Tempat tinggal Anda dan sebagian besar isinya seperti atap, perabotan, dll dapat kehilangan nilainya seiring waktu karena faktor-faktor seperti usia dan usang. Kehilangan nilai ini biasa disebut dengan depresiasi. Ada beberapa cara menghitung biaya penyusutan tergantung dengan metodenya.
Konsep penyusutan mengakui bahwa aset menurun nilainya dari waktu ke waktu dan mengurai biaya selama masa manfaatnya. Penyusutan adalah cara untuk menghapus biaya aset tetap sedikit demi sedikit, selama masa manfaatnya. Lalu bagaimana cara untuk menghitung biaya penyusutan itu sendiri?
Penyusutan adalah proses akuntansi untuk mengalokasikan biaya aset tetap berwujud selama jangka waktu yang diharapkan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari penggunaannya. Lebih jelasnya, penyusutan atau depresiasi adalah proses akuntansi yang bertujuan untuk mengalokasikan biaya aset tetap berwujud (seperti bangunan, peralatan, dan kendaraan) sepanjang masa manfaat aset tersebut.
Ini berarti bahwa daripada membebankan biaya aset dalam satu periode saat aset dibeli, perusahaan akan menyebarkannya dalam bentuk beban penyusutan selama jangka waktu aset memberikan manfaat ekonomi. Dengan demikian, penyusutan aktiva ini akan mencerminkan penurunan nilai aset secara bertahap seiring penggunaannya atau keausannya.
Ada beberapa metode untuk menghitung penyusutan, masing-masing membutuhkan penggunaan data dan perkiraan yang terinformasi. Perusahaan dapat menggunakan metode yang berbeda untuk menghitung penyusutan untuk laporan laba rugi dan tujuan pajak. Oleh karena itu, penting untuk menghitung penyusutan secara akurat, karena dapat berdampak signifikan terhadap hasil keuangan dan kewajiban pajak perusahaan.
Jenis aset yang umumnya mengalami penyusutan adalah aset tetap yang memiliki masa manfaat terbatas dan mengalami penurunan nilai seiring waktu. Secara pengertian, Aset tetap adalah bagian dari aset berwujud yang diharapkan bertahan lebih dari satu tahun dan nilainya menurun seiring waktu. Beberapa jenis aset yang biasa disusutkan adalah sebagai berikut:
Baca Juga: Biaya Penyusutan dan Metode Perhitungannya
Mengutip dari jurnal artikel berjudul Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap pada Dinas Pertanian Kabupaten Garut (2023), karya Hamidah dan Pratama, ada 4 faktor yang dapat mempengaruhi penyusutan aktiva tetap, diantaranya adalah sebagai berikut:
Faktor peryama adalah biaya perolehan, yakni total biaya untuk memperoleh aset merupakan dasar utama dalam perhitungan penyusutan. Biaya ini mencakup semua pengeluaran hingga aset siap digunakan, seperti harga pembelian, biaya transportasi, biaya pemasangan, dan pajak masuk. Semakin tinggi biaya perolehan, semakin besar pula nilai penyusutan aset tersebut.
Umur kegunaan aset diperkirakan berdasarkan perawatan dan kebijakan reparasi. Dalam menentukan umur aset, perlu mempertimbangkan keausan fisik (akibat pemakaian) dan keausan fungsional (karena teknologi baru atau kebutuhan pasar yang berubah).
Nilai sisa atau nilai residu adalah perkiraan nilai yang bisa diperoleh dari penjualan atau nilai manfaat aset pada akhir masa kegunaannya. Jika aset digunakan hingga tidak memberikan manfaat lagi, nilai residu bisa nol. Sebaliknya, jika aset tersebut diganti lebih awal, nilai residu akan lebih tinggi.
Pola pemakaian mencerminkan penggunaan aset selama periode tertentu, yang dapat mempengaruhi besarnya penyusutan yang dialokasikan per periode. Aset yang digunakan secara intensif di awal mungkin memiliki beban penyusutan yang lebih tinggi pada awal periode, sementara aset yang digunakan secara merata mungkin memiliki penyusutan yang konsisten sepanjang masa kegunaannya.
Ilustrasi Seseorang Menghitung Uang Metode penyusutan yang paling umum digunakan terbagi dalam tiga kategori, meskipun ada metode khusus lainnya yang dapat diterapkan untuk situasi tertentu.
Metode garis lurus mengasumsikan bahwa kegunaan ekonomis suatu aset adalah sama setiap tahun selama masa manfaatnya. Memperkirakan secara akurat masa manfaat suatu aset sangat penting ketika menerapkan metode berbasis waktu.
Penyusutan garis lurus adalah metode berbasis waktu yang paling sederhana dan paling umum digunakan. Rumus metode garis lurus adalah sebagai berikut:
Penyusutan Tahunan Metode Garis Lurus = (Biaya Perolehan – Nilai Sisa) / Umur Manfaat
Metode garis lurus terbilang sederhana, oleh karena itu lebih sering digunakan untuk aset yang memiliki kegunaan ekonomis yang relatif stabil sepanjang masa manfaatnya. Contoh aset yang cocok menggunakan metode ini antara lain peralatan kantor, gedung, dan kendaraan yang tidak mengalami penurunan nilai yang tajam dalam beberapa tahun pertama penggunaannya.
Selanjutnya ada metode saldo menurun adalah salah satu metode penyusutan yang populer digunakan dalam akuntansi. Metode saldo menurun ini mempercepat pengakuan depresiasi pada tahun-tahun awal masa manfaat aset. Artinya, beban penyusutan yang diakui akan lebih besar di awal dan semakin menurun seiring berjalannya waktu.
Penyusutan Tahunan = Nilai Buku Awal Tahun x Tarif Depresiasi
Penggunaan metode ini, biasanya digunakan untuk usaha yang memiliki aset dengan produktivitas tinggi di awal masa manfaat, seperti peralatan manufaktur, kendaraan, atau sebuah mesin yang cenderung mengalami penurunan efisiensi atau manfaat lebih cepat.
Metode unit produksi menghitung penyusutan berdasarkan tingkat penggunaan atau output aset. Penyusutan lebih tinggi ketika aset digunakan lebih intensif dan lebih rendah ketika penggunaan berkurang.
Depresiasi Metode per Unit = (Harga Perolehan – Nilai Residu) / Total Estimasi Produksi Depresiasi Tahunan = Depresiasi per Unit × Jumlah Produksi Tahunan
Penggunaan metode ini biasanya sering digunakan untuk aset yang kegunaannya sangat bergantung pada tingkat produksi atau intensitas penggunaan, seperti mesin produksi, kendaraan pengangkut, atau alat berat. Metode ini ideal untuk perusahaan yang memiliki aset dengan penggunaan yang sangat bervariasi setiap tahun atau sesuai dengan volume produksi.
Dalam metode ini, nilai penyusutan yang dihasilkan lebih tinggi pada tahun-tahun awal, mirip dengan saldo menurun tetapi dengan pendekatan yang berbeda. Dimana, jumlah Angka Tahun adalah jumlah angka dari umur manfaat aset tahun ke tahun (misalnya, untuk umur 5 tahun, jumlah angka tahun adalah 5 + 4 + 3 + 2 + 1 = 15).
Penyusutan Tahun Metode Unit Produksi = (Sisa Masa Manfaat / Jumlah Angka Tahun) × (Harga Perolehan – Nilai Residu)
Penggunaan metode jumlah angka tahun (sum-of-the-years'-digits) lebih sering digunakan untuk perusahaan yang memiliki aset dengan nilai manfaat yang cenderung lebih tinggi di awal masa penggunaannya.
Baca Juga: Cara Menghitung Depresiasi dan Penjelasannya Dalam Akuntansi
Berikut contoh perhitungan biaya penyusutan dari metode di atas:
Sebuah perusahaan membeli mesin dengan harga perolehan sebesar Rp 50.000.000. Mesin tersebut diperkirakan memiliki umur manfaat selama 5 tahun dan nilai sisa (residu) sebesar Rp 5.000.000.
Maka nilai biaya penyusutannya adalah sebagai berikut:
Pada metode ini, penyusutan dihitung dengan cara yang sederhana, dengan membagi selisih antara harga perolehan dan nilai sisa dengan umur manfaat aset.
Rumus: Penyusutan Tahunan = (Harga Perolehan – Nilai Sisa) / Umur Manfaat
Perhitungan:
Penyusutan Tahunan = (Rp 50.000.000 - Rp 5.000.000) / 5 = Rp 45.000.000 / 5 = Rp 9.000.000
Jadi, biaya penyusutan tahunan adalah Rp 9.000.000 per tahun selama 5 tahun.
Pada metode saldo menurun, beban penyusutan lebih besar pada tahun pertama dan menurun seiring berjalannya waktu. Misalkan tarif depresiasi yang digunakan adalah 40%.
Rumus: Penyusutan Tahunan = Nilai Buku Awal Tahun × Tarif Depresiasi
Perhitungan:
Tahun 1:
Tahun 2:
Tahun 3:
Dan seterusnya. Metode ini menghasilkan beban penyusutan yang lebih besar di awal.
Pada metode jumlah angka tahun, penyusutan dihitung berdasarkan total angka tahun, dan lebih banyak beban penyusutan dibebankan pada tahun pertama.
Rumus: Penyusutan Tahunan = (Sisa Masa Manfaat / Jumlah Angka Tahun) × (Harga Perolehan – Nilai Residu)
Perhitungan:
Beban Penyusutan:
Maka dari itu, Beban penyusutan lebih tinggi di awal dan menurun secara bertahap (tahun pertama Rp 15.000.000).
Cara menghitung biaya penyusutan nilai barang pada dasarnya disesuaikan dengan metode yang digunakan. Adapun masing-masing perusahaan memiliki metodenya sendiri dalam menghitung depresiasi aset yang dimiliki.
Secara sederhana, depresiasi adalah penyusutan nilai mata uang. Adapun contoh beberapa aset yang mengalami penyusutan yaitu bangunan, kendaraan operasional perusahaan, alat kerja.
Akibatnya aset yang sudah menurun nilainya, akan mempengaruhi laba bersih. Sebab, depresiasi sebuah aset tersebut, akan dihitung sebagai beban biaya alias pengeluaran di sebuah laporan keuangan. Perlu diketahui penghitungan depresiasi hanya bisa dihitung kepada aktiva yang berwujud saja.
Menghitung nilai depresiasi suatu aset merupakan hal yang sangat membingungkan jika Anda orang yang awam dalam akuntansi. Sangat direkomendasikan untuk menggunakan alat bantu atau software akuntansi agar Anda lebih mudah dalam menghitung nilai depresiasi. Coba gratis klik di sini atau klik gambar di bawah ini.