Pareto juga dikenal sebagai prinsip 80/20, secara pengertian prinsip pareto adalah rangkuman esensi bahwa sebagian kecil dari upaya atau faktor dapat menghasilkan sebagian besar hasil atau dampak.
Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh ekonom Italia, Vilfredo Pareto, dan telah meluas ke berbagai bidang, dari ekonomi hingga manajemen bisnis. Menggambarkan pola distribusi di mana sekitar 80% efek berasal dari 20% penyebab.
Bagaimana cara kerjanya? Apa saja prinsipnya? Baca selengkapnya pada artikel di bawah ini!
Sebelum membahas tentang apa itu prinsip pareto, mari kita bedah terlebih dahulu bagaimana sejarahnya berdasarkan pada Buku Saku Analisis Pareto (2020) karya Sunarto dan Haru Santoso WN.
Prinsip pareto pertama kali dikenalkan oleh seorang ahli ekonom bernama Vilfredo Federico Damaso Pareto pada awal ke-20, tepatnya pada tahun 1906. Dari penelitian Pareto terhadap kehidupan sosial-ekonomi di masyarakat Italia pada saat itu.
Dimana Pareto secara matematis mengemukakan bahwa ketidaksetaraan distribusi kekayaan disana, dengan kesimpulan 80% kekayaan di negara dikuasai oleh elit yang jumlahnya tidak lebih dari 20%, sementara 80% rakyat hanya menikmati 20% kekayaan negara. Dari sinilah kemudian terciptanya prinsip 80/20 atau prinsip pareto.
Prinsip ini kemudian dipopulerkan oleh Dr. Joseph Juran seorang konsultan manajemen dan insinyur asal Amerika pada tahun 1940. Ketika Ia menggunakannya dalam pelaksanaan quality control dalam proses produksi.
Dari demonstrasi tersebut dihasilkan data jika 80% produk yang cacat diperoleh dari 20% masalah produksi yang kemudian bisa ditingkatkan kembali.
Setelah memahami bagaimana sejarahnya, mari kita lanjutkan untuk membahas tentang pengertian dan bagaimana cara kerjanya.
Secara pengertiannya, prinsip pareto adalah pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi kerja berdasarkan perbandingan 80/20. Oleh sebab itu juga prinsip pareto disebut juga dengan prinsip 80/20.
Dimana 80% dari hasil sebenarnya dihasilkan dari 20% input tu dorongan, atau 80% dari efek disebabkan oleh 20% penyebab. Dengan demikian prinsip ini mendorong kita untuk memisahkan penyebab utama dari seluruh akar masalah yang ada dan fokus untuk mengatasinya.
Meskipun istilah pareto selalu berhubungan dengan perbandingan 80/20, prinsip ini tidak selalu harus menggunakan perbandingan 80/20. Sebab, tidak semua cocok dengan perbandingannya.
Melansir dari laman djkn.kemenkeu.go.id perbandingan 80/20 hanyalah nilai kebelulan dari jumlah persentase 100%. Bisa menggunakan perbandingan 90/10 di bidang komputer dan 75/25 untuk bidang pendidikan.
Karena prinsip pareto tidak harus mengaplikasikan 80/20 untuk menghasilkan angka 100, contohnya:
Masih mengutip dari Buku Saku Analisis Pareto (2020) karya Sunarto dan Haru Santoso WN, prinsip pareto dapat dilakukan melalui dua pendekatan yang dijelaskan di bawah ini:
Penggunaan Prinsip Pareto, baik melalui analisis metode kuantitatif maupun prinsip berpikir memberikan panduan dalam mengidentifikasi sebab-akibat atau hubungan penyebab-efek yang signifikan. Dengan demikian, dapat membantu dalam pengambilan keputusan untuk perbaikan dan optimalisasi.
Pembahasan prinsip pareto tidak akan jauh dari diagram pareto, yang juga dikemukakan oleh Vilfredo Federico Damaso Pareto pada tahun 1941. Dimana diagram pareto adalah adalah alat visual yang digunakan untuk menganalisis dan memvisualisasikan distribusi data berdasarkan prinsip Pareto.
Diagram ini menggambarkan klasifikasi data dari yang memiliki kontribusi tertinggi hingga yang memiliki kontribusi terendah. Dengan menggabungkan diagram batang dan garis, Diagram Pareto memungkinkan identifikasi parameter yang dominan dalam suatu situasi.
Pada Diagram Pareto, batang digunakan untuk mewakili frekuensi kejadian atau nilai tertentu, diurutkan dari kiri ke kanan sesuai dengan ranking tertinggi hingga terendah.
Pemisahan antara batang dan garis pada diagram memberikan gambaran yang jelas tentang kontribusi relatif dari setiap kategori. Dengan fokus pada elemen-elemen kritis yang berkontribusi paling signifikan terhadap hasil keseluruhan, sesuai dengan prinsip Pareto.
Dalam pengendalian mutu, Diagram Pareto sering digunakan sebagai metode standar untuk mengidentifikasi penyebab utama masalah atau ketidaksesuaian proses. Kesuksesan Diagram Pareto bergantung pada partisipasi personel, pemahaman situasi yang diamati, dan penetapan tujuan yang tepat.
Diagram pareto ini bisa digunakan ketika dalam kondisi sebagai berikut:
Seperti yang kita ketahui, penerapan prinsip pareto bisa dibidang apa saja termasuk pada bidang bisnis. Lantas apa saja fungsinya?
Diagram Pareto membantu bisnis untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan faktor atau variabel yang memiliki dampak paling signifikan pada hasil atau kinerja. Dengan memahami kontribusi relatif masing-masing faktor, manajemen dapat menentukan di mana sumber daya dan upaya sebaiknya difokuskan untuk mencapai perbaikan yang maksimal.
Kemudian, memungkinkan analisis kinerja bisnis dengan menyoroti sebagian kecil faktor yang menyumbang sebagian besar hasil. Bisnis dapat mengidentifikasi area di mana mereka dapat meningkatkan efisiensi, menghilangkan pemborosan, atau mengoptimalkan proses untuk mencapai tujuan strategis.
Dalam konteks manajemen risiko, Diagram Pareto membantu mengidentifikasi sejumlah kecil risiko yang paling mungkin menyebabkan dampak signifikan. Dengan memahami risiko utama, bisnis dapat mengembangkan strategi mitigasi yang lebih efektif dan mengelola risiko dengan lebih proaktif.
Selanjutnya berkaitan dengan pengendalian kualitas, Dimana diagram Pareto digunakan untuk mengidentifikasi jenis cacat atau masalah kualitas yang paling sering terjadi. Fokus pada perbaikan pada aspek utama ini dapat membawa peningkatan kualitas produk atau layanan secara keseluruhan.
Langkah perbaikan ini bisa Anda mulai dengan melakukan digitalisasi sistem transaksi, agar Anda dapat memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap kepada konsumen. Sekaligus, untuk merapikan pembukuan usaha Anda. Dengan menggunakan apa? Menggunakan software kasir online Beepos, softaware POS integrasi akuntansi pertama di Indonesia. Klik banner di bawah ini dan dapatkan keuntungannya SEGERA!
Kemudian pada manajemen SDM, dimana diagram ini digunakan untuk menganalisis kontribusi relatif karyawan terhadap hasil kinerja. Manajemen dapat mengidentifikasi "pekerja berkinerja tinggi" yang memberikan dampak signifikan pada kesuksesan tim atau proyek, sambil memahami kontribusi individu di seluruh organisasi.
Menurut Tague (2005) dalam Sunarto dan Haru Santoso WN (2020), ada 9 tahapan dalam pembuatan diagram Pareto, yakni:
Langkah pertama adalah melakukan Identifikasi kategori atau faktor yang akan digunakan untuk mengelompokkan item. Misalnya, dalam konteks produksi, kategori dapat berupa jenis cacat, mesin, operator, atau jenis bahan baku.
Kemudian pilih matrix atau pengukuran yang sesuai dengan analisis yang akan dilakukan. Contoh pengukuran meliputi frekuensi, kuantitas, biaya, atau waktu tergantung pada tujuan analisis.
Lalu, atur periode waktu pengamatan untuk mengumpulkan data. Misalnya, apakah pengamatan dilakukan harian, mingguan, atau bulanan tergantung pada konteks dan kebutuhan analisis.
Kemudian lakukan pengumpulan data dengan merekam kategori setiap waktu atau mengumpulkan data yang sudah ada. Gunakan check sheet untuk mencatat frekuensi data yang keluar untuk setiap item atau kategori.
Selanjutnya, buat check sheet yang mencatat frekuensi data yang diinginkan. Check sheet membantu menyusun data dengan rapi dan mempermudah pengolahan selanjutnya.
Tentukan jumlah kumulatif frekuensi untuk setiap item dan hitung persentase frekuensi kumulatifnya. Hitung persentase untuk setiap kategori dengan membagi subtotal kategori tersebut dengan total untuk semua kategori.
Selanjutnya lakukan pengurutan data frekuensi dari yang tertinggi hingga terendah. Kemudian buatlah grafik yang memuat nilai frekuensi dan persentase kumulatif.
Gambarkan sumbu vertikal kanan dan beri label dengan persentase kumulatif, dan sumbu vertikal kiri dengan nilai frekuensi. Pastikan kedua timbangan cocok.
Dan terakhir tambahkan subtotal untuk masing-masing kategori dan tempatkan titik di atas bilah yang sesuai. Hubungkan titik-titik tersebut, dimulai dari bagian atas bilah pertama hingga mencapai 100 persen pada skala yang tepat.
Dengan mengikuti prosedur ini, Diagram Pareto dapat disusun dengan baik untuk membantu identifikasi dan prioritas faktor atau masalah utama dalam suatu proses atau situasi bisnis.
Berikut beberapa contoh diagram pareto dan analisisnya berdasarkan buku saku analisis pareto (2020).
Dari contoh diagram pareto di atas memaparkan data mengenai nilai frekuensi (sumbu X sisi kiri) dan persentase kumulatif (sumbu Y sisi kanan) dari data. Dimana pada bagian kiri diagram menunjukkan daerah Vital Few (20%), sedangkan bagian kanan adalah Trivial Many (80%).
Untuk menentukan kedua daerah tersebut, kita menghubungkan garis horizontal dari titik 80% di sumbu Y sampai menyentuh garis melengkung, lalu membuat garis vertikal ke bawah hingga ke grafik batang.
Bagian kiri dari diagram mewakili masalah yang menyebabkan kerugian terbesar dan perlu difokuskan untuk perbaikan, sementara bagian kanan tidak menjadi fokus yang perlu diperbaiki, sesuai dengan prinsip hukum 20/80 atau Prinsip Pareto.
Maka dari penjelasan ini bisa disimpulkan jika ada 4 masalah yang menyebabkan kerugian besar perusahaan yang senilai dengan 80% total masalah. Untuk mengurangi total kerugian perusahaan bisa fokus untuk memperbaiki 4 masalah tersebut dari keseluruhan masalah yang ada.
Catatan: Sebelum dijadikan dalam bentuk grafik Anda bisa membuatnya melalui tabel data seperti di bawah ini:
Nah, itu dia informasi mengenai prinsip pareto adalah dan diagramnya, semoga bermanfaat!