Rasio profitabilitas adalah sebuah metode yang digunakan untuk mengetahui perbandingan kemampuan dua perusahaan berkaitan dengan pendapatan laba dari pendapatan yang diperoleh perusahaan terkait dengan penjualan, aset, ekuitas berdasarkan standar pengukuran tertentu.
Dalam melakukan perhitungan profitabilitas ini sebuah perusahaan perlu memiliki catatan transaksi secara detail, sehingga ketika proses perhitungannya bisa mendapatkan nilai yang akurat dan bisa digunakan sesuai dengan fungsinya.
Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini mulai mengenal apa itu rasio profitabilitas sampai jenis-jenis dan cara menghitungnya.
Sebelum membahas mengenai cara menghitung rasio profitabilitas ini, Anda perlu terlebih dahulu paham mengenai definisi yang sebenarnya, guna melancarkan proses perhitungan rasio ini.
Mengutip dari pendapat Harahap (2009) ia menjelaskan jika Profitability Ratio atau rasio profitabilitas adalah sebuah metode yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dengan kemampuan dan sumber daya yang mereka miliki.
Menurut Daily Social, rasio profitabilitas juga biasanya digunakan oleh analisis keuangan dan investor sebagai bahan evaluasi, karena investor biasanya akan mencari perusahaan yang memiliki rasio tinggi. Sebab dengan tingginya sebuah laba, arus kas, atau pendapatan sebuah perusahaan artinya kinerja keuangannya juga berjalan dengan baik.
Pendapatan ini sendiri didapati dari kegiatan penjualan, kas,aset, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang usaha dan beberapa sumber pendapatan lainnya.
Sederhananya, rasio profitabilitas bisa diartikan sebagai perbandingan yang digunakan untuk mengetahui kemampuan sebuah perusahaan dalam mendapatkan laba dari pendapatan, sekaligus sebagai acuan sebuah perusahaan dalam menunjukkan efisiensi kinerjanya selama ini.
Adapun perhitungan rasio pendapatan ini memiliki beberapa fungsi, berikut diantaranya:
Rasio profitabilitas sendiri dibedakan menjadi beberapa jenis, berikut penjelasan secara lebih rinci mengenai jenis-jenis dari profitabilitas sekaligus cara menghitungnya:
Jenis rasio profitabilitas pertama adalah margin laba kotor, dari margin ini akan didapatkan nilai persentase kotor yang didapatkan perusahaan dari aktivitas operasionalnya dalam satu periode.
Nilai dari laba kotor ini dipengaruhi oleh laporan arus kas yang menjabarkan tentang seberapa besar nilai laba yang didapatkan perusahaan melalui pertimbangan biaya yang digunakan selama proses produksi berlangsung.
Margin laba kotor atau gross profit margin ini berfungsi untuk mengikir seberapa efisien perhitungan harga pokok atau biaya yang dikeluarkan perusahaan selama proses produksi berlangsung. Semakin besar gross profit akan semakin efisien dan sebaliknya.
Rumus Perhitungan Gross Profit Margin adalah sebagai berikut:
Gross Profit Margin = (Total laba kotor/ total pendapatan) x 100%
Contoh kasus: PT Sukses Selalu memiliki laba kotor sebesar Rp24.000.000 dengan pendapatan perusahaan sebesar Rp 48.000.000
Jawab: GPM = (LK/ TP) x 100%
= (24.000.000/ 48.000.000) x 100%
= 50%
Selanjutnya adalah Net Profit Margin atau margin laba bersih, bagian dari rasio pendapatan yang digunakan untuk menilai persentase pendapatan laba bersih yang diperoleh setelah dikurangi pajak pendapatan selama periode penjualan.
Jika nilai Net Profit margin ini semakin tinggi maka semakin baik pula operasional perusahaan tersebut. Berikut contoh kasus dan cara menghitung margin laba bersih atau net profit margin:
Net Profit Margin = (Laba bersih setelah pajak/ penjualan) x 100%
Contoh kasus: PT Sukses Selalu memiliki pendapatan sebesar Rp100.000.000, dengan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 80.000.0000 maka margin laba bersihnya adalah
Jawab: Margin Laba Bersih = Laba bersih setelah pajak/ Pendapatan penjualan bersih
= (Rp80.000.000/ Rp100.000.000) x 100%
= 80%
Jenis rasio profitabilitas selanjutnya adalah return on assets ratio atau rasio pengembalian aset. Rasio jenis ini digunakan untuk menilai persentase laba yang diperoleh perusahaan berdasarkan sumber daya atau total aset, yang kemudian dikelola. Dan efisiensi dari operasional pegelolahannyalah yang dihitung dalam rasio ini.
Berikut rumus dan contoh menghitung rasio pengembalian aset:
Rasio Pengembalian Aset = Laba Bersih Perusahaan : Total aset
Contoh kasus PT Sukses Selalu memiliki laba sebesar Rp10.000.000 dan total aset sebesar Rp 500.000 maka:
Rasio Pengembalian Aset = Rp10.000.000 : Rp.500.000 = 20%
Berikutnya adalah rasio pengembalian ekuitas, pada jenis rasio ini digunakan untuk menilai dan mengetahui seberapa besar laba yang diperoleh perusahaan dalam aktivitas investasi yang dilakukan, lalu dilampirkan dalam bentuk persentase.
Cara menghitung rasio pengembalian ekuitas dilakukan dengan menghitung penghasilan perusahaan dari modal yang telah diinvestasikan para pemegang saham. Ini akan menunjukan berapa besar tingkat keuntungan yang diperoleh investor ketika melakukan investasi pada perusahaan tersebut.
Berikut rumus dan contoh cara menghitung rasio pengembalian ekuitas:
Rasio Pengembalian Ekuitas = Laba Bersih Setelah Pajak : Ekuitas Pemegang Saham perusahaan.
Contoh kasus PT Sukses Selalu memiliki laba setelah pajak sebesar Rp50.000.000 dan total ekuitas para pemegang saham sebesar Rp80.000.000, Maka:
Rasio Pengembalian Ekuitas = Rp50.000.000 : Rp80.000.000 = 62,5%
Selanjutnya adalah rasio pengembalian penjualan, rasio ini digunakan untuk menampilkan tingkat keuntungan yang didapatkan perusahaan setelah melakukan pembayaran terkait biaya produksi seperti gaji karyawan, biaya bahan baku,pajak dan sejenisnya.
Berikut ini rumus dari rasio pengembalian penjualan
Rasio Pengembalian Ekuitas = (Laba sebelum Pajak dan Bunga : Penjualan) X 100%
Jenis rasio pendapatan berikutnya adalah rasio pengembalian penjualan, rasio ini digunakan untuk menghitung dan mengukur keuntungan perusahaan yang diperoleh dari modal dalam bentuk persentase.
Modal sendiri merupakan ekuitas perusahaan yang ditambahkan dengan kewajiban tidak lancar. Ada dua rumus yang digunakan dalam menghitung rasio jenis ini:
Rumus I: Rasio pengembalian penjualan = Laba sebelum dikenakan pajak dan bunga : modal kerja
Rumus II: Laba sebelum dikenakan pajak : (Total aset – Kewajiban)
Jenis berikutnya ada ROI singkatan dari return of investment, rasio ini digunakan untuk mengukur seluruh kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba terhadap jumlah aset total yang tersedia.
Semakin tinggi nilai dari rasio ini maka akan semakin baik pula kondisi perusahaan. Untuk menghitung ROI dilakukan dengan menghitung laba bersih dikurangi dengan pajak terhadap total aktiva. Atau Anda bisa menggunakan rumus berikut ini:
ROP = ((Laba dari Investasi - Jumlah Investasi Awal) : Investasi) x 100%
Menghitung laba usaha tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Orang yang harus membuat laporan laba rugi adalah yang paham terkait dengan pembuatan laporan tersebut. Menghitung laba usaha dibutuhkan ketelitian agar tidak menemukan kesalahan yang mungkin akan berakibat pada perusahaan. Untuk menghindari hal tersebut, Anda bisa menggunakan software akuntansi online agar penghitungan laba dapat berjalan secara otomatis.
Terakhir ada ESP atau Earning Per Share, jenis rasio yang ditujukan untuk menilai tingkatan kemampuan per lembar saham untuk menghasilkan laba perusahaan. Hasil dari rasio inilah yang nantinya sangat akan diperhatikan oleh para investor.
Untuk menghitung ESP, Anda bisa mengikuti rumus berikut ini:
ESP = Laba Bersih Setelah Pembayaran Pajak – Dividen Saham Preferen : Jumlah Saham Biasa Yang Telah Beredar.
Pada intinya perhitungan rasio profitabilitas ini penting bagi setiap usaha, selain untuk memantau bisnis secara internal informasi yang dihasilkan dalam perhitungan rasio bisa disebarkan oleh pihak luar salah satunya pemilik saham. Sekian dan semoga bermanfaat.