Unit berdasarkan Pembebanan Biaya Overhead Pabrik.
Untuk menghitung overhead pabrik yang dibebankan Anda bisa menggunakan rumus berikut:
BOP dibebankan = Tarif Kelompok x Cost Driver yang digunakan
Sedangkan untuk menentukan harga pokok produksi menggunakan rumus di bawah ini:
Rumus Harga pokok Produksi = Biaya Utama + Biaya Overhead Pabrik
Langkah terakhir adalah menentukan harga jual, Tentukan harga jual produk dengan menambahkan markup ke harga pokok produksi. Caranya bisa dihitung dengan rumus berikut:
Rumus Menentukan Harga Jual: Selling Price = (1+ Markup Persentase) x Cost
Berikut beberapa kelebihan dan kekurangan dari metode ABC:
Baca Juga: 6 Strategi Pemasaran Produk Berbagai Bisnis
Selain informasi di atas, ada beberapa pertanyaan tentang activity based costing yang sering ditanyakan, berikut diantaranya:
Sebab, metode activity based costing dapat memberikan informasi yang lebih akurat mengenai biaya produksi atas produk yang dihasilkan dibandingkan metode tradisional.
Sehingga pihak manajemen dapat mengetahui produk mana yang menghasilkan keuntungan dan sebaliknya.
Karena sistem activity based costing menggunakan lebih dari satu pemicu biaya atau yang disebut dengan cost driver dalam mengalokasi Biaya Overhead Pabrik. Sehingga, akan lebih proporsional dan lebih akurat.
Fokus utama dari penggunaan sistem activity based costing adalah aktivitas perusahaan, dengan menelusuri setiap biaya dari masing-masing aktivitas untuk menghitung harga pokok produk. Khususnya biaya yang mengkonsumsi sumber daya dan produk.
Bisa, sebab aktivitas juga ada dalam perusahaan jasa seperti jenis perusahaan lainnya. Selain itu, sistem ini juga dapat membantu memahami biaya jasa dengan lebih detail sehingga dapat menetapkan harga jasa lebih akurat.
Nah, itu dia beberapa informasi mengenai metode activity based costing. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa pada artikel selanjutnya.